Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Ketua Umum Pengurus Pusat Pertina, Brigjen Pol. Drs Johni Asadoma meminta para pelatih, atlet dan pengurus Pertina NTT supaya bekerja keras meningkatkan prestasi olahraga tinju di ajang Pra PON 2019 dan PON 2020.
Johni Asadoma mengingatkan hal ini lagi karena pada Kejurnas Desember 2018 di Lampung, Pertina NTT hanya meraih satu medali emas dan satu medali perak. Sedangkan pada perhelatan PON 2016 di Sukabumi, Pertina NTT tak dapat membawa pulang emas.
Hal ini diungkapkannya saat Perayaan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 Keluarga Besar Pertina NTT dan Syukuran HUT ke-53 Ketua Umum PB Pertina Brigjen Pol. Drs. Johni Asadoma di Milenium Ballroom, Jalan Timor Raya, Kota Kupang, Minggu (13/1/2019) malam.
Sebagai organisasi olahraga, katanya, beban paling berat adalah bagaimana meraih dan meningkatkan prestasi. Pada perhelatan Pra PON 2019, Pertina NTT harus meloloskan sebanyak mungkin atlet ke PON 2020 di Papua. Di Papua, para petinju NTT juga dituntut untuk meraih medali emas.
• Beda Daton Harap Persoalan Mahasiswi yang Dicekal Tidak Dilihat sebagai Persoalan Berbau Etnis
• Ratusan Warga Datangi Gereja, Polisi: Tak Ada Larangan Ibadah tapi Bangunan Gereja Belum Berizin
• Beda Daton Harap Persoalan Mahasiswi yang Dicekal Tidak Dilihat sebagai Persoalan Berbau Etnis
"Beban berat bagi Pertina NTT, pertama harus mendapatkan jatah kouta sebanyak mungkin untuk PON 2020.
Seluruh petinju, pengurus harus berlatih keras supaya bisa dapat jatah PON lebih banyak. Ini pekerjaan berat yang tidak bisa pak Sam (Ketuma Pertina NTT) kerja sendiri. Butuh kerja sama sehingga prestasi NTT bisa naik lagi."
Lebih dari itu, sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Pertina, Johni mengakui kalau ia juga memikul beban berat untuk mencetak prestasi tinju di level internasional.
"Di lingkup nasional juga saya dapat masalah besar. Tahun ini Sea Games di Manila, kita harus dapat emas. Juga ada Pra Olimpiade kita juga harus dapat jatah olimpiade karena sudah tiga kali olimpiade Indonesia tidak lolos ke olimpiade untuk cabang olahraga tinju.
Ia berharap mimpinya dalam masa kepengurusan Pertina pusat yakni Indonesia meraih emas di olimpiade bisa terwujud. Oleh karena itu, dia meminta seluruh pengurus untuk bekerja sama dan bekerja keras mewujudkan mimpi besar ini.
Atas dasar ini, mantan Kapolda Sulawesi Utara ini berharap petinju NTT juga bisa lolos ke olimpiade. Pasalnya, sepanjang sejarah, hanya ada dua petinju asal NTT yang berlaga di olimpiade yakni dirinya (Johni Asadoma) di Olimpiade Los Angeles tahun 1987 dan Hermensen Balo di Olimpiade Atalanta dan Sidney.
"Kita juga sedih karena bapak David Radja meninggal. Seluruh Indonesia merasa sedih. Saya sangat sedih karena dia sangat berjasa. Kita kehilangan karena kita akan menghadapi Pra PON dan PON. Nilai nilai yang sudah diajarkan oleh pak David harus dilanjutkan oleh kita," imbuhnya.
Pelatnas di NTT
Pada kesempatan yang sama Johni Asadoma juga mengatakan bahwa di akhir bulan Januari 2019 ini, Pemusatan Pelatihan Nasional (pelatnas) akan diadakan di Kota Kupang. Ia berharap kesempatan ini juga bisa melahirkan petinju tangguh dari NTT dan Indonesia. Oleh sebab itu, dia meminta pengurus segera mempersiapkan diri.
"Saya mohon supaya tetap didukung," katanya.
Selain itu, ia membeberkan Piala Kapolri juga akan dilaksanakan di NTT. Namun, ia belum memastikan Piala Kapolri akan digelar di Kupang atau di Labuan Bajo.
"Tahun lalu di Manado diikuti 10 negara. Ini tentu bagus untuk mendukung program pariwisata bapak gubernur."
Ketua Umum Pertina NTT, Samuel Haning, dalam sambutannya juga meminta para pelatih dan pengurus supaya bekerja keras dalam mencetak atlet tinju berprestasi sebanyak mungkin.
Tahun 2019, katanya, merupakan era kebangkitan Pertina NTT. Maka dari itu, pihaknya sudah mempersiapkan sekitar 50 atlet yang mengikuti pelatda. Para atlet ini nantinya akan diseleksi untuk mendapatkan atlet terbaik yang berlaga di Pra PON 2019 di Maluku Utara pada Bulan September dan Bulan Oktober di Jawa Barat.
"Saya membuat rapat untuk kerja maksimal meskipun sudah tanpa pak David. Pertina harus berprestasi," tandasnya.
Pada kesempatan itu, Pertina NTT juga mengenang salah satu pengurus Pertina NTT, David Radja yang meninggal pada 31 Desember 2018 silam.
Paguyuban Wasit Hakim Nasional (Wahana) menyerahkan bingkisan kepada Bende Radja, istri almarhum David Radja. (*)