Berita Kabupaten Ende

Nilai Kerugian Kebakaran Kampung Adat Nggela Mencapai Rp 5 M

Penulis: Romualdus Pius
Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PUING/Sisa-sisa puing kebakaran Kampung Nggela,Rabu (31/10/2018)

Laporan Reporter Pos Kupang.Com, Romualdus Pius

POS-KUPANG.COM,ENDE---Kerugian akibat kebakaran yang menimpa Kampung Adat Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende, mencapai angka sekitar Rp 5 Miliar. Belum termasuk kerugian non material lainnya yang dialami oleh para korban.

Mosalaki (Tokoh adat) Kampung Nggela, Gabriel Manek mengatakan hal itu kepada Pos Kupang.Com, Rabu (31/10/2018) saat ditemui di Kampung Nggela.

Baca: Tingkat Hunian Hotel di Labuan Bajo Menurun! Ini Pemicunya

Baca: Polres Sumba Timur Resmi Gelar Operasi Zebra

Gabriel mengatakan, pihaknya tidak bisa memastikan berapa besar kerugian yang dialami oleh warga namun dari prakiraan material berupa properti rumah yang terbuat dari kayu dan bambu juga illang maupun ijuk serta perlengkapan adat lainnya yang ikut terbakar didalam rumah diprakirakan mencapai Rp 5 Miliar.

Untuk membangun kembali berbagai properti rumah adat tentu cukup sulit saat ini untuk mencari bahan lokal seperti ilalang yang sudah jarang tumbuh maupun kayu sebagai properti utama rumah adat.

Kalau dari sisi material memang kerugian diprakirakan mencapai Rp 5 Miliar namun kalau non material nilainya tidak terkira dengan angka-angka. Jelas ini sebuah kerugian yang sangat besar bagi warga tidak saja bagi warga maupun persekutuan Adat Nggela namun masyarakat para pencinta budaya,”kata Gabriel.

Menurut Gabriel, dalam ingatan dirinya kasus kebakaran yang menimpa Kampung Nggela kali ini bukan kejadian yang pertama namun sudah 4 kali.

“Kebakaran yang terakhir di tahun 1969 sebelum kejadian kebakaran di tahun 2018 namun sebelumnya sudah terjadi dua kali sebelum kami lahir berdasarkan cerita orang-orang tua dulu,”kata Gabriel.

Namun dari beberapa kali kebakaran yang pernah terjadi menurut Gabriel kebakaran yang paling besar serta yang paling tragis terjadi kali ini, tahun 2018.

“Kalau kebakaran sebelumnya hanya menimpa satu atau dua rumah saja namun cepat teratasi oleh warga namun kali ini adalah kebakaran yang paling besar,”kata Gabriel.

Menurut Gabriel kalau kebakaran terakhir sebelum terjadi kebakaran di tahun 2018 yakni 1969 adalah kebakaran yang disengaja oleh oknum warga yang kurang waras namun kalau kebakaran kali ini adalah kebakaran yang tidak disengaja namun efeknya luar biasa membawa kerugian baik moril maupun material bagi warga tidak saja untuk warga Nggela dan kerabatnya namun juga para pencinta budaya.

Gabriel mengatakan, kebakaran yang terjadi pada tahun 2018 pihaknya tidak mengetahui apa penyebabnya namun kebakaran terjadi dari sebuah rumah adat yang dikenal dengan sebuat Sao Lobo dan dalam waktu sekitar 30 hingga 40 menit semua rumah-rumah yang berdekatan dengan Sao Lobo ludes dilalap api dan 22 rumah adat serta 11 rumah warga menjadi korban amukan api.

“Kami tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa pasrah menyaksikan api membakar rumah demi rumah. Pijaran bola api melompat dari rumah yang satu ke rumah yang lain sehingga membuat 33 rumah ludes dilalap api,”kata Gabriel.

Setelah terjadi kebakaran warga yang menjadi korban mengungsi ke rumah-rumah kerabat dan juga tetangga sedangkan kalau siang hari berteduh di Pasar Nggela.

Tentang waktu pembangunan kembali rumah-rumah adat yang ada, Gabriel mengatakan bahwa cepat atau lambat rumah adat itu memang harus dibangun kembali namun pihaknya tidak tau kapan akan dilakukan karena saat ini pihaknya bersama warga masih berkonsentrasi untuk pemulihan diri pasca kebakaran.

Halaman
12

Berita Terkini