6. Di sumbawa ada perkampungan orang Bali, juga perkampungan orang Ende. Di sebelah rumah saya di BrangBiji, Sumbawa, ada desa Marilonga yang merupakan nama sebuah desa di Ende. Teman-teman ini juga membangun gereja dan tinggal berdampingan.#KamiSundaKecil
7. Demikianlah, panjang cerita jika dibikin panjang. Kami Sunda Kecil bukan tak pernah bertengkar, ada saja ujian datang tapi kami selalu bisa menjaga diri. Kami bertengkar secara dewasa dan akhirnya kembali bersalaman dan saling memeluk hati dan perasaan. Itu biasa.#KamiSundaKecil
8. Tulisan ini hanya surat cinta kecil, kepada sahabat saya di Kupang yang tak mengenal saya. Semoga kita kelak akan saling mengenal secara baik. Agar kita tak usah saling menolak datang. Kami Sunda Kecil adalah persaudaraan yang menghujan dalam zaman. Kita telah saling menerima.#KamiSundaKecil
9. Dan akhirnya kita menjadi Indonesia. Dalam persaudaraan sebangsa ini kita jangan saling menolak. Kita harus saling terima, bertemu dan bertatap muka apapun situasinya. Kita harus saling menjaga sebab manusia indonesia itu kompleks, identitasnya dan afiliasinya.#KamiSundaKecil
10. Aparat jangan ikut membuat dan mempertajam perbedaan politik dan afiliasi kandidat. Ini soal kecil yang akan kita lewati dengan selamat. Tetapi, saling menolak dan mencipta luka yang tak terkatakan adalah masalah kebersamaan kita.#KamiSundaKecil
11. Mari menjaga diri,
Menjaga persaudaraan,
Menjaga agar apapun warna dan perbedaan tidak sempat kita saling membenci dan menolak diakusi dan percakapan. Kami Sunda Kecil harus siap menjadi contoh pembauran. Menuju Indonesia raya.ya. #KamiSundaKecil
Kultwit ini mendapat tanggapan dari sejumlah netizen.
Sosok Fahri Hamzah
Dikutip dari id.wikipedia.org, H. Fahri Hamzah, S.E. (lahir di Utan, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 10 November 1971; umur 46 tahun) adalah seorang politikus Indonesia dari Nusa Tenggara Barat yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat sejak tahun 2014.
Fahri tercatat pernah menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Mataram pada tahun 1990 hingga 1992. Dia tidak melanjutkan kuliahnya di Unram dan memilih masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1992.
Di UI-lah kegiatan aktivisnya berkembang. Ia menjadi ketua umum Forum Studi Islam di fakultasnya, dan juga tercatat pernah menjadi ketua departemen penelitian dan pengembangan di senat mahasiswa universitas periode 1996-97.
Seiring bergulirnya Reformasi pada 1998, Fahri yang aktif di organisasi-organisasi mahasiswa Islam di Jakarta turut membidani kelahiran Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di Malang, dan menjabat sebagai Ketua I pada periode 1998-1999.
Fahri ikut serta mengorganisir gerakan-gerakan melawan rezim Orde Baru bersama KAMMI. Bahkan, setelah jatuhnya Soeharto, ia bersama gerakannya tetap mendukung presiden baru B.J. Habibie, meskipun sebagian besar mahasiswa saat itu mulai menentang Habibie yang dianggap tidak berbeda dengan pendahulunya.
Ia terpilih menjadi staf ahli Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 1999-2002 dan ikut dalam diskusi-diskusi terkait amendemen UUD 1945.
Fahri terpilih ke DPR pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2004 lewat daerah pemilihan NTB, tanah kelahirannya.