Di selasar, di pojok bangunan, di rerumputan, bahkan bagian belakang gereja dan pura, akti-vitas seksual juga terjadi dengan maraknya.
Untuk diizinkan berbuat para napi hams membayar kepada petugas. Rata-rata Rp80 ribu.
Thomas menunggu giliran bersama delapan napi asing lain. Ada yang menghabiskan lima menit, ada yang lebih.
Tapi kalau lewat setengah jam biasanya akan diburu-buru oleh yang belum mendapat giliran.
"Saya dijanjikan semalam suntuk, tapi nyatanya cuma setengah jam. Tak apa-apa. Kalau Anda 2,5 tahun tanpa seks, waktu 30 menit cukuplah," kata Thomas.
Malam seks biasa berlangsung sampai menjelang pagi. Semua melibatkan uang yang ujungujungnya masuk ke kantong petugas. Jumlahnya bisa melampaui gaji mereka. Selamat datang di Hotel Kerobokan.
Baca: Beda Dulu, Beda Sekarang, Ini Foto-Foto Ariel Tatum dari Masa ke Masa
Baca: Panglima TNI Transit di Kupang, Diskusi Ringan Bersama Forkompinda NTT
Tiga kali kapasitas
Kerobokan adalah penjara terbesar di Bali. Luas keseluruhan 4 ha, dibangun dengan cepat pada 1976, menggantikan penjara di Denpasar yang kemudian diubah menjadi mal.
Ketika Thomas pertama kali masuk (ia dua kali menghuni Kerobokan, bahkan pernah lari ke Jakarta dan tertangkap sampai dipenjara di LP Cipinang) awal 1990, jumlah penghuni cuma 320 orang.
Sekalipun harus berbagi dengan napi lain, Thomas rutin mendapat pasokan narkoba dari pacarnya yang setiap hari berkunjung.
Baca: Nani Bethan: Sudah Saatnya Pos Pantau Lantas di Larantuka Dilengkapi CCTV
Baca: Siksa Istrinya, Suami Mabuk Ini Diikat oleh Tetangga
Uang diserahkan ke penjaga, narkoba terbungkus plastik diselipkan di dalam vaginanya.
Penjara yang semula diperuntukkan bagi narapidana laki-laki itu lama-lama makin penuh sampai hampir 1.000 orang.
Blok W sebagian diperuntukkan bagi perempuan dan sebagian waria.
Di Kerobokan, yang disebut "Pemuka" karena paling disegani adalah Saidin.
Bekas tentara itu masuk setelah vonis 15 tahun akibat pembunuhan dengan memenggal kepala, demi bayaran Rp 3 juta, Maret 1998.