7 Alasan Relawan Tak Berpaling dari Marianus Sae-Emi Nomleni, Isyarat Jempol dari Gedung KPK

Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Ngada Marianus Sae (tengah) yang menggunakan rompi tahanan, berjalan seusai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Senin (12/2). KPK resmi menahan Bupati Ngada yang juga bakal calon Gubernur NTT Marianus Sae yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) pada Minggu (11/2) dalam kasus dugaan suap terkait proyek infrastruktur di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Calon Gubernur NTT, Marianus Sae diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Minggu (/2/2012).

Marianus Sae yang masih menjabat Bupati Ngada diamankan di sebuah hotel di Surabaya, Jawa Timur bersama seorang wanita.

Keduanya terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK.

Pada hari yang sama, KPK juga menangkap tiga orang lainnya di dua tempat berbeda.

Seorang ditangkap di Kupang, sedangkan dua lainnya ditangkap si Bajawa, Kabupaten Ngada.

Baca: Surat Cinta Marianus Sae untuk Emi Nomleni dan Relawan MS-Emi

Satu dari dua orang yang ditangkap di Bajawa adalah Direktur PT Sinar 99 Permai, Wilhelmus Iwan Ulumbu.

Marianus Sae dan Wilhelmus ditetapkan sebagai tersangka, sedangkan tiga lainnya berstatus saksi.

Marianus Sae disangkakan menerima suap Rp 4,1 miliar dari Wilhelmus. KPK menyebut uang suap sebagai fee proyek-proyek.

KPK menduga Marianus Sae menjanjikan sejumlah proyek senilai Rp 50 miliar kepada Wilhelmus.

Baca: Wujud Konsistensi Relawan Marianus Sae Lakukan Ini di Maumere

Menyandang status tersangka tidak serta merta menghempaskan Marianus Sae keluar dari gelanggang Pilgub NTT.

Status tersangka juga tidak membuat relawan meninggalkan Marianus Sae-Emilia Nomleni.

Justru sebaliknya, relawan semakid solid dan terus berjuang memenangkan Marianus Sae-Emilia Nomleni.

Sejumlah relawan mengaku mendapat tawaran menjadi pendukung pasangan calon lain namun ditolak mentah-mentah.

Baca: Marianus Sae Ditangkap KPK, Emilia Nomleni: Saya akan Berjuang Sampai Finish

Apa alasan relawan tidak mau berpaling dari Marianus Sae-Emilia Nomleni?

Pos Kupang menghimpun suara netizen yang merupakan relawan Marianus Sae-Emilia Nomleni.

1. Bukan OTT

Penangkapan Marianus Sae oleh KPK bukan dikategori sebagai OTT kasus suap. Demikian pandangam relawan.

Pasalnya, penyuap dan penerima suap ditangkap pada tempat berbeda.

Marianus Sae ditangkap di Surabaya, sedangkan Wilhelmus ditangkap di Bajawa.

Orang yang berperan sebagai perantara pun tidak ada.

Menurut relawan, OTT sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 19 KUHAP tidak untuk kasus Marianus Sae.

Pasal 1 angka 19 KUHAP :

"Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu."

Lantaran tidak sesuai aturan sehingga relawan meplesetkan OTT menjadi Operasi Tanda Tanya dan Orang Tetap Tusuk.

Orang Tetap Tusuk maksudnya tetap memilih Marianus Sae- Emilia Nomleni.

Pendapat relawan bahwa penangkapan Marianus Sae bukan OTT dipertegas praktisi hukum Eggi Sudjana.

Menurut Egi Sudjana penangkapan Marianus Sae bukan OTT, melainkan penangkapan biasa.

"Tindakan hukum yang dilakukan KPK ini lebih tepatnya secara ilmu hukum acara pidana adalah penangkapan, yang harus memenuhi syarat penangkapan sebagaimana ditentukan dalam KUHAP," kata praktisi hukum Egi Sudjana sebagaimana dilansir dari www.tandaseru.id.

"Kalau kasus Bupati Ngada ini kan tidak ada barang buktinya. Kemudian KPK sudah melakukan penyelidikan Desember atau Januari, tapi OTT-nya baru sekarang. Nah ini di sini KPK enggak benarnya."

2. Tanpa Bukti Uang Tunai

Menurut relawan, penangkapan Marianus Sae tidak disertai dengan pengamanan barang bukti uang tunai.

Mengutip keterangan Penasehat Hukum Marianus Sae, Wilfridus Watu, SH, saat ditangkap KPK mengamankan ATM dan uang tunai Rp 1,6 juta.

"Klau struk tidak ada di tangan MS. Beliau hanya memegang dompet dan tas yang isinya pakaian adat Bajawa untuk ikut Reba dengan uang tunai di dalam dompet sebanyak Rp 1,6 juta," demikian status Chris Parera yang dipsoting 19 Februari pukul 19.48 Wita.

"Saya jg bingungg akan OTT. Anak Sekolah Jg Tau Kalu OTT itu ada 2 Org yg transaksi n di satu tempat...," tulis Stanis Laurentius Ramos.

Relawan juga membandingkan dengan OTT KPK terhadap beberapa kepala daerah awal tahun 2018 ini, dimana semuanya disertai dengan barang bukti uang tunai.

3. Asas Praduga Tak Bersalah

Meski menganggap bukan OTT dan tanpa barang bukti uang tunai, relawan menghormati proses hukum yang telah dilakukan KPK terhadap Marianus Sae.

Karena belum ada keputusan pengadilan berkekuatan hukum tetap sehingga Marianus Sae tetap didukung.

"JANGAN CEPAT MENUDUH ORANG BERSALAH KALAU KAU SENDIRI PELAKU SALAH.
#SAVEKPK_SAVEMS," tulis akun Chris Parera.

4. Bermuatan Politis

Relawan menuding penangkapan Marianus Sae oleh KPK bernuansa politis.

Mereka menduga ada lawan politik 'menggunakan' KPK untuk mengkanvaskan Marianus Sae.

Mengingat sejak resmi diusung PDIP dan PKB, elektabilitas pasangan Marianus Sae-Emilia Nomleni terus meningkat meski isu amoral secara masif dihembus lawan-lawan politik.

"KPK jaman now di seting oleh para elit politik kotor,,,kpk tidak bekerja dengan hati,,,,," tulis akun George Bryngme Horyzon.

"MS masuk penjara, mereka dua TOS kegirangan. Makin menguatkan saya bahwa merekalah otak di balik penangkapan itu. Politik penuh intrik mematikan. Kalau mau tangkap kenapa tidak dari 2011 kek, 2016 kek, kenapa sehari jelang penetapan?
MS digoyang dengan kasus perempuan? Tidak mempan! Dilaporkan korupsi dana desa? Tdak mempan! Terakhir 'OTT'. Tangkap MS di Surabaya, Tangkap Pemberi Uang di Bajawa. Nyambungnya dimana? Nihil barang bukti uang lagi! Ckckckckckck. Politik oh politik. #SAVE_MS-EMI," tulis akun Chris Parera.

5. Sah Sebagai Calon Gubernur NTT

Menyandang status tersangka tidak menggugurkan pencalonannya sebagai gubernur.

Pada hari penetapannya sebagai tersangka oleh KPK, KPU Provinsi NTT justru menetapkan Marianus Sae-Emilia Nomleni sebagai calon gubernur dan wakil gubernur NTT periode 2018-2023.

Penetapan Marianus Sae-Emilia Nomleni sebagai peserta Pilgub NTT direspon positif oleh relawan.

"KPU sdh menetapkn MSEN sbagai calon tetap gubernur & wakil gubernur 2018-2023 kala menang ttp MSEN pilihanku," tulis akun Anggalus Jon.

6. Acungkan Jempol

Berbeda dengan tersangka KPK lainnya, Marianus Sae terlihat lebih tegar. Kalau tersangka lain mengalami drop lalu jatuh sakit, tidak demikian dengan Marianus Sae.

Sejak ditangkap dan mendekam di ruang tahanan KPK, Marianus Sae terlihat bugar dan baik-baik saja.

Hal itu diketahui relawan dari tayangan berita televisi serta foto- foto Marianus Sae yang beredar.

Usai diperiksa penyidik KPK, Marianus Sae masih melempar senyum kepada pewarta.

Marianus Sae mengacungkan jempol usai diperiksa penyidik KPK (www.dawainusa.com)

Memakai rompi orange, Marianus Sae juga mengacungkan jempol. Hanya Marianus Sae yang tau makna jempolnya.

Meski demikian, bagi relawan, jempol Marianus dari gedung KPK tersebut memberi spirit baru.

"MELIHAT JARI JEMPOLMU MEMBUAT KAMI ADA HARAPAN POSITIVE. Karena engkau hanya mangsa jebakan karena mereka tidak mampu membunuh karaktermu dengan cara sehat. Tetap kuat abang anus semoga tuhan besertamu. Amiiinnnnn," tulis akun Muhamad Sukur.

7. Faktor Emilia Nomleni

Menurut relawan, jika Marianus Sae berhalangan tetap maka Emilia Nomleni pantas menjadi gubernur NTT.

Polisiti PDIP ini dianggap santun dan mampu memimpin NTT yang beragam. Anggota DPRD Provinsi NTT periode 2009-2014 ini merupakan sosok perempuan pertama dalam hajatan Pilgub NTT.

Emilia Nomleni dipandang sebagai seorang ibu yang sederhana dengan penampilan yang rapih, tekun berbakti untuk masyarakat.

Selain aspek gender, kehadiran Emilia Nomleni akan menjadi representasi kaum perempuan dalam jajaran pemerintah NTT.

Berikut ini komentar relawan.

@Andy Erwin N Andy: Perempuan ini adalah perempuan tangguh. Calon pemimpin perempuan yang sudah teruji. tetap tegar berdiri ditengah badai politik. saatnya kita semua bersatu hati. tidak membiarkan dia sendiri. karena #KamiMasihAda

@Maria Vianey Mbadhi: Maju terus ibu Emy kami mendukung mu...sejarah akan mencatat ibu jadi perempuan pertama yg memimpin NTT

@Freddy Wahon: Mungkin mereka lupa baca aturan, kalau Cagub rontok, maka Cawagub akan jadi penggantinya. Tampilnya sosok perempuan Timor, Emi Emelia Nomleni malah bikin mereka tambah galau. Hahahaha.... Ketahuan kalau takut sama perempuan. Dari sang Croser pun bersurat dan menyatakan mendukung Kakak Nona. Jika lelaki punya segudang akal, maka perempuan cukup mengandalkan sebuah hati yang tulus untuk berbhakti bagi Flobamora tercinta. "Adik bisa," tulis MS, meyakinkan usi Emi. Ya, pasti bisa. Dan, sangat bisa bagi sang arsitek perempuan ini.

Konsistensi sikap relawan berjibaku mendukung Marianus Sae- Emilia Nomleni bertarung sampai finish justru membingungkan pendukung calon gubernur dan wakil gubernur NTT lainnya.(*)

Berita Terkini