Wawancara Ekslusif
Prof. Anton Temukan Senyawa Kimia Undana A dan Senyawa Kimia Undana B dari Mangrove dan Koral Lunak
Kalau mau dibilang pengembangan obat dari laut asal Indonesia itu kebanyakan dilakukan oleh peneliti luar baik di Eropa, Amerika atau Kanada.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
Jadi sudah diteliti, bisa digunakan sebagai obat cuma tingkat toksisitasnya terlalu tinggi. Kita bisa menggunakan tapi dengan kadar di bawah 100 milligram itu mungkin masih bisa tapi kalau diatas itu bisa menyebabkan kelumpuhan.
Kadang memang praktek tradisional itu benar tapi kita harus mengacu kembali pada kearifan lokal.
Dari NTT sendiri kabarnya sudah ada senyawa yang ditemukan dari pohon mangrove?
Ya, jadi berangkat dari mikroba yang bisa menghasilkan senyawa kimia yang sama oleh tanaman, kemudian kita coba mulai meneliti senyawa kimia atau potensi pengembangan obat ini dari mikroba.
Nah mikroba biasanya memproduksi senyawa kimia semakin bagus kalau tantangannya semakin ekstrim atau kondisi tempat tinggalnya semakin susah, jadi kemudian kita beralih ke mangrove.
Nah dari mangrove itu kami mengisolasi jamur endofit, kita kultivasi kemudian kita mulai melakukan pengecekan secara Kimia, nah dari Kimia kami menemukan sesuatu yang bagus, ada yang dinamakan asam tetramat.
Asam tetramat itu dulu lebih banyak dipakai untuk pengembangan antibiotik seperti equisetin dan seterusnya dan asam tetramat yang dipakai rata-rata bentuknya TRANS. Nah menariknya yang kita temukan itu dapat bentuknya CIS.
Kemudian karena bentuk CIS ini belum pernah ada di seluruh dunia, kita yang baru dapat pertama kali dalam bentuk CIS sehingga sebagai senyawa baru kita namakan Senyawa Kimia, karena ini berasal dari Undana kita kasih nama Undana A.
Jadi ada senyawa Kimia Undana A yang kita peroleh dari tanaman mangrove.
Ini baru tahap permulaan dan tahap pengembangan jadi semoga masih bisa diteruskan kedepan. Tadi saya sebutkan bahwa memang asam tetramat itu lebih condong ke bagian anti mikroba dan untuk bagian CIS ini lebih banyak pengembangan ke anti jamur dan ini yang kami belum sempat bergerak ke arah sana, semoga nanti bisa dikembangkan ke arah sana.
Selain di mangrove, dari laut kita ini luar biasa, kami penasaran bagaimana biota laut di NTT, jadi kami mulai menyisir pelan-pelan dari pantai di Kupang, yang kami kunjungi pertama itu adalah pantai Paradiso dan ternyata ada karang lunak yang tumbuhnya lebih besar dari yang lainnya dan secara prinsip Kimia ekologis, kalau dia bisa bertumbuh lebih banyak dibandingkan dengan yang lain di sekitarnya berarti dia sebenarnya memproduksi senjata Kimia menghambat yang lain untuk bertumbuh, berarti senyawa kimia yang dihasilkan itu mempunyai khasiat.
Dari situ kita coba teliti dan menghasilkan senyawa kimia yang baru. Sebenarnya ada khasiat anti kankernya dan itu dibuktikan juga oleh peneliti dari Taiwan yang menemukan senyawa kimia yang hampir sama, juga dikembangkan untuk kanker prostat.
Itu baru satu jenis soft coral sedangkan soft coral di pantai Paradiso itu dulu banyak sekali, sekarang memang agak sedikit berkurang. Kemudian kita coba lagi ke Rote, ke Flores dan di sekitar kepulauan Taman Nasional Komodo itu kita bisa melihat dengan jernih bahwa banyak sekali soft coral, karang lunak, organisme laut yang sebenarnya lebih baik dibandingkan dengan Great Barrier Reef, yang terkenal di Australia.
Cuma, yang menangani tentang kimia ekologi kelautan, mangrove itu kita masih agak kurang ya dan butuh konsistensi dan fokus ke sana.
Kalau mau dibilang pengembangan obat dari laut asal Indonesia itu kebanyakan dilakukan oleh peneliti luar baik di Eropa, Amerika atau Kanada.
Kalau kita lihat penelitian mereka tentang pengembangan obat dari laut itu rata-rata sampelnya diambil dari Indonesia.
Sebenarnya kita memang membutuhkan yang ahli di bidang kelautan baik Kimia maupun Biologi termasuk identifikasi spesies dan lain sebagainya itu kita memang masih sangat kekurangan. (uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.