Breaking News

Renungan Harian Katolik

Renungan Katolik Jumat 15 Agustus 2025, "Yang Telah Dipersatukan Allah Tak Boleh Diceraikan Manusia"

Ketegaran hati, ketertutupan hati, mementingkan kesenangan sendiri, hitung-hitungan, kelekatan terhadap orang tua, dan masih banyak lagi

Editor: Eflin Rote
dok-pribadi
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Jumat, 15 Agustus 2025
Tarsisius
Yos. 24:1-13; Mzm. 136:1-3,16-18,21-22,24; Mat. 19:3-12.
Warna Liturgi Hijau

"Apa yang Telah Dipersatukan Allah, Tidak Boleh Diceraikan Manusia"

Anda pasti pernah menghadiri upacara Perkawinan Katolik di Gereja. Sebelum menyatakan kesepakatan perkawinan, kedua mempelai ditanya, “Selama menjalani perkawinan nanti, bersediakah kalian untuk saling mengasihi dan saling menghormati sepanjang hidup?” Masing-masing mempelai menjawab, “Ya, saya bersedia.”

Dalam Seruan Apostolik Sukacita Kasih Paus Fransiskus mengingatkan, “Dengan mengatakan „Saya bersedia‟, mereka (kedua mempelai, red) baru memulai suatu perjalanan yang mengharuskan mereka untuk mengatasi semua rintangan yang menghalangi perjalanan mereka mencapai tujuan” (No. 218).

Ketegaran hati, ketertutupan hati, mementingkan kesenangan sendiri, hitung-hitungan, kelekatan terhadap orang tua, dan masih banyak lagi, semua itu merupakan rintanganrintangan hidup perkawinan yang mesti diatasi bersama oleh pasangan suami istri.

Paus Fransiskus juga mengingatkan bahwa perkawinan bukanlah sesuatu yang sekali dibangun, lalu selesai. Penyatuan mereka nyata dan tidak dapat dibatalkan, telah diteguhkan dan dikuduskan oleh Sakramen Perkawinan.

Seperti ditegaskan oleh Yesus dalam Injil hari ini, Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mat 19:6b). Sikap Yesus tegas bahwa penyatuan dua pribadi oleh Allah bersifat mutlak dan mengikat, sehingga tidak boleh diceraikan manusia. 

Paus Benediktus XVI pernah berkomentar bahwa keluarga yang tetap utuh, saling setia dan mengasihi adalah keluarga yang tinggal dan bersatu dengan Allah yang adalah kasih. Persatuan mesra dengan Allah membuat mereka mampu berjalan melewati godaan, tantangan, dan kesukaran.

Hidup yang bersahabat dengan Allah membuat keluarga sejahtera, bahagia, dan tetap utuh hingga keabadian. Sementara itu, keluarga yang sampai berpisah adalah keluarga yang menjauh, bahkan meninggalkan Allah, sang Kasih.

Cara hidup yang terasing dari Allah membuat mereka tidak mampu menghadapi godaan dan segala
tantangan zaman ini. Ada beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan untuk merawat hidup perkawinan yang sehat: Pertama, secara teratur menghadiri Perayaan Ekaristi hari Minggu untuk menumbuhkan hidup rohani yang sehat dan kuat (Ibid., No. 223). Kedua, mengalami liturgi yang bermakna, praktik-praktik devosional dan Ekaristi yang dirayakan bagi keluarga, khususnya pada saat ulang tahun perkawinan (Ibid.).

Di Paroki, setiap tahun pada Pesta Keluarga Kudus Nazaret selalu merayakan misa bagi pasutri yang merayakan Hari Ulang Tahun Perkawinan.

Ketiga, menciptakan rutinitas yang bisa memberikan rasa stabilitas dan rasa aman yang sehat, yang dibangun melalui serangkaian ritual harian bersama.

Misalnya, memberikan sebuah kecupan di pagi hari, memberi berkat menjelang istirahat malam, menunggu yang lain dan menyambutnya ketika ia datang, pergi bersama keluarga atau berbagi pekerjaan rumah tangga (Ibid., No. 226).

Keempat, menikmati acaraacara khusus bersama dan dalam keluarga, dilandasi oleh rasa kagum atas berbagai karunia Allah dan memupuk bersama-sama semangat untuk hidup dalam keakraban dan persaudaraan (Ibid.).

Kelima, menciptakan kesempatan dan kemungkinan untuk doa keluarga, karena “keluarga yang berdoa bersama-sama akan tetap bersama-sama” (Ibid. No. 227). Keenam, perlu juga melakukan kebiasaan untuk berdoa sendirian (doa pribadi) di hadirat Allah, karena setiap orang memiliki salib-salib rahasianya sendiri. “Mengapa kita tidak menceritakan kepada Allah apa yang mencemaskan hati dan mohon pada-Nya kekuatan untuk menyembuhkan luka-luka pribadi dan terang yang dibutuhkan untuk mendukung komitmen kita?” (Ibid.).

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved