Breaking News

NTT Terkini

Gaji Tertunggak dan Kapal Rusak, ABK KMP Sirung dan Pulau Sabu Terlunta-lunta

Marianus Marica, nahkoda KMP Sirung, menyatakan setelah kapal kembali dari galangan kapal di Lembar pada Januari 2025,

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/TARI RAHMANIAR ISMAIL
Para ABK KMP SIRUNG dan KMP Pulau Sabu mengunjungi Kantor PT Flobamor 

Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail

POS-KUPANG.COM, KUPANG – Awak Kapal Motor Penumpang (KMP) Sirung dan KMP Pulau Sabu kini menghadapi kondisi yang memprihatinkan.

Kedua kapal tersebut tidak beroperasi sejak kembali dari proses docking di tahun 2025 akibat kerusakan mesin yang serius. Akibatnya para awak kapal belum menerima gaji selama lebih dari tiga bulan.

Berdasarkan pantauan POS-KUPANG.COM, tepat pada Kamis 30 Juli 2025 pukul 10.00 WITA pihak ABK KMP Sirung dan KMP Pulau Sabu melakukan pertemuan internal dengan pihak PT Flobamor di Kantor Flobamor Naikolan Kota Kupang.
 
Marianus Marica, nahkoda KMP Sirung, menyatakan setelah kapal kembali dari galangan kapal di Lembar pada Januari 2025, KMP Sirung sempat berlayar dua kali ke Ende dan Pulau Ende.

Namun, setelah pelayaran itu, mesin kapal mengalami kerusakan parah. “Dari mesin bantu, genset hingga motor induk penggerak utama, semua dalam keadaan rusak,” katanya.

Selain itu, para kru kapal termasuk ABK belum menerima gaji sejak Mei 2025. Gaji yang semestinya dibayarkan melalui subsidi pemerintah yang dikelola PT Flobamor, belum juga cair. 

"Kami sudah tiga bulan setengah tidak terima gaji. Uang makan juga tidak dikasih. Terakhir, kami hanya dibayar setengah di bulan Februari," ujarnya saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, Kamis (31/7). 

Menurut pernyataan para ABK dalam pertemuan dengan Direksi PT Flobamor, pihak perusahaan menyatakan tidak memiliki dana untuk membayar gaji dan baru bisa melakukannya jika KMP Pulau Sabu bisa kembali beroperasi dan mengklaim subsidi ke BPTD. Namun, kondisi kapal Pulau Sabu pun tak kalah buruk.

Lasarus Riwu, salah satu awak KMP Pulau Sabu, mengatakan kapal hanya memiliki satu mesin yang berfungsi, itu pun dengan kondisi asap tebal dan performa tidak stabil.
 
"Kalau kapal ini dipaksa jalan, bisa mutar-mutar di tempat saja. Belum lagi alat komunikasinya rusak, dan kami juga tidak menerima uang makan," tegasnya.

Sementara itu, seluruh kru KMP Pulau Sabu terpaksa bertahan hidup secara swadaya.  “Hari ini makanan terakhir. Besok kami tidak tahu makan apa lagi. Tapi kapal ini tidak bisa kami tinggal, karena kalau tidak dipompa, air akan masuk dan kapal bisa tenggelam,” tambah Riwu. 

Baca juga: Kerap Merugi, Komisi III DPRD NTT Sebut PT Flobamor Sakit Berat

Para kru berharap pemerintah provinsi dan pihak manajemen segera mengambil tindakan serius untuk memperbaiki kapal dan menyelamatkan kehidupan mereka. Jika tidak, mereka khawatir kondisi ini bisa berujung pada hal yang lebih tragis.

Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari Direksi PT Flobamor pasca pertemuan dengan ABK.

Sementara itu, POS-KUPANG.COM sudah berupaya untuk meminta keterangan pihak PT Flobamor. Namun Direktur PT Flobamor Yufridus Irawan Rayon mengatakan dengan kondisi seperti ini ia belum bisa memberikan keterangan dan menolak diwawancarai. 

Namun satu hal jelas, dua kapal yang seharusnya menjadi penggerak transportasi antarpulau di NTT kini justru menjadi simbol stagnasi dan krisis manajemen. Dan di tengah semua itu, nasib puluhan keluarga bergantung pada keputusan yang tak kunjung tiba. (iar)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved