NTT Terkini
UT Kupang Lakukan Penelitian Nilai Budaya Lokal NTT, Diharapkan Bisa Jadi Kurikulum Muatan Lokal
Menurut Ajat, dengan potensi budaya yang ada itu, pihaknya mencoba untuk menggali kemudian melihat hal yang ada di masyarakat melalui penelitian.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Universitas Terbuka (UT) Kupang melaksanakan penelitian dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Augmented Reality pada NIlai-nilai Budaya Lokal Nusa Tenggara Timur Sebagai Sumber Pembelajaran di Sekolah.
Penelitian ini dilakukan pada Suku Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal ini disampaikan Ketua Tim Peneliti yang juga Direktur UT Kupang, Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd, Sabtu (19/7/2025).
"Ketika saya ditugaskan di UT Kupang itu, saya juga sempat kunjungan serta berkeliling ke beberapa daerah dan melihat potensi budaya dan fenomena alam. Dari situ muncul ide dan gagasan kami selaku bagian dari penelitian untuk memajukan dan juga menginformasikan kondisi budaya yang ada di NTT," kata Ajat Sudrajat.
Baca juga: Rektor UT: Kunjungan ke Timor Leste Jadi Momen Bersejarah Dalam Perluas Akses Pendidikan
Menurut Ajat, dengan potensi budaya yang ada itu, pihaknya mencoba untuk menggali kemudian melihat hal yang ada di masyarakat melalui penelitian.
"Kemarin saya di TTS dan mencoba meneliti terkait Suku Boti. Suku ini boleh dibilang unik, sama seperti di Suku Baduy, Suku Baduy yang berasal dari wilayah Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten," katanya
Penelitian ini, lanjutnya, berkat dukungan dan kolaborasi dengan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Prof. Drs. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D.
"Ini kita akan kaitkan dengan pendidikan IPS di sekolah dan dengan melihat perkembangan zaman yang ketat, kita ingin agar budaya ini tidak terdegradasi oleh perkembangan zaman," harapnya.
Terkait Suku Boti yang menjadi pusat penelitian, Ajat menjelaskan, dirinya menggalai potensi yang ada di Suku Boti, yang mana suku ini memiliki tradisi dan budaya yang sangat kuat.
"Kenapa ini kita angkat, agar generasi berikut kita atau anak-anak kita bisa tahu juga tentang suku Boti. Hal yang akan kami teliti seperti beberapa tradisi yaitu cara budidaya atau sistem pertanian, adat istiadat, pernikahan. Mungkin sama atau beda kita lihat sisi persamaan di mana dan perbedaannya di mana. Kemudian soal kematian dan tradisi pemakaman," jelasnya.
Baca juga: Rektor Universitas Terbuka Mohammad Yunus Puji Kepemimpinan Direktur UT Kupang
Hal lain, seperti ketika ada warga yang mengalami sakit, apakah mungkin diobati dengan obat tradisional atau ada hal lain.
Dikatakan, walaupun di tengah perkembangan zaman budaya dari suku ini tetap eksis. Hasil penelitian ini tentu akan disampaikan kepada pemerintah NTT sehingga apakah bisa dimasukkan menjadi kurikulum muatan lokal (mulok) pada pendidikan dasar.
Terkait penerimaansuku ini terhadap tamu, Ajat mengakui, saat pergi ke Boti, dirinya bersama bapak Ayub Titu Eki yang adalah salah satu tokoh Timor.
"Kami ke sana menginap dan luar biasa kami diterima dengan baik dan ramah. Kami merasa aman dan sangat-sangat baik sehigga sudah merasa mereka seperti saudara sendiri. Saya juga bertemu Raja Boti dan kami meminta izin agar pengembangan UT bisa dikenal luas di masyarakat," ujarnya.
Ajat mengharapkan, hasil penelitian itu nantinya bisa diakomodir pemerintah dan dimasukkan menjadi kurikulum mulok pada tingkat pendidikan dasar.
"Harapan saya sebagai peneliti budaya lokal, agar budaya ini tetap lestari, yakni tidak punah walaupun di tengah perkembangan zaman dan kemudian dimasukkan ke dalam kurikulum sebagai mulok di pendidikan dasar," pungkasnya. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS