UKAW Kupang

Mahasiswa Fakultas Ekonomi UKAW Kupang Dapat Pembekalan Sebelum PKL

Di samping itu, mahasiswa juga harapannya mampu menjadi seorang wirausahawan tanpa harus mengandalkan bekerja di sektor pemerintahan.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Pose bersama mahasiswa dan pemateri serta dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana dalam pembekalan mahasiswa PKL semester genap tahun akademik 2024/2025. Rabu, (25/6/2025) di Kampus UKAW. 

"Tema PKL Transformasi UMKM, Gereja dan Pemerintah Melalui Literasi Digital dan Tata Kelola Berkelanjutan," katanya.

PKL juga dimaksudkan sebagai sumber belajar bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi UKAW dalam mengarahkan, mengembangkan dan merelevansikan orientasi keilmuannya pada tuntutan era digital dengan kebutuhan lapangan pekerjaan di Provinsi NTT.

"Mahasiswa mampu menyelesaikan suatu masalah tertentu dengan dasar ilmu manajemen dan akuntansi yang telah disiapkan serta menganalisisnya secara mendalam yang dituangkan dalam bentuk Laporan PKL dan apabila memungkinkan dapat diangkat menjadi tugas akhir atau skripsi," ujarnya. 

PKL akan dilaksanakan selama delapan pekan atau sejak tanggal 1 Juli hingga 30 Agustus 2025. Semua mahasiswa PKL akan berfokus dalam Kota Kupang 

Untuk mendukung itu, 24 dosen akan melakukan pendampingan kepada 206 mahasiswa Prodi Manajemen dan 196 mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi UKAW. Secara keseluruhan ada 402 mahasiswa yang mengikuti PKL

Kepala Bank Indonesia NTT Agus Sistyo Widjajati yang hadir sebagai salah satu pemateri mengatakan, kepemilikan gadget setiap orang memberi tanda bahwa saat ini sudah berada di era digital. Berbagai transaksi pun kini dimudahkan lewat gadget. 

Hasil survei, ternyata gadget yang menjadi barang paling penting untuk setiap orang, handphone justru lebih banyak digunakan untuk interaksi pada media sosial. 

Fenomena itu, Bank Indonesia mengadakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas dari gadget. Agus berkata, 80 persen penduduk di NTT adalah Kristen yang sangat berkaitan dengan Gereja. 

"Saya datang ke GMIT, bisa tidak saya bersinergi dengan Gereja. Maksudnya adalah bagaimana pendeta itu tidak hanya menjalankan tugas memperkuat iman, tapi bagaimana Gereja memperkuat ekonomi umat," ujarnya. 

Dia mengaku, respon dari Ketua Sinode GMIT sangat baik. Hasilnya Bank Indonesia dan GMIT melakukan kerja sama. Nantinya akan dilaunching GG Mart atau Gereja GMIT Mart. Baginya ini memang sesuatu yang cukup berbeda. 

Baca juga: Ujian Seminar Hasil Tesis Mahasiswa Pascasarjana Teologi UKAW Berlangsung Sukses

Namun, dalam realitas penduduk miskin di NTT adalah 1,3 juta. Sehingga Gereja perlu mengambil peran untuk meningkatkan kesejahteraan agar membawa penduduk miskin itu keluar dari keterpurukan. 

"Ternyata di NTT potensinya luar biasa, yang mengelola itu bukan orang NTT. Oleh karena itu, kita buat Gereja GMIT Mart, agar setiap Gereja punya produk," ujarnya. 

Agus mengatakan, pengalamannya berkeliling ke seluruh daerah di NTT, hampir semua memberikan oleh-oleh. Mayoritas memberikan bingkisan berupa madu. Bahkan ada varian dari setiap madu itu. 

Meski banyak varian, namun semua model kemasan sama dengan tempat yang sederhana. Contoh ini membuat nilai jual sangat sedikit. Agus mendorong agar peningkatan nilai jual perlu diikuti dengan melakukan perbaikan sejak dari produksi sebuah produk, termasuk kemasan. 

"Digitalnya seperti apa, mulailah dengan cara mencari tahu, produk ini seperti apa. Kalau ada orang dari laut Kupang mau membawa oleh-oleh, dikasih madu dengan kemasan botol bekas, pasti yang beli juga terbatas. Beli juga hanya untuk diri sendiri," katanya. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved