NTT Terkini
Prodi Arsitektur Unwira Tampung Kekayaan Arsitektur Lokal NTT
Menurut Pilipus, satu kelemahan dari arsitektur lokal yang disebut Vernakular di NTT ini adalah berangkat dari budaya lisan, budaya tutur.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang menampung kekayaan arsitektur Nusa Tenggara Timur di Laboratorium Studio dan Riset Arsitektur Vernakular.
Kepala Laboratorium Studio dan Riset Arsitektur Vernakular FT Unwira, Ir. Pilipus Jeraman, M.T., dalam Podcast Pos Kupang, Senin, (16/06/2025) mengatakan, kegiatan untuk melakukan studi-studi lapangan sudah dilakukan sejak berdirinya program studi ini karena ada mata kuliah Arsitektur Tradisional.
"Itu yang kita pelajari lalu kemudian setelah kita melakukan studi di tempat lain ternyata mereka juga punya koleksi bagaimana cara mendokumentasi arsitektur ini," ujarnya.
Menurut Pilipus, satu kelemahan dari arsitektur lokal yang disebut Vernakular di NTT ini adalah berangkat dari budaya lisan, budaya tutur.
"Tidak banyak yang menulis tentang seperti apa sih rumah Dawan ini misalnya, atau rumah Lio di Ende? Semua ada tapi cerita lisan. Nah ini kelemahan.
Lalu berangkat dari situ kami coba mendokumentasi, membuat tulisan sederhana sekalipun bersama mahasiswa lalu kita buat gambar-gambarnya dan ada miniatur, maket. Jadi yang dipamerkan itu adalah bagian-bagian dari kerja laboratorium.
Rencana besar kita kedepan kalau memang kita punya waktu yang panjang tentu bukunya pasti akan kita terbitkan lalu dokumentasi dalam bentuk miniatur-miniatur sehingga orang mau belajar Arsitektur Nusa Tenggara Timur, mestinya kedepan kalau lab ini sudah berjalan dengan baik, datanglah ke sana sebelum kamu ke Sumba, Flores. Itu tujuannya," ungkapnya.
Baca juga: LIPSUS: Jai Massal Pecahkan Rekor MURI Unwira Kupang Raih Dua Rekor
Pilipus menjelaskan, Vernakular merupakan istilah umum yang disepakati di seluruh bumi ini. Di tempat lain, terutama dari sisi antropologi, ada yang menyebutnya arsitektur tradisional, yang lebih dikenal di masyarakat.
Padahal, arsitektur tradisional adalah salah satu bagian dari Arsitektur Vernakular itu sendiri.
"Jadi, kalau mau dilihat dari konteks dunia, sebenarnya di Barat, orang itu di masa lalu membedakan arsitektur yang dihasilkan oleh arsitek dengan yang dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri.
Dengan kata lain, di masa lalu, ada pekerjaan arsitektur yang dikerjakan oleh arsitek sekolahan, tapi ada arsitektur yang dihasilkan oleh masyarakat," jelas Pilipus.
Kedua, lanjut dia, pembangunannya pasti berlandaskan nilai-nilai budaya lokal. Itulah yang membedakan kenapa di Amerika berbeda dengan Indonesia atau di NTT sendiri berbeda-beda, karena nilai-nilai budaya di NTT begitu banyak.
Ketiga, konsep ini memanfaatkan potensi lokal, mulai dari tenaga kerja hingga material. Selain itu, arsitektur vernakular punya teknologi sendiri yang dimiliki masyarakat.
Ketua Prodi Arsitektur Unwira, Benediktus Boli, S.T., M.T, dalam kesempatan yang sama mengatakan, prodi ini hadir bersamaan dengan berdirinya Unwira pada tahun 1982.
"Waktu itu ada dua fakultas yang didirikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teknik. Di Fakultas Teknik ada, waktu itu disebut Jurusan, ada jurusan Arsitektur dan jurusan Teknik Sipil jadi sekarang sudah berusia 43 tahun.
Dalam usia ke 43 ini ada banyak hal yang terjadi di Prodi Arsitektur. Ada banyak penyesuaian terutama karena berubahnya regulasi dunia pendidikan tinggi jadi ada banyak penyesuaian termasuk kurikulum terus dibenahi, dari kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum Merdeka Belajar sekarang, sebelumnya ada kerangka kualifikasi nasional Indonesia, akan ada lagi penyesuaian kurikulum yang baru keluar," ujarnya.
"Dalam proses itu kita juga terus dimonitor oleh lembaga akreditasi nasional, BAN-PT , kita terakreditasi sudah lima kali, empat kalinya itu kita dapat predikat B, kemarin dengan perubahan regulasi dimana dituntut banyak sekali hal baru termasuk kualifikasi tenaga pendidikan yang harus doktor dan sebagai lalu kita ikuti juga dan kita terakreditasi Baik dari BAN-PT," tambahnya.
Menurut Benediktus, tantangan dalam dunia perguruan tinggi salah satunya adalah regulasi pemerintah yang terlalu cepat berubah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.