Breaking News

NTT Terkini

Program OVOP Dorong Hilirisasi dan Keterlibatan Dunia Usaha

konsep hilirisasi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal, seperti produk pertanian dan kerajinan, mulai dari bahan baku menjadi ba

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/YUAN LULAN
Dr. Frits Oscar Fanggidae, MEP, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) sekaligus Pengamat Ekonomi NTT. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan

POS-KUPANG.COM, KUPANG – Program One Village One Product (OVOP), salah satu program prioritas Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Melki Laka Lena sejatinya adalah kemasan dari konsep hilirisasi.

Hal ini diungkap pengamat ekonomi NTT yang merupakan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang., Dr. Frits Fanggidae

Menurut Frits Fanggidae, konsep hilirisasi bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal, seperti produk pertanian dan kerajinan, mulai dari bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang siap dipasarkan, baik di pasar domestik maupun internasional.

"Inti dari OVOP adalah proses hilirisasi, yaitu mengolah komoditas lokal di setiap desa menjadi produk bernilai tambah tinggi. Setiap desa diharapkan memiliki minimal satu komoditas unggulan yang diolah dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau jadi, lalu dipasarkan secara luas,” ujarnya saat ditemui POS-KUPANG.COM, Minggu (1/6/2025) lalu.

Jika hilirisasi ini berhasil, ia optimistis program OVOP dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja baru, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan pada akhirnya menekan angka kemiskinan di NTT.

Meski memiliki potensi besar, Dr. Frits menyoroti bahwa OVOP yang saat ini dijalankan oleh Pemerintah Provinsi NTT merupakan program hilirisasi yang masih dipimpin oleh pemerintah.

 “Idealnya, hilirisasi ini dilakukan oleh dunia usaha, mulai dari pengolahan hingga pemasaran,” tegasnya. 

Oleh karena itu, tantangan ke depan adalah menjadikan OVOP sebagai model hilirisasi yang dapat direplikasi dan dikembangkan lebih lanjut oleh sektor swasta.

“Pemerintah perlu menciptakan model yang kuat sebagai rujukan bagi dunia usaha untuk mengambil alih proses ini,” tambahnya.

Baca juga: Program OVOP Pemprov NTT Bakal Temui Jalan Mulus di Kabupaten TTU

Literasi Digital dan Peran Milenial

Dr. Frits juga menekankan pentingnya sosialisasi untuk meningkatkan literasi digital di kalangan pelaku usaha desa. 

Ia mencatat banyak kaum milenial di desa-desa NTT sudah memahami konsep e-commerce dan platform digital lainnya.

“Sebenarnya tidak sulit, karena sudah banyak contoh sukses pemanfaatan platform digital untuk pemasaran. Yang dibutuhkan adalah dorongan dan pelatihan agar potensi ini maksimal,” ujarnya. 

Dengan memanfaatkan teknologi, produk unggulan desa dapat menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk di luar NTT. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved