Wisata NTT

Wisata NTT,  Mengenal Cap Bana, Kopi dengan Cita Rasa Khas Lembata

Pulau Lembata , Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya memiliki alam dan budaya yang indah

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
(KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS)
Kopi bubuk Cap Bana di Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, NTT, Selasa (25/6/2019). 

Untuk mewujudkan usaha itu, Domi dan istri berupaya sebisa mungkin meminimalisir kelemahan kopi dengan melakukan penyortiran dengan baik. 

Menurutnya, ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengubah pola pikir masyarakat yaitu dengan memenuhi standar produksi kopi dari hulu ke hilir. 

Baca juga: Wisata NTT,  Kampung Adat Waru Wora Tak jauh dari Pantai Marosi,  Keaslian Masih Terjaga

“Mulai dari tempat budidayanya, kapan masa panen yang baik. Dari hilirnya itu juga kita harus sortir lagi biji-biji pilihan dan tidak rusak. Lalu, kita proses sesuai dengan standar pengolahan yang layak,” kata Domi. 

Menurut Domi, kenikmatan kopi tergantung bagaimana cara memproduksi dan meraciknya. "Semuanya tergantung tangan-tangan yang meracik menjadi biji kopi menjadi minuman yang bercita rasa tinggi bagi para penikmat kopi," ungkap Domi. 

Cerita Awal Meracik Kopi Bubuk Cap Bana 

Domi menceritakan, pada tahun 2015 dirinya bersama istri, Fransiska Tuto mulai merintis usaha kopi di bawah label 'Kopi Bubuk Cap Bana'. 

Mulai saat itulah ia mulai berpikir untuk mengubah kesan kopi Bana menjadi kopi khas Kabupaten Lembata. Sehingga kopi Bana bisa dikenal dikenal dunia luar. 

"Itulah ide dasar yang terpatri dalam isi kepalanya saya. Maka lahirlah kopi bubuk Cap Bana ini," ungkap Domi. 

Berangkat dari kisah keluarga yang sejak dulu merupakan peracik kopi. Dari pengalaman itu ia menemukan inspisari untuk meracik kopi bubuk Cap Bana hingga saat ini. Ia mengisahkan nama Bana terinspirasi dari Festival Kopi Flores tahun 2014. 

Domi melihat, satu di antara anggota keluarganya ada peracik kopi yang rasanya nikmat dan enak. 

“Dari racikan mama kecil, saya coba bawa ke BPOM dan dinyatakan memenuhi syarat edar. Dan keluarlah izin balai POM itu. Jadi Bana itu nama mama kecil saya,” ungkap Domi penuh haru. 

Ia menerangkan, branding kopi Bana ini merupakan bentuk penghormatan Dominikus terhadap mmama kecilnya, Bana Lele. 

“Mama Bana ini masih ada. Atas seizin mama Bana kami mengabadikan namanya untuk produk kopi ini,” terangnya. 

Ia mengatakan, saat ini per hari kopi bubuk Cap Bana bisa terjual 10-15 kilogram. Kopi bubuk Cap Bana dijual seharga Rp 100.000 per kilogram. 

Dan bisa beli setengah kilogram dengan harga Rp 50.000. 

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved