NTT Terkini
Gubernur Melki Laka Lena: Isu Perubahan Iklim di NTT Merupakan Tantangan yang Mendesak
Ia mencontohkan dampak dari perubahan iklim yang dialami langsung oleh masyarakat NTT akibat anomali iklim yang berdampak pada degradasi lingkungan.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berkolaborasi dengan Voices for Just Climate Action (VCA) Indonesia menyelenggarakan acara dialog kebijakan dengan tema “Mendorong Kebijakan Adaptasi Perubahan Iklim yang Berkeadilan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia”.
Acara yang melibatkan pemerintah provinsi dan perwakilan dari 18 perangkat daerah kabupaten/kota di seluruh NTT itu diselenggarakan di Hotel Harper Kupang selama dua hari, Senin (19/5/2025) hingga Selasa (20/5/2025).
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena dalam pidato pembukaannya menyampaikan bahwa perubahan iklim di NTT merupakan isu mendesak, dialami sehari-hari, dan harus diantisipasi dengan baik.
Ia mencontohkan dampak dari perubahan iklim yang dialami langsung oleh masyarakat NTT akibat anomali iklim yang berdampak pada degradasi lingkungan.
Dalam keseharian yang paling mudah dirasakan adalah adanya anomali iklim, seperti musim kemarau yang sangat panjang. musim hujan curah hujan yang tidak menentu, yang berdampak bagi kehidupan masyarakat.
“Musim kemarau yang sangat panjang, musim hujan curah hujan yang tidak menentu, banjir, tanah longsor, kebakaran, kegagalan panen, dll. Itu adalah bentuk dampak perubahan iklim yang sering terjadi akhir-akhir ini,” ujarnya.
Lebih mendalam lagi, gubernur mengingatkan bahwa selama 2020-2024 potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim di Indonesia mencapai 544 triliun.
Karena itu, ia mengatakan perlu mendorong aksi iklim dan adaptasi atas perubahan iklim yang bersifat strategis dan menyeluruh melalui penyusunan dan implementasi RAD API untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim yang sudah terjadi dan yang akan terjadi.

“Pembangunan yang berkelanjutan menjadi komitmen dan tertuang dalam visi-misi kami (gubernur dan wakil). Kami ingin memastikan bahwa program pemerintah NTT berjalan sekaligus menciptakan inisiatif yang terus bertumbuh di masyarakat,” sambungnya.
Di akhir pidato pembukanya, Gubernur Emanuel mengucapkan terima kasih kepada VCA Indonesia yang telah membangun inisiatif dan terus bertumbuh hingga di skala komunitas.
Ia berharap adaptasi yang sudah dilakukan di berbagai komunitas masyarakat, bisa diduplikasi di tempat lain, dan di acara ini semua pihak yang terlibat dapat belajar satu sama lain.
Dialog antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota dengan VCA Indonesia ini adalah bagian dari upaya untuk mendiseminasikan praktik baik dalam kerangka adaptasi perubahan iklim yang telah dilakukan oleh VCA Indonesia di NTT sejak 2021.
Secara umum, program VCA Indonesia di NTT bertujuan untuk memperkuat peran masyarakat sipil sebagai inovator, fasilitator, advokator, dan mitra strategis dalam membangun masyarakat terdampak perubahan iklim agar lebih adaptif terhadap perubahan
iklim, serta mampu mengurangi emisi karbon melalui upaya mitigasi.
“Aliansi VCA Indonesia meyakini bahwa masyarakat lokal adalah agen perubahan utama dan bagian dari solusi iklim yang inovatif dan inklusif,” ujar Endro Catur Nugroho Program Development Manager - Climate Justice Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial.
Endro Catur Nugroho dalam pembukaan acara yang mewakili VCA Indonesia, menegaskan bahwa dialog kebijakan ini menjadi satu forum yang penting sebagai tindak lanjut atas berbagai aksi iklim yang telah dilakukan oleh VCA Indonesia.
Menurutnya, kolaborasi antara masyarakat sipil dengan pemerintah adalah kunci keberlanjutan aksi iklim. Harapannya, dialog ini juga dapat menjadi inspirasi bagi pemerintah untuk memberikan rekognisi dan mendukung aksi-aksi iklim lokal yang telah diinisiasi oleh
komunitas.
“Pembangunan yang tangguh terhadap perubahan iklim harus berpusat pada kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat, selaras dengan potensi lokal yang dimiliki. Dialog hari ini kami yakini akan mendorong percepatan dan keberlanjutan aksi iklim yang selama ini telah kami lakukan,” pungkasnya.
Sejak 2021, VCA Indonesia yang di dalamnya ada Koalisi Adaptasi, Koalisi KOPI, Koalisi Pangan Baik, dan Koalisi Sipil, telah menjalankan banyak program di NTT untuk merespons perubahan iklim.
Dalam catatan data VCA Indonesia, beberapa dampak dari program VCA Indonesia di antaranya adalah memperkuat kapasitas lebih dari 2500 orang pembawa perubahan (change makers dan local champion), berhasil mendorong sekurangnya 20 kebijakan tingkat
lokal yang melibatkan masyarakat, 44 produk pengetahuan terkait berbagai bentuk solusi iklim, hingga berhasil mendorong terbentuknya 19 forum dialog multipihak di NTT untuk mendorong aksi dan solusi iklim yang berkeadilan. (*/ian)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.