NTT Terkini 

Dinas Pertanian Provinsi NTT Siapkan Strategi Dukung Swasembada Pangan 

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT menyiapkan strategi mendukung program swasembada pangan.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Apolonia Matilde
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
DUKUNG - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menyiapkan strategi mendukung program swasembada pangan. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

 

POS-KUPANG.COM, KUPANG  - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT menyiapkan strategi mendukung program swasembada pangan. 

Pemerintah Provinsi NTT ingin memperkuat komitmennya menuju swasembada pangan sebagai bagian dari visi nasional dan daerah. 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda, Sabtu (10/5/2025), menjelaskan, langkah itu sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta Dasa Cita Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena dan Wakil Gubernur Johni Asadoma.

"Komoditi padi dan jagung menjadi andalan utama dalam strategi ketahanan pangan di NTT," kata dia. 

Berdasarkan data BPS tahun 2024, luas panen padi tercatat mencapai 168.727 hektare, dengan produksi gabah kering giling sebesar 707.793 ton atau setara 414.576 ton beras. Namun, NTT masih mengalami defisit sekitar 239.224 ton beras dari kebutuhan tahunan sebesar 653.800 ton.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Joaz menjelaskan sejumlah strategi pencapaian swasembada khusus beras. Pertama, kata dia, adalah intensifikasi dengan meningkatkan indeks pertanaman dari satu kali menjadi dua atau tiga kali tanam per tahun. 

Hal ini didukung oleh perbaikan jaringan irigasi sesuai Inpres Nomor 1 Tahun 2025, pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan), penggunaan benih unggul, serta pendampingan intensif dari penyuluh pertanian.

Kedua, ekstensifikasi dengan melalui perluasan areal tanam seperti cetak sawah rakyat dan pemanfaatan lahan kering atau tumpang sari dengan komoditas perkebunan.

Ketiga, diversifikasi atau mengembangkan pangan lokal untuk memperkuat ketahanan pangan di daerah kepulauan seperti Alor, Rote, Sabu, dan Lembata, agar tidak terlalu bergantung pada suplai dari wilayah daratan.

Selain itu, Joaz menekankan pentingnya kolaborasi pentahelix, melibatkan TNI, lembaga keagamaan, serta institusi pendidikan seperti perguruan tinggi, SMA, dan SMK dalam mendorong kemandirian pangan.

“Dengan dukungan sarana dan prasarana serta kolaborasi lintas sektoral, kita optimis pada tahun 2026 NTT akan mencapai surplus beras. Targetnya, luas panen mencapai 288.890 hektare dengan produksi gabah kering giling sebanyak 1.266.770 ton atau setara 707.806 ton beras,” kata Joaz.

Plt. Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT, Benny Nahak, mengatakan, dalam mendukung program swasembada dan ketahanan pangan di NTT, pihaknya berkomitmen terkhusus dalam bidang pengelolaan sumber daya air.

Dia menyebut, optimalisasi irigasi menjadi kunci penting dalam mendukung peningkatan produksi pertanian, khususnya komoditas padi dan jagung.

“Langkah pertama yang kami lakukan adalah optimalisasi pemanfaatan air pada 42 daerah irigasi yang menjadi kewenangan provinsi. Ini akan mendorong peningkatan indeks pertanaman dari satu kali menjadi dua kali tanam per tahun,” ujar Benny.

Selain itu, Dinas PUPR NTT juga melakukan koordinasi dan sinkronisasi program dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara II untuk mengoptimalkan pemanfaatan air pada 26 daerah irigasi kewenangan pusat.

Termasuk di dalamnya pengelolaan lima bendungan besar seperti Tilong, Raknamo, Temef, Rotiklot, dan Napungete, serta embung irigasi, guna mendorong peningkatan musim tanam menjadi dua kali setahun (2 MT).

“Kami juga bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota dalam mengelola daerah irigasi yang menjadi kewenangan mereka, agar program optimalisasi ini berjalan merata dan terintegrasi,” tambahnya.

Dinas PUPR NTT, kata dia, menjalin kolaborasi erat dengan Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian kabupaten/kota untuk menyusun rencana tata tanam global dan detail, yang disesuaikan dengan pola pengaturan air di masing-masing daerah irigasi.

“Sinergi ini penting untuk memastikan bahwa suplai air dapat mendukung waktu tanam secara tepat dan efisien. Dengan pengelolaan yang terintegrasi, kita optimis bisa mendukung target surplus beras NTT pada 2026,” kata Benny.

Langkah Dinas PUPR ini menjadi bagian dari upaya besar Pemprov NTT dalam menjawab tantangan defisit beras tahunan dan memperkuat ketahanan pangan daerah secara berkelanjutan. (fan) 

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
 
 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved