TTU Terkini
281 Ternak Babi Mati Terjangkit Wabah ASF di Kabupaten TTU Tahun 2025
Ia menegaskan bahwa, penyebaran virus ASF ditengarai disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini yang masih minim.
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi menyebut berdasarkan data, tercatat sebagai 281 ekor ternak babi mati terjangkit wabah African Swine Fever; Demam Babi Afrika (ASF) di wilayah Kabupaten TTU, Provinsi NTT. Data tersebut tercatat oleh dinas terkait sejak Bulan Januari sampai 30 April 2025.
Trimeldus menyebut, berdasarkan data terakhir Bulan April lalu, Wabah ASF ini tersebar di 4 kecamatan dan kemudian meningkat ke 8 kecamatan.
Saat ini Wabah ASF ini tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten TTU.
Meskipun demikian, kata Trimeldus, grafik penyebaran Wabah ASF ini menunjukkan trend penurunan.
Diduga penyebaran ASF menyesuaikan dengan kelembaban karena saat ini telah memasuki musim panas.
Baca juga: ASF Serang 4 Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Utara NTT
Ia menegaskan bahwa, penyebaran virus ASF ditengarai disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini yang masih minim.
Hal ini ditandai dengan beberapa fakta yang ditemukan bahwa, ternak babi yang mati ternyata dibuang sembarangan di kali maupun di sungai.
"Itu kita imbau supaya jangan dibuang tapi dikubur sehingga kita bisa bendung penyebaran virus ini," ungkapnya.
Selain itu, Trimeldus juga mengimbau masyarakat agar tidak memotong dan membagikan ternak babi yang terdeteksi diserang Virus ASF. Pasalnya, ketika dipotong dan dibagikan, ASF bakal menyebar.
Trimeldus juga menyebut virus ASF tidak akan hilang di Kabupaten TTU. Meskipun demikian, upaya yang perlu dilakukan adalah beradaptasi dengan virus ini.
Dalam upaya mengantisipasi tersebarnya virus ASF ini, lanjutnya, ketahanan hayati atau biosekuriti seperti kebersihan, sanitasi harus dijaga. Selain itu, pengunjung dari luar tidak boleh masuk ke kandang.
"Karena itu adalah media pembawa," ujarnya.
Ia menuturkan, apabila nanti penyebaran ASF ini semakin parah maka, Dinas Peternakan akan melakukan penyemprotan disinfektan di kandang. Lebih daripada itu secara khusus untuk pedagang ternak tidak diperbolehkan masuk ke kandang. Pasalnya, pengunjung dari luar bisa saja menjadi media penyebar virus ASF.
Apabila ada ternak babi yang mati, masyarakat disarankan untuk melaporkan hal itu ke petugas resort peternakan kecamatan atau ke Dinas Peternakan untuk segera diambil tindakan.
Selain itu, Dinas Peternakan akan menggandeng pemerintah desa atau kelurahan setempat untuk berkolaborasi menangani persoalan itu. (bbr)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.