Paus Fransiskus Wafat
Mendiang Paus Fransiskus Merupakan Tokoh Dunia Pencinta Lingkungan "Laudato Si'
ensiklik radikal Paus Fransiskus tentang kepedulian terhadap lingkungan, yang dipuji sebagai “kritik intelektual terpenting di zaman kita”
POS-KUPANG.COM- 'Laudato Si’. Ungkapan ini kerap diserukan Paus Fransiskus tentang Lingkungan.
Melihat Laudato Si’, ensiklik radikal Paus Fransiskus tentang kepedulian terhadap lingkungan, yang dipuji sebagai “kritik intelektual terpenting di zaman kita”.
Dari sekian banyak ensiklik, Nasihat Apostolik, dan surat terbuka yang dihasilkan Paus Fransiskus selama dua belas tahun masa kepausannya, mungkin adil untuk mengatakan bahwa tidak ada yang memberi dampak sebesar Laudato si’.
Diterbitkan pada tahun 2015, surat ensiklik ini adalah yang pertama kali ditulis oleh seorang Paus tentang masalah lingkungan—dan terus menjadi perbincangan hangat di dalam dan luar Gereja.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memuji dokumen tersebut karena "suara moralnya," sementara novelis India Pankaj Mishra menyebutnya "bisa dibilang sebagai kritik intelektual terpenting di zaman kita."
Laudato si’ juga berdampak pada kebijakan. Ensiklik tersebut sering dianggap membantu membangun konsensus menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 di Paris, di mana 196 negara menandatangani perjanjian yang berjanji untuk menjaga pemanasan global di bawah 2°C.
Dari Perenungan Menuju Tindakan
Laudato si’ menggabungkan, di satu sisi, refleksi teologis yang mencolok dan terkadang puitis tentang pentingnya kepedulian terhadap alam dengan, di sisi lain, seruan untuk tindakan politik yang radikal.
Paus menulis, misalnya, bahwa “Alam semesta terbentang dalam Tuhan, yang mengisinya sepenuhnya.
Oleh karena itu, ada makna mistis yang dapat ditemukan dalam sehelai daun, di jalan setapak gunung, di setetes embun, di wajah orang miskin.
Berdiri terpesona di hadapan gunung, kita tidak dapat memisahkan pengalaman ini dari Tuhan” (233).
Baca juga: BREAKING NEWS: Kabar Duka dari Vatikan, Paus Fransiskus Meninggal Dunia
Meditasi ini membuat Paus mengutuk “politik yang mementingkan hasil langsung, yang didukung oleh sektor-sektor konsumen dari populasi” dan “didorong untuk menghasilkan pertumbuhan jangka pendek.”
Yang kita butuhkan, katanya, adalah “cara berpikir baru tentang manusia, kehidupan, masyarakat, dan hubungan kita dengan alam” (178).
Inti dari Laudato si’ adalah gagasan tentang ‘ekologi integral’—gagasan bahwa krisis iklim secara intrinsik terkait dengan masalah sosial, politik, dan ekonomi kita saat ini, dan tidak dapat ditangani secara terpisah dari masalah-masalah tersebut.
“Kita tidak dihadapkan pada dua krisis yang terpisah, satu krisis lingkungan dan yang lainnya krisis sosial,” tulis Paus, “melainkan pada satu krisis kompleks yang bersifat sosial dan lingkungan.”
Oleh karena itu, katanya, kita memerlukan “pendekatan terpadu untuk memerangi kemiskinan”, pendekatan yang “melindungi alam” sekaligus “mengembalikan martabat bagi mereka yang terpinggirkan” (139).
Hal ini mendorong Paus Fransiskus untuk berpendapat tentang “pembangunan manusia yang integral,” atau pembangunan yang tidak memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi di atas segalanya.
Meskipun pertumbuhan itu penting, kata Paus, kita harus memastikan bahwa pertumbuhan itu dipromosikan bersamaan dengan hal-hal lain yang bernilai, termasuk alam, budaya manusia, kaum miskin dan rentan, dan kehidupan hewan.
Laudato si’ Dalam Praktik
Salah satu konsekuensi utama Laudato si’ adalah peningkatan signifikan dalam aktivisme lingkungan Katolik.
Beberapa organisasi lingkungan Katolik baru didirikan sebagai respons langsung terhadap ensiklik tersebut, mulai dari Gerakan Laudato Si’ global hingga Institut Penelitian Laudato Si’ di Campion Hall, Oxford.
Baca juga: Berduka Paus Fransiskus Wafat, Menteri Agama: Jasa dan Persahabatan Beliau Tidak Bisa Kita Lupakan!
Organisasi lain yang sudah ada sebelumnya—termasuk Caritas Internationalis, lembaga amal Gereja Katolik—memperluas pekerjaan mereka pada isu-isu lingkungan.
Bahkan ada beberapa bukti, yang diterbitkan dalam sebuah artikel tahun 2019 di jurnal Biological Conservation, bahwa Laudato si’ menyebabkan peningkatan minat di seluruh dunia terhadap isu-isu lingkungan – peningkatan yang terutama menonjol di, tetapi tidak terbatas pada, negara-negara Katolik.
Iklim, Ketidakstabilan, dan Perang
Selama beberapa tahun terakhir, isu lingkungan perlahan-lahan mulai surut dari agenda global.
Banyak negara kini mulai mencabut kembali langkah-langkah penanganan iklim untuk fokus pada pertumbuhan ekonomi atau persenjataan kembali.
Keputusan semacam itu merupakan respons terhadap perubahan penting dalam lingkungan geopolitik.
Akan tetapi, para pemimpin sebaiknya mengingat peringatan Paus bahwa “perdamaian, keadilan, dan pelestarian ciptaan adalah tiga tema yang benar-benar saling terkait, yang tidak dapat dipisahkan dan ditangani secara terpisah” (92).
Krisis iklim, jika tidak ditangani, akan menyebabkan kelangkaan sumber daya, migrasi, dan kesenjangan yang lebih besar, yang semuanya merupakan faktor yang meningkatkan ketidakstabilan dan konflik.
Atau, seperti yang dikatakan Paus, dalam frasa sederhana yang merangkum seluruh semangat Laudato si’: “Semuanya saling terkait.”(*)
Sumber : vaticannews.va
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.