NTT Terkini
NTT Jadi Sasaran Tepat Pengembangan Industri Garam
Menurut Ricky, terdapat beberapa peluang industri garam di NTT yaitu pertama, adanya dukungan Pemerintah.
Penulis: Elisabeth Eklesia Mei | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Industri garam di Nusa Tenggara Timur tentunya memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi garam nasional karena beberapa faktor, seperti luasnya lahan yang cocok untuk tambak garam, tingkat salinitas air laut yang tinggi, serta iklim yang mendukung dengan curah hujan rendah.
"Jadi wilayah NTT ini memang menjadi sasaran yang tepat terkait pengembangan dan peningkatan industri garam. Namun, ada juga sejumlah tantangan yang harus dihadapi," ujar Pengamat Ekonomi Undana, Ricky Ekaputra Foeh, M.M.
Menurut Ricky, terdapat beberapa peluang industri garam di NTT yaitu pertama, adanya dukungan Pemerintah.
Pemerintah Indonesia telah menargetkan swasembada garam dan mengurangi impor, sehingga ada insentif bagi daerah seperti NTT untuk mengembangkan industri ini.
"Peluang kedua yaitu potensi ekspor, yang mana garam dari NTT memiliki peluang untuk diekspor, terutama ke negara-negara tetangga yang membutuhkan garam industri berkualitas tinggi," katanya.
Ketiga, peningkatan teknologi produksi, yang mana dengan penerapan teknologi modern, produksi garam dapat lebih efisien dan menghasilkan kualitas yang lebih baik, termasuk garam industri yang selama ini masih banyak diimpor.
"Selain itu, tenaga kerja kita juga di NTT akan lebih banyak terserap," kata Ricky.
Baca juga: Menteri PPN/Kepala Bappenas: NTT Harus Jadi Pusat Industri Garam
Kemudian, adanya peningkatan permintaan garam industri. Jadi banyak industri, seperti petrokimia dan makanan, membutuhkan garam dengan spesifikasi tertentu, yang bisa menjadi target produksi NTT.
Selain itu, lanjutnya, ketersediaan lahan di NTT juga luas dan di NTT memiliki banyak lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga masih bisa dikembangkan lebih jauh untuk meningkatkan produksi garam.
Di sisi lain, Ricky mengakui, ada juga tantangan yang dihadapi dalam industri garam ini, seperti kualitas garam yang belum konsisten karena garam yang dihasilkan masih banyak yang berstandar konsumsi, sementara kebutuhan industri lebih spesifik dan memerlukan kemurnian tinggi.
Selain itu, kendala infrastruktur, yang mana transportasi dan distribusi garam dari NTT ke daerah lain masih menjadi kendala, karena biaya logistik yang cukup tinggi.
Ada pula persaingan dengan garam impor terutama dari Australia dan India karena memiliki harga yang kompetitif dan kualitas yang sudah terstandarisasi untuk kebutuhan industri.
Tentu juga kendalanya itu ada pada kurangnya SDM dan teknologi karena banyak petani garam masih menggunakan metode tradisional, sehingga perlu adanya edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas garam. Terkait dengan masalah tata kelola regulasi juga terkadang ada ketidaksesuaian antara kebijakan nasional dan daerah dalam pengelolaan industri garam, yang bisa menghambat pertumbuhan sektor ini.
"Selain semuanya itu, perubahan iklim anomali cuaca seperti curah hujan yang tidak menentu juga dapat mengganggu produksi garam yang bergantung pada proses evaporasi alami," ujarnya. (mey)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.