Timor Tengah Utara Terkini

Peternak Sapi di Desa Manusasi, Kabupaten TTU Keluhkan Harga Penimbangan Sapi

Peternak Sapi di Desa Manusasi, Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT mengeluhkan harga penimbangan sapi

Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/DIONISIUS REBON
PETERNAK SAPI - Peternak di Desa Manusasi, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten TTU saat memberi makan ternak sapi milik mereka. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon 

POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Peternak Sapi di Desa Manusasi, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT mengeluhkan harga penimbangan sapi yang semakin turun beberapa waktu terakhir. Turunnya harga penimbangan sapi perkilogram ini menyebabkan masyarakat mengalami kerugian.

Warga setempat telah beternak sapi puluhan tahun. Namun, harga penimbangan perkilogram yang turun beberapa waktu terakhir menyebabkan mereka mengalami kesulitan mengembangkan bisnis mereka.

Saat ditemui, Sabtu, 15 Maret 2025, seorang warga Desa Manusasi bernama Yakobus Banu mengatakan, petani peternak di Desa Manusasi sejauh ini mengalami kerugian luar biasa.

Menurutnya, harga penimbangan sapi yang sebelumnya dijual perkilogram seharga Rp. 38.000 sampai Rp.40.000 perkilogram saat ini turun menjadi Rp. 35.000 sampai dengan Rp. 36.000 perkilogram.

Sebanyak 60 peternak sapi di Desa Manusasi, kata Yakobus, menyampaikan pengeluhan yang sama. Harga tersebut bagi mereka tidak masuk akal.

Dikatakan Yakobus, biasanya harga penimbangan sapi perkilogram cenderung naik. Namun, hal sebaliknya terjadi pada para petani di desa tersebut.

Baca juga: Kabid Keswan Minta Peternak Sapi di Flores Timur NTT Tingkatkan Kesadaran

Ia mengaku belum mengetahui harga penimbangan sapi perkilogram yang dibeli dari peternak di desa lain. Meskipun demikian, harga penimbangan sapi perkilogram yang cenderung turun di desa itu mestinya menjadi rujukan bagi Dinas Peternakan Kabupaten TTU untuk bertindak.

Beberapa tahun silam, harga sapi penimbangan perkilogram berkisar Rp. 38.000 sampai dengan Rp. 40.000. Namun, 1 tahun terakhir harga tersebut mengalami penurunan yakni Rp. 35.500.

Turunnya harga penimbangan sapi ini sempat mendorong warga untuk enggan menjual sapi milik mereka. Tetapi, didesak oleh kondisi ekonomi yang sulit mereka terpaksa menjual sapi milik mereka.

Saat ini, nyaris setiap bulan dilakukan penimbangan sapi. Namun, harga yang tidak sesuai ekspektasi menyebabkan masyarakat mengalami kerugian.

Yakobus meminta Dinas Peternakan Kabupaten TTU untuk melakukan penelusuran dan memantau langsung perkembangan harga penimbangan sapi untuk memastikan tidak ada permainan harga. 

Lebih lanjut disampaikan Yakobus, untuk memelihara satu ekor sapi saja, masyarakat membutuhkan waktu 1 sampai 2 bahkan 3 tahun untuk merawat sapi hingga sampai masa jual.

Dalam kurun waktu tersebut, mereka menyita banyak waktu, tenaga dan uang untuk membesarkan sapi. Pengorbanan ini semestinya didukung dengan harga yang pantas.

Baca juga: Tono Sutami Terpilih sebagai Ketua Baru Himpunan Pengusaha Peternak Sapi dan Kerbau NTT

"Supaya peternak petani tidak bosan dan dirugikan. Karena kita menghabiskan waktu yang cukup lama untuk membesarkan sapi,"ujarnya. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved