Timor Tengah Utara Terkini
Nazar Anak Difabel di Kabupaten TTU NTT, Bertaruh Hidup di atas Kaki Sendiri
Tidak ada rasa sungkan dan tanpa mengenakan baju, pemuda itu sibuk menyikat celananya dengan kaki kanan
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
POS-KUPANG.COM, KEFAMENANU - Hujan baru saja beranjak pergi. Gerimis yang nyaris pupus masih berbisik di hamparan dedaunan tanaman jagung yang membentang di samping rumah penduduk di RT/RW; 009/005, Kelurahan Benpasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rabu, 12 Maret 2025.
Dinding dan atap rumah nyaris tidak terlihat. Terhalang jagung yang ditanam tepat di samping rumah penduduk. Pemandangan tak lazim ini mengantar penulis ketika berjalan menuju kamar kost berukuran 4×4.
Seorang siswa SMA dan 2 orang siswa SMP terlihat duduk di halaman sebuah kamar kos yang terbuka lebar. Kost tersebut terdiri dari 2 kamar, 1 kamar mandi umum dan 1 dapur. Kondisinya cukup memprihatinkan.
Dapur tersebut terbuat dari bebak (pelepah daun gewang; Gebang, salah satu pohon hidup di kawasan Pulau) yang telah lapuk, berlantai tanah dengan atap seng usah yang sudah bolong. Awan tipis terlihat jelas dari dalam dapur itu.
Raut panik menghantui wajah para siswa tersebut ketika melihat kedatangan penulis dan seorang ibu guru dari Sekolah Luar Biasa atau SLB Benpasi. Penulis kemudian diarahkan untuk bertemu seseorang yang sedang sibuk mencuci pakaian.
Pemandangan tak biasa ini membuat penulis tertegun sebentar. Rasa tak percaya penuh tepu di kepala. Tidak ada rasa sungkan dan tanpa mengenakan baju, pemuda itu sibuk menyikat celananya dengan kaki kanan. Sedangkan kaki kirinya digunakan untuk menahan celana tersebut.
Anak Difabel Tunadaksa ini bernama Alfonsius Rutrigres Korea. Ia sibuk menjalankan keseharian di kos sederhana yang ditempatinya setelah pulang sekolah. Saat ini ia sedang duduk di bangku kelas X SLB Benpasi.
Bantu Ibu Jual Sayur di Pasar
Setelah menyelesaikan proses belajar di sekolah, pria yang akrab disapa Ari ini selalu menghabiskan waktu membantu ibunya di pasar. Ari membantu ibunya berjualan sayur.
Ari biasanya membantu ibundanya menjual sayur untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kebiasaan ini dijalani Ari sejak kecil.
Lahir dari keluarga yang kurang mampu, Ari berinisiatif membantu ibunya ia dan adik-adiknya tetap eksis mengenyam pendidikan di sekolah. Meskipun dengan kondisi yang tidak menguntungkan, Ari tetap membantu ibunya agar mereka bisa memperoleh penghasilan tambahan untuk membantu ayah mereka yang kesehariannya bekerja sebagai petani.
Baca juga: Bangkitkan Kesetaraan, Sahabat Difabel Gabungan Enam Desa di Rote Ndao NTT Gelar Natal Bersama
Ari memiliki 4 orang adik dan 2 orang kaka. Jumlah anak dalam keluarga tersebut sebanyak 7 orang. 2 orang kakaknya sudah berkeluarga. Oleh karena itu, pilihan membantu ibunya adalah salah satu bentuk tanggung jawab Ari terhadap adik-adiknya.
Setelah pulang sekolah pukul 12. 00 WITA, Ari membantu ibunya berjualan di pasar sampai jam 5 sore. Ia kemudian pulang ke kamar kos mandi memasak dan belajar.
Sejauh ini salah satu kesulitan yang dialami oleh Ari dalam proses pembelajaran di sekolah adalah menulis. Ia mengaku menulis cukup lambat. Pasalnya, ia harus menulis menggunakan kaki.
Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, kesulitan ini perlahan-lahan mulai teratasi berkat usaha dan bantuan ibu dan bapak guru di sekolah.
Melawan Rasa Malu
Sejak kecil Ari mengaku diajarkan ibunya untuk melawan rasa malu karena keterbatasan fisiknya. Bantuan ibunya itu sangat berdampak terhadap kondisi mental dan keseharian Ari saat ini.
"Mama selalu bilang di saya sejak saya kecil, mama kasih ingat saya kalau saya anak istimewa dan pintar jadi tidak usah malu dengan teman-teman lain,"ujarnya.
Ia mengaku bersyukur belajar di SLB sehingga bisa mandiri termasuk belajar mengenakan pakaian, memasak, makan dan juga menjalankan kegiatan sehari-hari.
Aktivitas yang dilaksanakan secara mandiri ini menjadikan Ari berasumsi bahwa dirinya sangat istimewa bisa melaksanakan semua kegiatan meskipun memiliki keterbatasan.

Ari tinggal sendiri di kamar kos tersebut. Segala kebutuhan sehari-hari didukung oleh ibunya dan juga uluran tangan orang lain yang disalurkan berkat bantuan seorang pendamping sekaligus ibu gurunya. Uluran tangan orang-orang baik ini disalurkan langsung kepada Ari ketika mereka berkunjung ke kamar kos itu.
Di kamar kost ini, Ari berjuang mengukir kisah hidup yang jarang diketahui orang lain. Ibu dan ayahnya serta adik-adiknya tinggal tidak jauh dari kamar kos ini sejauh 100 meter.
Ari mengaku bersyukur, rekan-rekannya yang berdomisili di sekitar lokasi itu menerima dan tanpa sedikit pun merendahkannya.
Ari selalu bernazar dan berdoa, agar dapat menerima bantuan dan dukungan dari orang-orang yang baik hati agar bisa melanjutkan pendidikan dan memperoleh pekerjaan setelah menuntaskan pendidikan nanti.
Tidak Diterima Ayah Tiri
Raut sedih tergambar jelas dia wajah Ibunda Ari bernama, Lusia Correia. Beberapa kali ia harus menyeka butiran air mata yang mengalir dari bola matanya yang tulus.
Perempuan berusia 50 tahun ini mengatakan, dari hasil perkawinan bersama suami pertamanya, mereka dikaruniai tiga orang anak. Anak bungsu dari tiga orang anak dari suami pertama ini adalah Ari.
Setelah suami pertamanya berpulang ke Hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, Lusia menikah lagi dengan seorang pria dan dikaruniai 4 orang anak.
Sejak hidup bersama, suami kedua Lusia ini tidak menerima kehadiran Ari. Terkadang mereka harus adu mulut karena suaminya tidak menerima kehadiran Ari.
Sedih menyelimuti hati Lusia. Lantaran buah hatinya yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang sejak kecil tak mendapat tempat di hati suami keduanya.
Ia mengakui bahwa, melihat kondisi rumah tangga yang kian sulit karena pertengkaran orangtuanya, Ari kemudian memutuskan untuk minggat dari rumah dan menetap di kamar kos tersebut.
Baca juga: Pemberdayaan Kaum Difabel, Dosen Undana Hadirkan Solusi Inovatif Lewat Teknologi Aquaponik
Kendati harus tinggal berpisah dari anaknya, Lusia selalu menyempatkan waktu untuk menemui dan memberi kasih sayang untuk Ari. Tak jarang air mata itu tumpah ketika berjumpa dengan buah hatinya.
Setiap bulan Lusia membayar biaya kamar kos milik Ari dan memperhatikan biaya kebutuhan sehari-hari anaknya.
"Ari bilang daripada dia marah mama terus karena saya, mendingan saya tinggal di luar saja,"ujarnya mengulangi pernyataan Ari sambil menyeka air mata.
Tinggal di Dapur Sederhana
Lusia mengisahkan, ketika pertama kali Ari keluar dari rumah dan hendak tinggal sendiri, semua kamar kos di sekitar lokasi tempat mereka berdomisili telah dihuni. Ari rela tinggal di dapur kamar kos (yang saat ini ditempatnya) dengan kondisi yang sangat memperihatinkan.
Ia tinggal di dapur berdinding bebak dan berlantai tanah. Atap dapur itu sudah usang. Lubang terlihat nyaris di semua titik dapur itu.
Tidak hanya itu, dinding dapur yang sudah uzur dimakan usia juga menjadi teman kesehariannya. Ari beraktivitas seperti biasa di tengah kondisi tempat tinggal yang tidak layak itu.
Ia memasak dan tidur sendirian di dapur itu. Tekad Ari yang rela tinggal di luar rumah ini menyebabkan ibunya selalu dihantui rasa sedih setiap harinya.
Hingga saat ini, Lusia selalu mencari jalan lain untuk menemui Ari di kamar kos. Hal ini untuk menghindari amarah suaminya yang enggan menginginkan Lusia menemui Ari.
Terkadang, Lusia harus menggunakan jalan pintas menyusuri rumah warga lain untuk tiba di Kos itu dan menemui Ari setelah berjualan sayur. Sayur-sayuran yang dijual ini dibeli dari orang lain dan dijual kembali.
"Biar Ari hidup sendiri. Siapa tahu kalau besok lusa saya sudah tidak ada, Ari bisa hidup sendiri,"ucapnya sambil menyeka air matanya.
Hingga saat ini Ari tidak kembali lagi ke rumah orangtuanya. Tempat dimana ia dibesarkan dengan cinta tanpa pamrih.
Dibantu Pendamping yang Murah Hati
Saat menemui Ari, penulis ditemani seorang ibu guru bernama Flora Elvira Bere, S.Pd. Ia merupakan seorang guru di SLB Negeri Benpasi Kefamenanu. Ia juga merupakan seorang pendamping atau pengganti orang tua dari Ari.
Perhatian ibu guru yang murah hati ini membawa dampak positif bagi Ari. Beberapa orang yang baik hati kemudian membantu Ari dengan tangan terbuka.
Ibu guru yang akrab disapa Ira ini selalu meluangkan waktunya setiap hari untuk mengunjungi dan memperhatikan Ari. Melalui postingan di aplikasi TikTok mengenai kehidupan Ari, sejumlah pihak kemudian menyalurkan bantuan kepada Ari.
Ia mengakui bahwa, dirinya cukup dekat dengan Lusia (ibu Ari). Kedekatan ini yang membuatnya mengetahui semua cerita tentang kehidupan Ari.
"Latar belakang ini sempat membuat Ari terguncang mentalnya. Jadi dia memilih untuk hidup sendiri di kamar kos,"ungkapnya.

Beberapa kali, donatur rela menempuh perjalanan jauh untuk hadir di kamar kos ini menemui Ari dan berbagi kasih dengannya.
Ia mengakui bahwa, kehidupan Ari ini sangat sulit. Oleh karena itu, diharapkan semakin banyak hati yang tergerak untuk membantu kebutuhan sehari-hari dari Ari.
Ari menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, ia tetap menjalankan aktivitas dan keseharian dengan baik.
Sejak mengenyam pendidikan di SLB, kata Ira, para guru selalu mengajarkan kepada Ari dan rekan-rekannya yang lain untuk harus mandiri dalam beraktivitas meskipun memiliki keterbatasan.
Data Anak Difabel Dinas Sosial Kabupaten TTU
Saat diwawancarai, Kepala Dinas Sosial Kabupaten TTU, Yanuarius Makun mengatakan, pada tahun 2022 jumlah kaum difabel di Kabupaten TTU sebanyak 561 orang. Dari jumlah tersebut tercatat sebanyak 68 orang adalah disabilitas anak-anak.
Sementara jumlah anak yang menerima bantuan 576 orang, jumlah anak yatim-piatu sebanyak 576 orang anak dan jumlah anak yang hak disabilitasnya dipenuhi sebanyak 68 orang.
Pada tahun 2023, sebanyak 748 disabilitas tercatat di Kabupaten TTU. Dari jumlah tersebut tercatat sebanyak 204 orang adalah disabilitas anak-anak.
Sementara jumlah anak yang menerima bantuan 30 orang, jumlah anak yatim-piatu sebanyak 606 orang anak dan jumlah anak yang hak disabilitasnya dipenuhi sebanyak 136 orang.
Sementara itu berdasarkan data yang tercatat pada tahun 2024 oleh Dinas Sosial Kabupaten TTU, sebanyak 748 orang. Dari jumlah tersebut tercatat sebanyak 204 orang adalah disabilitas anak-anak.
Sementara jumlah anak yang menerima bantuan 25 orang, jumlah anak yatim-piatu sebanyak 631 orang anak dan jumlah anak yang hak disabilitasnya dipenuhi sebanyak 161 orang.
Menurutnya, bantuan yang diberikan kepada anak ini mencakup bantuan BLT, sembako dan sandang. Sedangkan, anak yang hak disabilitasnya sudah dipenuhi mencakup bantuan BLT, pendidikan, sandang dan permakanan.
Yanuarius menuturkan, bantuan terhadap anak-anak difabel adalah urusan pelayanan dasar yang wajib dilaksanakan oleh dinas sosial. Bantuan ini disesuaikan dengan alokasi anggaran dinas tersebut.
Setiap tahun, dinas sosial meminta pemerintah desa/kelurahan termasuk pengelola panti asuhan untuk mendata anak difabel dan juga yatim-piatu. Mengingat alokasi anggaran terbatas maka, bantuan pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan bergilir.
Secara khusus anak-anak panti asuhan, setiap tahun Dina sosial selalu memberikan bantuan untuk mereka. Dalam setahun alokasi bantuan untuk mereka sebanyak 1 sampai 1 kali.
"Hanya mungkin setiap tahun kita mau satu kali setiap tahun pada orang yang sama mungkin kita agak kesulitan. Karena memang pagu anggaran diberikan kepada kita terbatas sementara jumlah anak difabel di Kabupaten TTU begitu banyak,"ucapnya.
Dinas Sosial Kabupaten TTU memiliki sejumlah program yang dialokasikan untuk anak difabel di Kabupaten TTU seperti peralatan sekolah, dan bantuan permakanan. Selain itu, bantuan trauma healing dan lain-lain juga sering diberikan kepada anak difabel ini.
Bertaruh Hidup di atas Kaki Sendiri
Yanuarius mengaku pihaknya fokus mendorong generasi muda di Kabupaten TTU menggeluti dunia pendidikan. Pemkab TTU juga berencana mengalokasikan anggaran untuk memberikan beasiswa bagi anak-anak kurang mampu yang memiliki kualitas baik.
Tidak hanya itu, Pemkab TTU juga akan memberikan dukungan kepada kaum difabel di Kabupaten TTU yang hendak mengenyam pendidikan.
Baginya, semua anak memiliki hak dan tempat yang sama di mata pemerintah. Secara khusus anak-anak difabel, Pemkab TTU akan memberikan perhatian khusus untuk pemenuhan kebutuhan mereka.
Ia menyebut, nazar anak difabel bernama Ari di Kelurahan Benpasi ini sangat menyentuh hati. Pemerintah akan menjadikan kisah ini sebagai salah satu motivasi dan bahan koreksi untuk memberikan pelayanan kepada kaum difabel. (BBR)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Foto 2; Pose anak difabel Alfonsius Rutrigres Korea saat menimba air dengan kedua kakinya, Rabu, 12 Maret 2025.
Foto 3; Pose anak difabel bernama Alfonsius Rutrigres Korea saat sedang mencuci pakaiannya, Rabu, 12 Maret 2025.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.