Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 26 Februari 2025, Yesus juga Mengajarkan Toleransi

Janganlah memandang sesama yang bukan katolik sebagai orang lain. Mereka ternyata menjadi saudara yang diberikan Tuhan

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-PASTOR JOHN LEWAR SVD
RENUNGAN HARIAN KATOLIK - Pastor John Lewar, SVD Renungan Harian Katolik Rabu (26/2/2025, Yesus juga Mengajarkan Toleransi 

Oleh : Pastor John Lewar SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 26 Februari 2025, Yesus juga Mengajarkan Toleransi

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz, STM Nenuk Atambua Timor

Hari biasa Pekan ke 7
Lectio: Sirakh 4:11-19; Mazmur 119:165,168,171,172,174,175;
Markus 9:38-40.

Meditatio:
Indonesia saat ini masih jauh lebih baik ketimbang negara-negara lain dalam menjaga keberagaman. Namun bagaimana ke depannya, tanya Alissa Wahid, koordinator GusDurian dalam dialog kebangsaan di Cirebon,
19 Februari 2019. Jika kebhinekaan ini tidak dirawat, menurut Alissa, nasib bangsa Indonesia akan seperti di Mindanao, Filipina dan sebagian negara di Timur Tengah. Daerah–daerah itu telah disusupi ekstremisme
beragama yang menimbulkan konflik bersenjata sampai sekarang.

Ekstremisme lanjutnya berawal dari eksklusivisme beragama yang ditandai adanya pendapat bahwa ‘hanya kelompok agamanya yang benar’. Di luar kelompoknya adalah salah. Mereka juga menutup diri terhadap kelompok lain. Sayangnya, kelompok ini mudah dimanfaatkan oleh kaum politisi yang rakus kekuasaan.

Muncullah politisasi agama. Gara-gara pilpres dan pileg kita menjadi terpecah belah. Ada banyak kubu. Di media sosial, terjadi saling serang antar pendukung. Ujaran kebencian, fitnah, kebohongan tiada henti.
Tidak ada lagi Homo Homini Salus (manusia adalah saudara yang bawa damai bagi sesamanya). Yang ada adalah Homo Homini Lupus (manusia adalah serigala bagi sesamanya). Kebhinekaan adalah keniscayaan,
anugerah Tuhan yang patut kita lestarikan. Kita harus membangun inklusivitas, toleransi, hidup saling menghormati.

Eksklusivisme beragama harus kita singkirkan. Gerakan suluh kebangsaan yang diketuai oleh Mahfud MD harus didukung agar NKRI dan bangsa kita tetap eksis dalam menjaga keberagaman di Indonesia. Hari ini Yesus menunjukkan satu sikap yang amat positif yakni sikap toleran terhadap sesama yang tidak segolongan. Markus (9: 38-40) mengisahkan bahwa pada suatu kesempatan, Yohanes melihat seorang yang bukan murid Yesus mengusir setan dalam nama Yesus lalu ia dan teman-temannya mencegahnya karena ia bukan pengikut Yesus Kristus.

Mungkin saja Yohanes berpikir akan mendapat jempol dari Yesus. Tetapi ternyata Yesus justru membuka dan memperluas wawasan Yohanes dan teman-temannya untuk lebih terbuka lagi kepada sesama yang berbeda
pandangan hidup dan keyakinan mereka. Yesus mengatakan kepada Yohanes supaya jangan mencegah mereka karena orang itu tidak mengumpat Yesus. Orang itu tidak melawan Yesus maka ia juga berada
di pihak Yesus bersama komunitas para rasulNya.

Situasi yang terjadi saat itu adalah banyak orang memiliki kebiasaan mengusir setan dan roh-roh jahat. Ada di antara mereka mengusir setan dalam nama Yesus (Mrk 9:37.38.39). Ini berarti Yesus memang sangat
terkenal sebagai eksorsis. Dalam Kisah para rasul juga terjadi demikian, ada beberapa tukang jampi yang menggunakan nama Tuhan Yesus untuk mengusir setan (Kis 19:13-20). Praktis untuk mengusir setan dalam
nama Yesus di kemudian hari menjadi hal biasa di dalam Gereja (Mrk 16:17; Luk 10:17; Kis 16:18).

Yesus menunjukkan sikap toleransiNya terhadap orang-orang yang menggunakan namaNya untuk mengusir rohroh jahat. Yesus bersikap demikian karena namaNya Yehosua berarti Allah yang menyelamatkan. Allah menyelamatkan semua orang! Sikap Yesus seperti ini patut kita ikuti. Sikapnya yang toleran terhadap
sesama karena memang namaNya memiliki daya menyelamatkan. Sikap Yesus ini juga membuka cakrawala berpikir kita untuk menerima semua orang sebagai saudara. Kita tidak harus menjadi orang yang sombong
karena merasa memiliki Yesus. Kita boleh bangga memiliki Yesus.

Namanya menyelamatkan semua orang. Janganlah memandang sesama yang bukan katolik sebagai orang lain. Mereka ternyata menjadi saudara yang diberikan Tuhan kepada kita untuk dikasihi.

Missio:
Mari kita menjadi berkat bukan hanya sesama seiman, tetapi untuk masyarakat umum, siapapun mereka, entah agamanya, etnisnya, sukunya, golongannya, atau pun rasnya. Kita semua bersaudara. Kita makan dari hasil bumi yang sama. Kita menghirup udara dari udara yang sama. Kita hidup di negara yang sama yakni Indonesia. Kita adalah satu. Kita Indonesia.

Doa:
Tuhan, namaMu menyelamatkan kami semua. Terpujilah namaMu kini dan sepanjang masa... Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Rabu. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved