NTT Terkini
Perum Bulog NTT Sebut Penjual Beras SPHP Rp 70 Ribu Bukan Mitra Bulog
Dia juga mengimbau kepada seluruh pedagang beras SPHP agar tidak menjual melebihi HET yaitu Rp 13.100 per kilogram.
Penulis: Elisabeth Eklesia Mei | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Provinsi NTT menyebut, penjual beras SPHP dengan harga Rp 70 ribu per karung 5 kilogram bukan mitra Bulog.
Hal ini disampaikan Pimpinan Perum Bulog Kantor Wilayah NTT, Himawan melalui Manajer Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Wilayah NTT, Faizal Jafar saat diwawancarai POS-KUPANG.COM di Kantor Bulog NTT, Senin (3/2/2025) lalu.
Untuk diketahui, beberapa kios di Kota Kupang menjual beras SPHP dengan harga Rp 70 ribu per karung dengan ukuran 5 kilogram. Hal itu diketahui, karena adanya keluhan dari sejumlah masyarakat.
“Yang jual beras SPHP Rp 70 ribu itu bukan mitra kita. Jadi, yang paham ketentuan SPHP itu adalah mitranya Bulog. Karena sebelum dia (pedagang beras) mengorder beras di Bulog, pastinya dikasih pernyataan agar tidak dijual di atas Harga Eceran Tertinggi atau HET,” kata Faizal.
Menurut Faizal, pada prinsipnya setiap pengecer mitra resmi dari Bulog sudah paham dengan ketentuan HET. Yang mana, HET untuk beras medium Rp 65.500 per 5 kilogram.
Baca juga: Warga Kota Kupang Keluhkan Harga Beras SPHP Capai Rp 70 Ribu di Kios
Faizal menyebut, untuk rata-rata harga jual di pengecer sebesar Rp 12.600 per kilogram atau Rp 63.000 per 5 kilogram dan HETnya yaitu Rp 13.100 per kilogram atau Rp 65.500 per 5 kilogram.
“Memang orientasinya SPHP ini untuk memberdayakan ekonomi pedagang. Jadi pedagang yang beli di Bulog itu dengan harga Rp 11.300 per kilogram. Jadi pedagang itu masih ada biaya lain yang dikeluarkan seperti biaya angkutan ke tokonya, bongkar buru dan tentunya ada marginnya. Kita dari Bulog minta agar pedagang jangan jual mentok di HET, kalau bisa di bawah HET dan yang pasti kita juga minta agar jangan sampai lewat dari HET,” tutur Faizal.
Faizal menegaskan, pihak Bulog akan memastikan apakah pedagang yang menjual beras SPHP Rp 70 ribu per 7 kilogram tersebut mitra Bulog atau bukan, sehingga bisa mengambil langkah untuk persoalan tersebut.
“ Tentunya jika mitra kita, maka kita akan berikan teguran satu sampai tiga kali, jika masih berlanjut maka dihentikan kerjasama selama tahun berjalan. Tapi jika bukan mitra maka tetap kami akan berikan pemahaman dan jika masih berlanjut maka dapat di laporkan di pihak berwajib,” ujar Faizal.
Faizal menegaskan, tujuan mitra (pedagang yang bekerja sama dengan Bulog) adalah harus menjual ke konsumen akhir. Tidak boleh menjual lagi ke pedagang yang baru karena bisa mengakibatkan HET yang tinggi, kecuali jika pedagang itu tetap menjual dengan harga HET.
Lebih lanjut, Faizal menjelaskan, untuk mitra Bulog yang hendak membeli beras SPHP harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan. Yang mana, terlebih dahulu datang ke Kantor Bulog untuk mengorder beras, lalu melakukan pembayaran di Bank. Selanjutnya, kembali ke Kantor Bulog dengan membawa dokumen-dokumen yang dibutuhkan, kemudian mengambil beras ke Gudang Bulog.
Baca juga: Fraksi Demokrat DPRD NTT Minta Bulog Awasi Harga Beras SPHP
“Biasanya seminggu 2 kali, setiap order biasanya kami berikan 1 ton per mitra. Dan, tentunya ini selalu kami cek dan evaluasi terhadap pelaksanaan penjualannya, dengan kebutuhan- kebutuhan penyaluran lainnya, jelasnya kami atur sedinamis mungkin terhadap penyelarasan penyaluran dan penjualan,” ungkap Faizal.
Faizal juga menyebut, posisi stok beras di Gudang sampai dengan 3 Februari 2025 sebanyak 21.931 ton yang tersebar di seluruh NTT dan masih ada rencana tambahan lagi stok dalam waktu dekat sebesar 4.000 ton dari NTB.
Tim dari Bulog, kata Faizal, selalu memonitor dengan melakukan pengecekan seminggu sekali secara acak di semua pasar yang ada di NTT sembari mendengar informasi dari masyarakat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.