Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 26 Januari 2025, Mendengarkan Tuhan di Tahun Yubileum

Perayaan Yobel dimaksudkan untuk mengakui bahwa seluruh bentuk penguasaan, perhambaan dan perbudakan dalam relasi antar manusia

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ROMO LEO MALI
Romo Leo Mali menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu (26/1/2025), Mendengarkan Tuhan di Tahun Yubileum 

Oleh : Romo Leo Mali

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 26 Januari 2025, Mendengarkan Tuhan di Tahun Yubileum

Injil : Lukas 4: 18-19

“Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab IA telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan khabar baik kepada orang-orang miskin; dan IA telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Penggalan kalimat ini merupakan kutipan dari kitab Nabi Yesaya 61:1-2, meringkas seluruh isi
pewartaan Yesus menurut Injil Lukas. Di bawah bimbingan Roh Kudus, Yesus menjalankan misi perutusan
Bapa untuk menyampaikan khabar baik baik kaum hina dina.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 24 Januari 2025, Hidup dalam Komunitas 

 Injil Lukas menampilkan wajah Allah yang tidak netral di hadapan penderitaan hidup manusia. Karena ketidakadilan yang menimbulkan penderitaan, telah menjauhkan manusia dari Allah. Padahal hidup manusia adalah milik Allah.

Tahun Yobel dan tahun Yubileum dalam Gereja Khabar gembira bagi kaum miskin serta Wajah Allah yang peduli pada kaum miskin dikenal sangat akrab dalam tradisi perayaan tahun Yobel (Bdk. Im. 25), atau dalam kutipan di atas: Tahun rahmat Tuhan.

Tahun Rahmat Tuhan atau perayaan Tahun Yobel dalam tradisi Israel dimaksudkan sebagai perayaan
peringatan akan sentralitas Allah dalam hidup umatNya Israel.

Pada setiap tahun Yobel, yang dirayakan setiap 50 tahun sekali, sesuai tradisi Israel, Allah Yahwe memerintahkan umatNya untuk membebaskan hutang, membebaskan para budak, mengembalikan lahan yang dijadikan jaminan hutang, serta mengembalikan kesuburan tanah dengan berhenti menggarap lahan-lahan yang digarap selama ini.

Tahun Yobel yang dirayakan setiap lima puluh tahuna, adalah kesempatan untuk memulihkan seluruh tata
penciptaan. Semua dikembalikan kepada situasi asali, seperti harmoni awal yang dikehendaki oleh Allah
sejak awal penciptaan, ketika IA menciptakan alam semesta dan melihat bahwa semua dalam keadaan:
“Baik adanya.” (Bdk. Kej. 1 :31).

Perayaan Yobel dimaksudkan untuk mengakui bahwa seluruh bentuk penguasaan, perhambaan dan perbudakan dalam relasi antar manusia bahkan relasi manusia dengan alam pada saatnya harus ditiadakan agar seluruh kehidupan bersama tunduk hanya pada satu Allah.

Demikian ditegaskan dalam kitab Imamat yang berbicara tentang tahun Yobel, “ Karena pada-Kulah orang
Israel menjadi hamba; mereka itu adalah hamba-hamba-KU yang kubawa keluar dari tanah Mesir; Akulah
Tuhan Allahmu.” (Im.25: 55)

Dalam Injil hari ini, Yesus sendiri mengingatkan bahwa diri-Nya hadir sebagai kepenuhan dari makna perayaan tahun rahmat Tuhan.

Apa yang dilakukan oleh bangsa Israel secara simbolis dalam perayaan tahun Yobel sebagai pengakuan akan Yawe Allah Raja alam semesta, tergenapi dalam diri Yesus sendiri. Kehadiran Yesus adalah aktualisasi janji keadilan Allah bagi umatNya. 

Yesus Kristus datang ke dunia untuk membawa keadilan Allah bagi semua. Karena itu Ia berkata: “Pada hari ini genaplah nas tadi, sewaktu kamu mendengarnya.” (Luk. 4:21).

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved