NTT Terkini
Pater Abdul OCD Ungkap Pandangan Gereja Katolik Tentang Kesehatan Mental
emosi tak beraturan, kita dendam bertahun-tahun? Artinya juga kurang merasakan belas kasih Allah kepada dia dan kepada orang lain
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Moderator Persekutuan Doa Pembaruan Karismatik Katolik (PDPKK) St. Mikhael Kupang, Pater Zakarias Abduli, OCD mengungkapkan pandangan Gereja Katolik tentang kesehatan mental.
Menurut Pater Abdul, kesehatan mental dalam perspektif Gereja Katolik hanya bicara tentang aspek emosi-emosi yang disorder atau tidak stabil, tidak sesuai dengan realitas harian, orang menjadi mudah marah, mudah tersinggung atau dendam, atau apa saja yang berkaitan dengan emosi.
"Gereja Katolik itu sejalan dengan jiwa dan kriteria jiwa menurut Gereja Katolik itu ada yang namanya pikiran, ada yang namanya kehendak, ada yang namanya perasaan. Di dalam kehendak dan perasaan itu Gereja Katolik menyempurnakan tiga aspek lain yaitu iman, pengharapan dan kasih. Nah bagaimana dengan kesehatan mental? Orang-orang yang disebut sehat secara mental harus juga sehat secara jiwa atau sehat secara spiritual, iman, harap dan kasih. Masalah-masalah yang seringkali terjadi itu, mengapa kita seringkali emosi tak beraturan, kita dendam bertahun-tahun? Artinya juga kurang merasakan belas kasih Allah kepada dia dan kepada orang lain," kata Pater Abdul, Sabtu, 18/01/2025.
"Itulah sebabnya kenapa Yesus datang. Ketika seseorang yang sakit, baik sakit fisik, sakit mental, yang mungkin punya kemarahan-kemarahan terikat dengan kecenderungan-kecenderungan dagingnya, apa yang Yesus katakan adalah, dosamu telah diampuni, karena Dia tahu bahwa hal-hal ini akan berkaitan dengan masalah-masalah kejiwaan rohaninya, masalah hubungan dengan Tuhan, artinya hubungan dengan kebajikan-kebajikan kristiani kita yaitu iman, harap dan kasih, itu menjadi letak kekuatan. Lalu kebenaran, kejujuran hidup, kerendahan hati, nilai-nilai yang menjadi tujuh karunia Roh Kudus yang ada pada diri kita sehingga kesehatan mental bagi gereja Katolik tidak hanya melulu tentang masalah psikologis, tapi juga masalah rohani. Maka kalau kita lihat dari perspektif biblis, di dalam injil banyak sekali orang yang datang kepada Yesus dan orang terkagum-kagum. Perasaan kagum itu kan datang dari perasaan psikologis. Orang kagum dengan seseorang yang membuat damai, membuat nyaman, membuat orang percaya. Dia tunjukkan dengan sikapnya. Itulah gereja Katolik. Jadi sekali lagi gereja Katolik melihat kesehatan mental seseorang itu dalam aspek yang utuh," tambahnya.
Menurut Pater Abdul, tubuh adalah bait Allah, tempat kediaman Allah di dalam diri manusia.
"Paulus katakan demikian. Lalu jiwa kita terdiri dari pikiran, perasaan, kehendak atau memori-memori kita dan itu kalau masalahnya tentang ketidakteraturan dalam emosi kita maka apa yang gereja ajarkan melalui para Kudus misalnya, usaha pemurnian diri melalui meditasi, kontemplasi, mati raga, karya kerasulan, kebaikan misalnya dalam masa puasa gereja menekankan aspek pertobatan dan amal untuk membuat mental kita menjadi sehat, stabil dalam hubungan kita dengan sesama dan orang lain.
Kalau kita lihat dari kacamata iman, maka mental kita itu artinya kerohanian kita," ujarnya.
Bunuh Diri dalam Perspektif Katolik
Gereja Katolik, Kata Pater Abdul, sangat menghargai mekanisme diagnosa berdasarkan ilmu-ilmu yang ada, ilmu psikologi, kejiwaan, bahkan kesehatan.
"Para dokter mungkin melihat gangguan pikiran, gangguan otak atau gangguan tubuh juga bisa berpeluang membuat orang mengambil keputusan bunuh diri. Gereja menghargai diagnosa apapun. Bahkan secara sosiologis juga ada analisa tentang jenis-jenis bunuh diri," ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, Gereja Katolik melihat, dalam kaitannya dengan iman, orang tidak menaruh pengharapan kepada Tuhan maka dia menganggap bahwa hidup adalah miliknya sendiri. Itulah sebabnya orang dalam keadaan batas tekanan hidup selalu berpikir bahwa hidupnya adalah haknya maka dia tidak takut untuk mengambil tindakan bunuh diri.
"Kalau dia berpikir bahwa hidupnya itu milik Tuhan, maka dia akan menyerahkan kepada Tuhan maka Tuhanlah yang memberi kehidupan, Tuhan yang mengambilnya karena Dia pemilik atas kehidupan, dia punya rencana yang baik untuk kita. Tapi kasus bunuh diri secara iman Katolik kenapa itu dianggap sebagai kasus dosa berat, karena merampas hak Allah yang Tuhan berikan kepada kita untuk hidup, harusnya kita syukuri. Itu yang menyebabkan orang itu dikatakan secara tegas bahwa dia dalam keadaan itu tidak menaruh pengharapan kepada Tuhan karena imannya dalam keadaan rapuh sekali waktu itu lalu secara sosial dia menjadi orang yang asosial, tertutup tidak terbuka maka kompleksitas masalah yang dihadapinya ini harusnya sebagai orang beriman dia harus tetap berharap kepada Tuhan," ujarnya.
"Itulah sebabnya kalau kita menyalahkan dia, kita juga dalam posisi kurang baik secara etika kita memarahi seseorang yang mengambil keputusan itu. Karena pada detik terakhir kehidupan kita tidak pernah tahu apa seruan yang paling dalam dari dia, mungkin dia minta maaf kepada Tuhan, mungkin juga dia masih minta pertolongan Tuhan di titik akhir hidupnya karena itu sebagai orang beriman kita wajib mendoakan dia biarlah anugerah belas kasih Allah, pengampunan Tuhan atas dia," katanya.
Orang-orang yang masih hidup pun harus mulai belajar, dengan kejadian-kejadian seperti tindakan bunuh diri dalam masalah apapun, bahwa Tuhan mau berbicara kepada kita, kalau sampai pada masalah itu kita harus bergantung kepada Dia.
"Setiap orang yang datang kepada Tuhan dalam kerendahan hati dia akan pulang dalam sukacita dan kebahagiaan pasti dia akan tenang kalau dia mau pergi kepada Tuhan," ujarnya.
Dikatakan Pater Abdul, semua manusia tidak imun dengan yang namanya bunuh diri tetapi kita harus diketahui bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
"Kita tahu Tuhan mencintai kita lebih daripada yang kita pikirkan tentang belas kasih Allah. Mengapa kita takut lalu dalam keadaan terburuk dalam hidup jangan ambil keputusan. Orang harus sampai kepada titik bertemu dengan Tuhan baik secara pribadi maupun minta bantuan orang yang dapat dipercaya dan kita yang lain kalau lihat teman kita dalam keadaan kritis kita harus memberi hati untuk orang-orang ini," tandasnya.(uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.