Kecelakaan Pesawat

Setelah Kecelakaan yang Menawaskan 179 Orang, Pesawat Jeju Air Lainnya Bermasalah di Roda Pendaratan

Sebuah pesawat penumpang Jeju Air yang berangkat dari Bandara Gimpo di Seoul menuju Jeju pada 30 Desember 2024 mengalami masalah roda pendaratan

Editor: Agustinus Sape
REUTERS/KIM HONG-JI
Sebuah ekskavator digunakan untuk mengangkat kursi yang terbakar dari puing-puing pesawat yang jatuh setelah keluar dari landasan pacu di Bandara Internasional Muan, di Muan, Korea Selatan, 29 Desember 2024. 

POS-KUPANG.COM, SEOUL - Sebuah pesawat penumpang Jeju Air yang berangkat dari Bandara Gimpo di Seoul menuju Jeju pada 30 Desember 2024 mengalami masalah roda pendaratan yang tidak teridentifikasi setelah lepas landas dan kembali ke Gimpo dan mendarat dengan selamat, lapor berita Yonhap, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Hal ini terjadi setelah sebuah pesawat Jeju Air yang membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan jatuh pada saat kedatangannya pada tanggal 29 Desember, menabrak penghalang dan terbakar, menyebabkan semua orang, kecuali dua orang, tewas.

Penjabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok pada tanggal 30 Desember memerintahkan inspeksi keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi maskapai penerbangan di negara tersebut setelah pekerjaan pemulihan kecelakaan tersebut selesai.

Dia juga telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari hingga 4 Januari 2025.

Para pejabat sedang menyelidiki penyebab pesawat tersebut mendarat, termasuk mengapa roda pendaratan tampaknya tidak berfungsi dan apakah pesawat ditabrak burung.

179 orang tewas

Kecelakaan udara paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan pada hari Minggu (29/12/2024) menewaskan 179 orang. Pesawat Jeju Air yang membawa 181 orang mendarat dengan perut dan tergelincir di ujung landasan, meletus dalam bola api saat menabrak dinding di Bandara Internasional Muan.

Jeju Air (089590.KS), membuka tab baru penerbangan 7C2216, tiba dari ibu kota Thailand, Bangkok dengan 175 penumpang dan enam awak, mencoba mendarat tak lama setelah jam 9 pagi (0000 GMT) di bandara di selatan negara itu, kata Kementerian Transportasi Korea Selatan.

Dua awak kapal selamat dan dirawat karena luka-luka.

Kecelakaan udara paling mematikan di Korea Selatan juga merupakan yang terburuk yang melibatkan maskapai penerbangan Korea Selatan dalam hampir tiga dekade, kata kementerian transportasi.

Boeing 737-800 bermesin ganda terlihat dalam video media lokal tergelincir di landasan pacu tanpa roda pendaratan yang terlihat sebelum menabrak peralatan navigasi dan dinding dalam ledakan api dan puing-puing.

“Hanya bagian ekornya yang masih mempertahankan sedikit bentuknya, dan bagian lainnya (pesawat) tampak hampir mustahil untuk dikenali,” kata kepala pemadam kebakaran Muan, Lee Jung-hyun, pada konferensi pers.

Kedua awak pesawat, seorang pria dan seorang wanita, berhasil diselamatkan dari bagian ekor pesawat yang terbakar, kata Lee.

Mereka dirawat di rumah sakit dengan luka sedang hingga parah, kata kepala puskesmas setempat.

Penyelidik sedang memeriksa serangan burung dan kondisi cuaca sebagai faktor yang mungkin terjadi, kata Lee. Kantor berita Yonhap mengutip otoritas bandara yang mengatakan serangan semacam itu mungkin menyebabkan roda pendaratan tidak berfungsi.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved