Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 15 Desember 2024, Apakah Engkau telah Menemukan Kebahagiaan?
Hanya sukacita yang datang dari dalam hati sendiri yang bisa bertahan dalam kondisi dan siatuasi apa pun.
Kitab yang ditulisnya juga singkat, padat dan penuh makna. Hanya ada tiga bab, namun pesanya kuat karena gaya penulisanya yang menggetarkan soal Hari Kedatangan Yahweh, hari yang menjadi perhitungan baik bagi bangsa Israel karena ketidaksetiaannya kepada Allah, demikian menjadi perhitungan bagi bangsa-bangsa kafir karena permusuhan mereka dengan bangsa pilihan Allah.
Jadi, “Hari Tuhan” yang ditulis Sefania memiliki konotasi sosial dan liturgis yang positif. Nabi memberikan gambarann yang baru sama sekali soal “hari Tuhan. Hari Tuhan buka bukan lagi sebagai kesempatan bersukacita dan pesta, melainkan hari yang penuh ketakutan dan kecemasan; hari yang mendatangkan kehancuran dan kegelapan.
Namun diakhir bukunya, Nabi Sefania justru merombak gema seruannya menjadi madah pujian, sambil mengundang Yerusalem untuk bersukacita. Kehancuran dan kegelapan tidak akan menjadi kata berakhir bagi Yerusalem.
Pertobatan dan pengampunan akan datang, dan Yahweh, dalam diri Mesiah yang dijanjikan akan datang tinggal ditengah-tengah umat-Nya; sambil kehadiran-Nya menyebarkan kekudusan dan kebahagiaan.
Sebagaimana Nabi ini menyeruhkan kegembiraan karena Tuhan yang dinantikan itu ada ditengah-tengah, St. Lukas juga menyeruhkan hal yang sama. Ia mnyeruhkan Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, tinggal diantara manusia harus menjadi dasar sukacita dan kegembiraan.
Pesan ini perlu ditanggapi dan dialami, bahwa sumber sukacita manusia yang sebenar adalah Allah sendiri dan kepedulian Allah atas hidup dan keselamatan manusia. Dalam ketidakpastian hidup dan aneka macam kesulitan, Allah mengundang untuk percaya kepada-Nya.
Allah tidak pernah iklas membiarkan manusia, siapa saja untuk jatuh dalam kesulitan dan menderita. Allah mau agar manusia bangkit berdiri; memandang wajah-Nya penuh percaya dan harapan.
Mesiah sudah dekat, tangan-Nya sudah terulur untuk merangkul dan hati-Nya sudah terbuka untuk membiarkan siapa saja masuk dan menimba kemurahan hati-Nya.
St. Lukas dalam perikop Injilnya hari ini memberikan kita dua kelompok orang yang datang untuk mendengarkan ajaran St. Yohanes Pembaptis.
Pertama adalah para pemipim religius pada saat itu yang keberadaannya juga disetujui dan didukung oleh kekaisaran Romawi.
Kedua adalah kumpulan orang-orang biasa yang dipilih oleh Romawi untuk mengawasi jalan pemerintahan.
Kedua kelompok ini memang dibenci oleh orang kebanyakan yang tak ada relasinya dengan kekuasaan Romawi. Kedua kelompok ini juga nanti akan terus memata matai Yesus.
St. Yohanes Pembaptis meyeruhkan pertobatan dalam wujud knokret yakni berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.
Ia menyeruhkan nilai-nilai kebersamaam sebagaimana tertulis dalam Kitab Ulangan, 15: 7-11.
Artinya yang mau diseruhkan oleh Yohanes Pembaptis adalah bahwa siapa saja, apa pun dosa dan kesulitan hidupnya, bisa bertobat, bisa diampuni dan diselamatkan oleh Allah. Tapi tentu bukan bagi mereka yang tutup mata hatinya bagi kebutuhan orang lain.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.