Bencana Pergerakan Tanah
Bencana Pergerakan Tanah di Sukabumi Jawa Barat Sudah Mencapai 72 Desa
Bencana alam pergerakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meluas hingga 72 desa, Senin (9/12/2024).
POS-KUPANG.COM, SUKABUMI - Bencana alam pergerakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meluas hingga 72 desa, Senin (9/12/2024). Kondisi ini dipicu hujan deras yang masih terus menguyur daerah tersebut sejak pekan lalu.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat menyebutkan, sebelumnya hanya 16 titik bencana pergerakan tanah di tiga kecamatan pada 3 Desember 2024. Pemicunya hujan dengan intensitas lebat selama dua hari berturut-turut.
Hingga Senin, pergerakan tanah sudah mencapai 72 desa di 39 kecamatan. Ada 1.341 keluarga atau 2.130 jiwa yang terdampak.

Dari pantauan Kompas di Desa Cijangkar dan Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung pada Senin siang, tampak puluhan rumah warga rusak berat. Hujan masih mengguyur daerah tersebut sejak pagi.
Selain itu, beberapa titik jalan raya yang melewati desa itu amblas. Sekitar 300 warga telah mengungsi ke sejumlah dua lokasi yang terpusat dan rumah kerabatnya.
"Terdapat empat kampung di Mekarsari yang terdampak pergerakan tanah. Jumlah rumah yang rusak terus bertambah dari 26 menjadi 92 unit rumah," ungkap Yuli Yulianti, selaku perwakilan posko siaga bencana di Desa Mekarsari.
Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar Hadi Rahmat Hardjasasmita mengakui, jumlah titik bencana pergerakan tanah di Sukabumi terus bertambah.
Ia memaparkan, 337 keluarga atau 1.085 jiwa yang mengungsi akibat bencana pergerakan tanah di Sukabumi. Sementara 249 jiwa dalam terancam karena berada di lokasi yang rawan bencana.

Adapun jumlah rumah 188 unit rumah rusak berat, 340 rumah rusak ringan dan 465 rumah rusak sedang. Selain itu, 18 fasilitas umum dan 57 hektar lahan pertanian juga terdampak.
"Tak ada korban jiwa dalam bencana pergerakan tanah di Sukabumi hingga kini. Kami terus berkoordinasi dengan BPBD Sukabumi untuk mengutamakan evakuasi dan menyiapkan lokasi pengungsian warga yang aman, " tuturnya.
Pemicu bencana
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati dalam kunjungan ke Kecamatan Cikembar, salah satu lokasi bencana pergerakan tanah pada Jumat (6/12/2024) mengatakan, retakan tanah yang terjadi akibat hujan lebat. Hal inilah yang menyebabkan tanah amblas.
Selain itu, lanjut Dwikorita, berdasarkan data BMKG, dalam 10 hari terakhir terjadi gempa bumi di wilayah Jawa Barat. Gempa yang terjadi dengan magnitudo lemah dan tidak sampai dirasakan masyarakat.
"Gempanya dapat menggoyang tebing. ketika diguyur hujan maka dampak lanjutannya tanah akan jadi lebih mudah longsor," ucap Dwikorita.
Pergerakan tanah termasuk rangkaian bencana hidrometeorologi yang melanda Kabupaten Sukabumi awal pekan lalu. Terjadi juga banjir, banjir bandang, longsor, dan angin kencang.
Sebanyak 10.112 warga yang terdampak bencana hidrometeorologi di Sukabumi. Sejauh ini, 10 warga ditemukan tewas dan 2 korban jiwa lainnya masih dalam pencarian karena tertimbun longsoran tanah. (kompas.id)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.