Bencana Tanah Longsor

Longsor di Jalur Medan-Berastagi Sumatera Utara, Penyesalan Rolin Saat Adiknya Jadi Korban

Rombongan bus yang mengangkut pemilih dalam Pilkada di Sumatera Utara tertimbun longsor. Malam pesta demokrasi berubah menjadi petaka.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Foto udara menunjukkan longsor terjadi di banyak tempat di perbukitan Sibolangit yang menimbun Jalan Medan-Berastagi, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (28/11/2024). 

POS-KUPANG.COM - Belum kering air mata korban banjir bandang di Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, bencana longsor terjadi lagi di Jalan Medan-Berastagi, Sibolangit.

Sudah sembilan orang ditemukan tewas dalam kendaraan tertimbun longsor di sepanjang tiga kilometer, termasuk bus yang membawa mahasiswa yang pulang kampung untuk Pilkada 2024.

Rolin Rosalina Sinaga (24) dan ayahnya tak kuasa menahan tangis saat menunggu kabar pencarian korban di lokasi bencana longsor di Jalan Medan-Berastagi, Kamis (28/11/2024).

Sebuah ambulans lalu keluar dari lokasi pencarian membawa dua korban meninggal yang baru dievakuasi dari bus pariwisata yang tertimbun longsor dan jatuh ke jurang.

Setelah mendengar ciri-ciri rambut, perawakan, dan pakaian yang dikenakan dari petugas, Rolin meyakini satu dari dua korban itu adalah adiknya, Anggya Firgantara Sinaga (21). Tangis Rolin dan ayahnya pecah. ”Adikku. Harusnya kau tidak perlu pulang. Aku ingin kau tetap hidup,” kata Rolin.

keluarga korban longsor di sibolangit ruas jalan medan-berastagi
Keluarga korban longsor menangis histeris setelah mengetahui anggota keluarganya ditemukan meninggal tertimbun material longsor di Jalan Medan-Berastagi, di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (28/11/2024).

Anggya merupakan satu dari sembilan korban meninggal yang telah ditemukan. Anggya merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan yang pulang kampung untuk menggunakan hak pilihnya pada Pilkada Samosir.

Dia ikut menumpang bus pariwisata yang disiapkan tim sukses pasangan calon Pilkada Samosir, Vandiko Gultom-Ariston Tua Sidauruk. Mereka berangkat pada Selasa malam dari Medan dan harusnya tiba di Samosir pada Rabu pagi sebelum pemungutan suara.

Rolin pun sudah sempat mengingatkan adiknya agar berhati-hati karena hujan lebat turun di daerah rawan longsor di Sibolangit itu.

”Saya terus-menerus menanyai kabarnya. Namun, setelah lewat tengah malam, dia tidak membalas lagi pesan Whatsapp yang aku kirim. Dia juga tidak mengangkat telepon,” kata Rolin.

Rolin pun terkejut dan lemas ketika mendengar informasi tentang adanya longsor di Sibolangit. Apalagi, dia mendengar ada bus yang membawa pemilih ke Samosir yang ikut tertimbun longsor.

Lestari Situmorang (48), pemilik kedai kopi di Sibolangit, menjadi saksi mata terjadinya longsor menimbun bus pariwisata itu dan kendaraan lain. Menurut Lestari, longsor sebenarnya sudah mulai terjadi pada Selasa sejak pukul 22.00. Namun, ketika itu dia merasa kejadian itu hanya longsor biasa yang menutup sebagian badan jalan dan masih bisa dilewati.

Akan tetapi, setelah lewat tengah malam, dia mendengar suara gemuruh yang sangat kuat yang diikuti material longsor jatuh menimbun kendaraan yang melintas, termasuk bus yang membawa mahasiswa. Waktu itu aliran listrik sudah padam dan gelap gulita. Hujan lebat pun masih melanda.

Lestari menyebutkan, longsor terjadi beberapa kali. Bus pariwisata itu sempat berhenti karena ada material longsor menghadang di depan mereka. Beberapa orang sempat turun dan yang lainnya bertahan di dalam bus.

Beberapa saat kemudian, longsor susulan yang lebih besar terjadi lagi dan mengempas bus ke dalam jurang sejauh 30 meter. Dengan kondisi terluka, beberapa mahasiswa berupaya keluar dari bus dan merangkak naik dari dasar jurang.

”Beberapa mahasiswa datang ke kedai ini dalam kondisi terluka dan mengalami pendarahan di kepala dan badan,” kata Lestari.

Lestari dan puluhan mahasiswa sempat terjebak di antara material longsor yang menutup jalan ke arah atas maupun bawah jalan. Tumpukan longsor yang sangat tinggi membuat mereka tidak bisa melintasi jalan meskipun dengan berjalan kaki.

Saat berupaya mencari jalan keluar, sebuah pohon tumbang menimpa kedai milik Lestari. Mereka menangis histeris di tengah hujan dan gelap gulita.

”Lalu ada seorang mahasiswa berdiri mengajak kami berdoa bersama. Kami percaya dan mengimani Tuhan pasti menolong kami. Kami lalu memutuskan untuk berjalan menuruni bukit ke arah ladang di bawah kedai,” kata Lestari.

Beberapa saat kemudian, longsor susulan terjadi lagi dan menimbun jalan dan sebagian kedai. Lestari dan rombongan mahasiswa selamat karena sudah meninggalkan kedai. Mereka berjalan hingga ke Jembatan Sembahe lalu dievakuasi dengan ambulans ke Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik.

Para mahasiswa yang akan merayakan pesta demokrasi berubah menjadi pengalaman kelam. Saat pemungutan suara berlangsung, tim pencarian dan pertolongan (SAR) gabungan menyisir jalan sepanjang tiga kilometer.

Hingga Kamis (28/11) malam, tim SAR gabungan telah menemukan sembilan korban tewas. Mereka adalah Martin Sinulingga (57) dan Hardiansyah (33) yang merupakan warga Medan, Dimas Solin (18) warga Pakpak Bharat, serta Rosmita (46) warga lokal Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang.

Lima lainnya adalah warga Samosir yang dimobilisasi paslon yaitu Jesica Hutapea (18), Yohana Tuti Sitohang (22), Marta Sinaga (23), Anggya Sinaga (21), dan Laurensius Sihombing (32).

Jalan nasional penghubung Medan dengan 11 kabupaten/kota di Sumut dan Aceh itu pun sudah dua hari lumpuh total. Jalan masih dipenuhi material longsor dari Jembatan Sembahe hingga Tikungan PDAM Tirtanadi.

Baca juga: Tanah Longsor di Sumatera Utara Menewaskan Sedikitnya 27 Orang

Puluhan kendaraan yang rusak berat dan ringan masih terjebak di sepanjang jalan itu. Jalan sepanjang tiga kilometer itu merupakan jalan tanjakan dengan beberapa tikungan tajam di perbukitan Sibolangit.

Satu per satu titik longsor mulai bisa dibuka dan dilewati kendaraan tim SAR gabungan. Puluhan mobil sudah berhasil dievakuasi dari kawasan longsor tersebut. Namun, masih ada beberapa titik yang sama sekali belum bisa dilalui.

Saat pemungutan suara berlangsung, tim pencarian dan pertolongan (SAR) gabungan menyisir jalan sepanjang tiga kilometer.

Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Medan Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan mengatakan, mereka bersama pemangku kepentingan lain membuka posko pengaduan agar bisa menampung informasi tentang kehilangan anggota keluarga pada bencana longsor itu.

”Ada beberapa masyarakat yang melaporkan kehilangan keluarga. Dugaan kami, masih ada korban yang terjebak di kendaraan,” kata Gidion.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumut Rianda Purba mengatakan, bencana ekologis seperti tak henti-henti terjadi di Sumut. Bencana seperti mengintai nyawa di daerah rawan bencana. 

Dalam satu pekan terakhir, bencana banjir dan longsor yang menelan korban jiwa juga terjadi di Karo, Dairi, Tapanuli Selatan, hingga Padang Lawas. Semua bencana itu, kata Rianda, sebagai akibat dari kerusakan ekologis yang sudah terjadi bertahun-tahun. (kompas.id)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved