Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Rabu 27 November 2024, Pelayan Allah dan Penatalayan Alam
Melalui bacaan ini kita diajak untuk memahami kembali siapa kita dan relasi kita dengan sesama makhluk ciptaan, dalam maksud Sang Pencipta.
Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di Taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu. -ayat 15
POS-KUPANG.COM. KUPANG - Renungan Harian Kristen Rabu 27 November 2024, Pelayan Allah dan Penatalayan Alam, merujuk pada Kitab Kejadian 2:4-19.
Artikel ini dikutip dari buku Renungan Harian Suluh Injil yang diterbitkan Gereja Masehi Injili di Timor ( GMIT ).
POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari anggota Tim Penulis Komunitas Suluh Injil edisi November 2024.
Tema Bulan November 2024 Bulan Lingkungan Hidup GMIT “Mengalami Keadilan dan Damai Sejahtera Dalam Semesta”.
Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen berikut ini:
Potensi terjadinya bencana alam kapan saja merupakan salah satu pergumulan berharga manusia karena menyangkut kelangsungan hidup generasi manusia dan makhluk lain yang akan datang di muka bumi.
Degradasi lingkungan akibat kebijakan penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dan dilanggarnya batas toleransi kerusakan lingkungan menjadi isu sentral tentang alam di abad ini.
Atas nama kemajuan, manusia tidak diperkenankan oleh Allah memakai kuasa untuk mengembangkan sumber daya alam dan mengeksploitasi potensinya sampai pada batas yang tidak dapat ditoleransi dan menyebabkan kerusakan fatal.
Melalui bacaan ini kita diajak untuk memahami kembali siapa kita dan relasi kita dengan sesama makhluk ciptaan, dalam maksud Sang Pencipta.
Kitab Kejadian ini menyatakan Adam dibentuk dari tanah (7), Allah menumbuhkan tanaman dari bumi (9), dan membentuk binatang dari tanah (19).
Masing-masing terhubung dengan Sang Pencipta. Saat yang sama, juga ada relasi pada manusia, tumbuhan, binatang, tanah, bumi dan ciptaan lain berdasarkan proses penciptaannya.
Baca juga: Renungan Harian Kristen Selasa 26 November 2024, Pelajaran dari Bencana Alam
Relasi ini lebih menunjuk kepada saling kebergantungan daripada kekuasaan.
Relasi di antara semua ciptaan tersebut baiklah kita pahami secara teosentris, yaitu berpusat kepada Allah Pencipta dan bukan berpusat kepada manusia atau antroposentris.
Berpikir atroposentris menyebabkan manusia bukan menjadi penatalayan (steward), tetapi penguasa, bukan pelayan yang mengelola (servant) tetapi pemegang kendali sehingga terjadilah eksploitasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.