Opini

Opini - Politik Lewotobi: Kemana Suara Pengungsi Abu Vulkanik?

Masa kampanye Pilkada 2024 sedang geliat, suhu pertarungan elit sedang menguat, tetapi tidak sekuat letusan abu vulkanik Lewotobi.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO-AKHMAD SYAFRUDDIN
Dosen Ilmu Politik Fisip Undana, Akhmad Syafruddin 

Oleh: Akhmad Syafruddin
Analis Politik Lokal dan Otonomi Daerah, Fisip Undana 

POS-KUPANG.COM - Nusa Tenggara Timur berduka, Lewotobi sedang tidak bersahabat bahkan kini menjadi mata dunia. Korban jiwa, tempat tinggal, harta benda dan ancaman masa depan menyelimuti warga.

Kebijakan relokasi pengungsian dan kunjungan pejabat tinggi Negara semoga jadi berkah.

Indonesia bergerak, semarak berbagi kasih dan berbagai saluran bantuan, penuh harap agar derita jadi senyuman dan generasi mantap meraih masa depan.

Doa dipanjatkan, semoga alam semesta kembali seimbang. 

Saat yang sama, tahapan masa kampanye Pilkada 2024 sedang geliat, suhu pertarungan elit sedang menguat, tetapi tidak sekuat letusan abu vulkanik Lewotobi

Tidak luput perhatian, ramai calon kepala daerah (Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur) ditengah padatnya konsolidasi kemenangan, membawa kesejukan berbagi kebaikan dengan korban pengungsian. 

Citra positif sedang digerakkan, simbol pemimpin yang peduli dan perhatian pada rakyat bagian dari tujuan.

Lewotobi menjadi magnet dan bahkan menjadi pasar politik agar paslon dikenang dan mendapatkan dukungan. Berbagi kebaikan dan perhatian merupakan modalitas pemimpin masa depan.

Seorang pilsuf perancis (Piere Bourdieu, 1986) menjelaskan terdapat 3 modalitas; modal ekonomi, modal sosial dan modal budaya.

Menurut Bourdieu modalitas dapat menjadi penguat relasi sosial dan sebagai basis dominasi. Dominasi melalui modal dapat memperkuat relasi antara calon kepala daerah dengan calon pemilih. 

Baca juga: Opini Masalah Fiskal Daerah: Calon Gubernur NTT Tidak Solutif

Melalui berbagai bentuk bantuan barang, uang dan materi lain yang disalurkan merupakan pengarusutamaan modalitas ekonomi.

Modalitas ekonomi menjadi “pelumas” dan “penggerak” karena menjadi prasyarat utama dalam sebuah pertarungan kampanye politik.

Tanpa maksud menafikan ketulusan, sulit dihindari masa kampanye berbagai cara dapat dilakukan.

Kemudian pertanyaan adalah kemana suara dukungan politik pengungsi Lewotobi?

Jawabanya sangat variative akan tergantung sejauh mana paslon membangun jaringan sosial dengan para pengunggi dan fungsi katalisator aktor sosial untuk mempercepat dan mempertebal hubungan emosional. 

Penting dipahami bahwa sebagian penggungsi telah memiliki pilihan kepada salah satu paslon akan tetapi jika paslon lain lebih cepat memberikan dukungan bantuan maka besar peluang terjadi perpindahan dukungan.

Selanjutnya bagi calon pemilih yang belum menentukan pilihan akan jadi kesempatan pangambilan keputusan.

Jika dihitung seberapa besar dukungan politik dari pengungsi atau penduduk di kawasan Lewatobi terhadap kemenangan paslon?

Jawabannya sangat kecil, kurang dari 1 Persen dari total suara pemilih Nusa Tenggara Timur sesuai hasil rekapitulasi KPU yaitu 3.988.372 suara. 

Baca juga: Opini Politik Endorsement Jokowi: Chris-Serena Tandang ke Solo

Tentu paslon sangat mengetahui kalkulasi ini, meskipun pengaruh sangat kecil tetapi ada bonus besar bagi paslon yaitu terlegitimasi simbolitas politik. 

Politik yang disimbolkan sebagai pahlawan, orang baik, peduli, gerak cepat, hebat dan memiliki pengaruh kuat menjadi keberuntungan yang diperoleh paslon. 

Keberuntungan dapat terakumulasi menjadi meningkatknya kepercayaan publik.

Ibarat peribahasa sekali dayung dua tiga pulau terlampui, kebaikan yang ditorehkan di lewotobi dapat merangsang dan mengubah persepsi publik ditempat lain dalam menentukan pilihan dukungan.

Selain modalitas ekonomi dan sosial, modalitas budaya (pengarusutamaan budaya lokal) dan politik (akumulasi kekuatan partai politik) juga tidak kalah penting.

Peluang kemenangan paslon akan sangat ditentukan bagaimana memaksimalkan semua modalitas tersebut. Semakin besar akumulasi modalitas yang dilakukan, maka peluang terpilih juga semakin tebal.

Terakhir masyarakat NTT patut berbangga karena calon pemimpin masa depan memiliki kepedulian. Pemimpin masa depan tidak lahir sekedar perhatian lewotobi, tetapi akumulasi semua kebaikan dan pengabdian yang tak terlupakan!!! (*)

Ikuti berita di POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved