Lewotobi Erupsi

Kisah Masinta, Rela Injak Lahar Panas Gunung Lewotobi Demi Selamatkan Nyawa Buah Hati

Masinta rela berjalan di atas lahar yang masih panas demi menyelamatkan nyawa putranya, Muhamad Farhan Maulana. Bocah 7 tahun itu tertidur lelap nyari

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Masinta (51), duduk di depan rumah salah satu warga Lewolaga, Kabupaten Flores Timur, Selasa, 12 November 2024 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Masinta Sangkala (51), warga Dusun A, Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, tak bisa berjalan lantaran kedua kakinya mengalami luka serius.

Luka melepuh pada kedua telapak kakinya itu akibat terbakar lahar panas Gunung Lewotobi Laki-laki yang meletus dahsyat pada, Minggu, 3 November 2024 tengah malam.

Masinta rela berjalan di atas lahar panas yang masih panas demi menyelamatkan nyawa putranya, Muhamad Farhan Maulana. Bocah 7 tahun itu tertidur lelap nyaris tertimbun material panas.

"Saya gendong langsung bawa lari keluar. Dia nyenyak sekali jadi tidak sadar, syukurlah kami berdua masih selamat," kata Masinta kepada wartawan, Selasa, 12 November 2024.

Masinta belum sadar bahwa kakinya terluka. Rasa nyeri baru terasa saat ia dan sang buah hati sampai ke Kantor Desa Klatanlo. Darah juga mengalir dari paha. Lukanya bak tersayat benda tajam.

"Kemungkinan kena kerikil panas (luka bagian paha). Sampai di kantor desa, saya tidak bisa jalan. Saya numpang mobil pickup punya om Harjo Lopez," ceritanya.

Bencana dahsyat menghancurkan kontrakan Masinta. Rumah milik, Jufri Kedang itu sudah hancur. Semua perabot rusak termasuk usaha salon dan rias pengantin. Ibu sigle patent ini hanya bisa menitihkan air mata mengahadapi kenyataan berat itu.

Baca juga: 5.600 Jiwa di Sikka Alami Gangguan Pernapasan Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Masinta kini mengungsi ke Desa Lewolaga, Kecamatan Titehena, radius aman dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Dia tidak bergabung ke poskoh induk, tetapi tinggal di rumah Mans Hayon.

"Tidak tahu lagi setelah ini harus buat apa. Sudah tidak ada usaha lagi untuk menunjang hidup dan ongkos sekolahnya anak saya, kami hanya bisa pasrsh," ucapnya. Raut wajahnya semakin murung.

Kondisi Masinta belum pulih seutuhnya. Ia harus bolak balik ke Puskesmas Lewolaga untuk mengontrol lukanya. Saat hendak tidur, Masinta selalu merintih kesakitan. Rasa nyeri mengganggu tidur malamnya. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved