Hermawi Taslim: Persahabatan adalah Mata Uang yang Berlaku di Mana-mana

Penegasan itu disampaikan Hermawi Taslim di hadapan para anggota PMKRI Cabang Jayawijaya, St. Fransiskus Asisi, di Margasiswa PMKRI, Wamena, Papua

Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG/HO
Ketua Umum Forkoma PMKRI, Hermawi F Taslim (kiri) menerima dokumen dari Ketua PMKRI Cabang Jayawijaya Fransiskus Surabut, Kamis (7/11/2024). 

POS-KUPANG.COM, WAMENA - Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia (Forkoma PMKRI), Hermawi Franziskus Taslim, mengatakan, jika ingin sukses dalam kehidupan, hendaknya mencetak mata uang sendiri. Mata uang itu bernama persahabatan yang berlaku di mana-mana. 

Persahabatan yang dikelola dengan baik akan menjadi kekuatan dalam bentuk jaringan. 

Namun mata uang ini membutuhkan kejujuran, ketulusan, integritas dan tidak ada pengkhianatan.  Mata uang jenis ini berlaku di mana-mana. Hanya masing-masing individu yang bisa membuatnya sendiri. 

Penegasan itu disampaikan Hermawi Taslim di hadapan para anggota PMKRI Cabang Jayawijaya, St. Fransiskus Asisi, di Margasiswa PMKRI, Wamena, Papua Pegunungan, Jl. Ahmad Yani, Wamena, Kamis (7/11/2024). 

Hadir dalam acara tersebut, Ketua PMKRI Cabang Jayawijaya, Fransiskus Surabut dan senior PMKRI, Piter Togodli yang menjabat Ketua DPRD Kabupaten Membramo Tengah. 

Ketua Umum Forkoma PMKRI, Hermawi Taslim (tengah depan) bertopi) berfoto bersama Anggota PMKRI Cabang Jayawijaya, Kamis (7/11/2024).
Ketua Umum Forkoma PMKRI, Hermawi Taslim (tengah depan) bertopi) berfoto bersama Anggota PMKRI Cabang Jayawijaya, Kamis (7/11/2024). (POS KUPANG/HO)

Pada awal diskusi, Hermawi Taslim menyatakan keterkejutannya karena sudah ada cabang PMKRI di wilayah itu sejak tahun 2016.  

Meskipun provinsi itu baru berdiri, ternyata PMKRI telah lebih dahulu ada. Keterkejutan Hermawi Taslim bertambah, karena PMKRI setempat telah menjadi warna dalam gerakan kemahasiswaan di provinsi termuda di Papua.

Wamena adalah ibu kota provinsi Papua Pegunungan, termasuk bagian dari Keuskupan Jayapura.

Hermawi Taslim mengatakan, tidak cukup menjadi “seseorang”, jika dia hanya seorang diri. 

Menjadi “seseorang” harus diimbangi dengan hadirnya para sahabat di sekelilingnya. Orang lain adalah sahabat bagi orang tersebut.  

Para sahabatnya itulah yang kemudian akan menjadi salah satu faktor penentu terciptanya “mata uang” langka yang berlaku di mana-mana.

“Ciptakanlah mata uang yang berlaku di mana-mana. Mata uang itu disebut dengan persahabatan. Persahabatan yang erat akan berubah mejadi Saudara atau satu udara, udara sama yang  akan memberi kehidupan bersama. Saudara sekandung bisa menjadi sahabat karena udara yang dihirup tidak sama. Namuna persahabatan yang satu udara harus dilandasi denga nilai yang sama,“ kata Taslim.

Nilai yang sama, masih menurut Taslim, adalah hubungan pertemanan yang didasari pada kejujuran, ketulusan, integritas, dan tidak ada pengkhianatan. 

Jika ada pengkhianatan dalam persahabatan, ujungnya adalah adu domba dan perpecahan. Dalam politik, digunakan kata kepentingan  untuk menjelaskan tujuan bersama. Namun, kepentingan  tidak mensyaratkan sebuah persahabatan. Sehingga dalam politik, kepentingan selalu diwarnai dengan pengkhianatan. Persahabatan membutuhkan udara yang sama untuk hidup. 

Dalam konteks pembangunan Papua, Taslim meminta para anggota PMKRI untuk menjadi kelompok intelektual yang memainkan peran penting.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved