Pilgub NTT
Pilgub NTT, Melki Laka Lena Punya Hubungan Darah di Uma Patunggul Payeti Sumba Timur
tanda penghormatan. Selanjutnya, keluarga Payeti membalas dengan memberikan sejumlah lembar sarung dan seekor babi
Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Rosalina Woso
Dan, kisah tentang Nenek Rambu Hara Ana Awa ini pernah diceritrakan oleh mama saya,” ujarnya.
Disebutkan Melki Laka Lena, momentum pertemuan itu dipastikan ada pro dan kontra serta beragam tanggapan di publik.
“Maksud kita memang baik, tetapi tidak semua orang akan menangkap dengan baik. Semoga kita semua yang hadir ini, sama-sama tahu tentang niat tulus keluarag Payeti dan kami bahwa benar-benar silahturahmi antar kita bersaudara ini betul tersambung dengan kokoh,” katanya.
Melki Laka Lena bangga dan tersanjung karena keluarga Payeti sudah menerimanya dengan sangat baik, sebagai bagian dari keluarga Payeti yang ternyata kisahnya sangat mengharuhkan. “Ini momentum pertama buat saya, dan bisa menemukan kembali bagian hidup dari keluarga yang terputus,” katanya.
Dikatakanya, dalam politik, sering kali seorang politisi itu diangkat oleh berbagai kelompook keluarga dan suku, itu sering terjadi. Tetapi menemukan kembali akar darahnya itu tidak semua orang mendapatkan.
“Saya bersyukur karena bukan diangkat sebagai anak, atau ditokohkan sebagai keluarga, tetapi ini memang menemukan kembali jalur darah yang selama ini terputus. Saya bisa kembai lagi ke tempat dimana moyang kami berasal,” sebutnya.
Melki Laka Lena berharap, semoga dengan acara malam ini, bukan hanya sekedar urusan politik yang sedang ramai, tetapi lebih dari itu, semua yang terjadi ini merupakan kehendak Tuhan dan retsu leluhur. .
“Semoga ini bermanfaat bagi Sumba Timur, Ende dan NTT yang kita bisa buat Bersama,” katanya.
Melki Laka Lena mengakui bahwa di tengah momentum politik saat ini, pasti beragam tanggapan di public akan bermunculan. Tetapi baginya, itu bukan terlalau penting.
“Yang paling penting adalah dari peristiwa ini, kami bisa kembali beretmu dengan keluaraga dan sepeti halnya, pesan keluaragg yang muncul yaitu harta yang paling berharga adalah keluarga. Jabatan apapaun kita, yang pikul peti mati kita adalah keluarga. Yang paku peti mati kita juga dalah keluarga. Yang temani keluarga kita saat duka juga pastinya keluarga. Teman dan kawan itu datang dan pergi,. Jabatan itu membuat orang akan dekat dengan dengan yang bersangkutan, tetapi yang menemi saat suka duka dan terpuruk itu yang pasti adalah kelurga. Dan saya menemukan hari ini keluarag saya dan itu jauh lebih penting dari pada urusaan politik atau apapaun,” jelas Melki Laka Lena.
Dalam momentum itu, Melki Laka Lena membawa seekor kuda jantan sebagai tanda penghormatan. Selanjutnya, keluarga Payeti membalas dengan memberikan sejumlah lembar sarung dan seekor babi.
Acara tersebut dihadiri ratusan keluarga Payeti yang datang dari berbagai wilayah di Pulau Sumba. Turut hadir para tokoh Sumba Timur diantaranya Umbu Ngguli Hunga (ayahanda Dr. Umbu Rudi Kabunang), Arnold Huki Lalatana, Umbu Lili Pekuwali, Libby Sinlaeloe, Stevanus Come Rihi, Oktobius Wiritana Ringu, Herman Hilungara, Soleman Tarandima dan para pimpinan partai koalisi pengusung MELKI-JOHNI tingkat kabupaten Sumba Timur.(tim/gem)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.