Wisata NTT

Wisata NTT,  Gereja St Ignatius Loyola Sikka Seni Eropa yang Tersisa di Sikka, NTT

Wisata NTT,  Gereja St Ignatius Loyola Sikka Seni Eropa yang Tersisa di Sikka, NT

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
Indonesia Go.ID
Keindahan Gereja St Ignatius Loyola di Kecamatan Lela , Kabupaten Sikka 

POS KUPANG.COM -- Salah satu adalah gereja yang menjadi jejak peninggal Portugis di Kabupaten Sikka, Flores adalah  Gereja katolik Santo Ignatius Loyola yang terlatak di Desa Sikka , Kabupaten Sikka , Provinsi NTT.

Dikutip dari indonesia.go.id,  gereja Santo Ignatius Loyola  dibangun oleh arsitek yang sama dengan bangunan Gereja Katedral di DKI Jakarta. 

Gereja tersebut telah menjadi salah satu bangunan cagar budaya nasional yang sarat bernilai sejarah.

Kabupaten Sikka merupakan salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang memiliki sejumlah bangunan gereja berusia lebih dari 100 tahun. 

Bangunan rumah ibadah itu masih berdiri kokoh dan tetap menjalankan fungsinya untuk melayani umat Kristiani mengadakan peribadatan, hingga hari ini. 

Pengaruh budaya Eropa dipadukan dengan budaya setempat sangat terlihat jelas pada gaya arstitektur bangunan itu. Gereja itu juga kerap didatangi turis domestik dan mancanegara sebagai obyek wisata religius.

Salah satu bangunan gereja bersejarah tersebut adalah Gereja Santo Ignatius Loyola. Masyarakat setempat lebih mengenalnya sebagai Gereja Tua Sikka, yang terletak di Kampung Sikka, sebuah desa eksotis di garis pantai selatan Kota Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. 

Baca juga: Wisata NTT,  Jong Dobo Misteri Artefak Kuno yang Punya Banyak Cerita  di Kabupaten Sikka, NTT

Gereja Tua Sikka dibangun oleh pastor berkebangsaan Portugis, JF Engbers D'armanddaville pada 1893, dibantu oleh Raja Sikka Joseph Mbako Ximenes da Silva. 

Bangunan gereja ini merupakan hasil rancangan Pastor Antonius Dijkmans, arsitek yang juga ikut mendesain Gereja Katedral Jakarta.

Arsitektur Gereja Tua Sikka tak hanya mengikuti gaya Renaisans dan Barok yang berkembang di daratan Eropa saat itu. 

Tetapi juga mengadopsi unsur-unsur budaya lokal serta memanfaatkan material bahan bangunan yang ada di Indonesia. 

Misalnya, mengunakan material kayu jati untuk dijadikan kuda-kuda penahan atap bangunan serta tiang penyangga bangunan cagar budaya nasional itu. Sebanyak 360 kubik kayu jati tersebut didatangkan langsung dari hutan-hutan di Pulau Jawa, menggunakan kapal besar menuju Maumere.

Dangkalnya garis pantai Desa Sikka membuat kapal pengangkut kayu material gereja tak mampu mendekati bibir pantai. Oleh karena itu kayu-kayu jati tadi dilarungkan ke laut dan ditarik beramai-ramai oleh warga setempat menuju garis pantai. 

Tak hanya kayu jati, ada pula semen dan besi ikut dibawa dari luar Maumere untuk pembangunan gereja berukuran panjang 47 meter dan lebar 12 meter yang dikelilingi oleh perbukitan dan pantai itu.

Jika dilihat dari tampak muka, bangunan Gereja Tua Sikka berbentuk dua susun kerucut. Di atap bangunan muka terdapat menara lonceng abu-abu setinggi 15 meter dengan atap berbentuk kerucut dilengkapi salib di puncaknya. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved