Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 3 Oktober 2024, Kita Dipanggil untuk Menjadi Pekerja

diutus untuk ikut memanen tuaian Tuhan yang berlimpah ruah. Musim menuai selalu berarti load kerja meningkat

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Kamis 3 Oktober 2024, Kita Dipanggil untuk Menjadi Pekerja 

Oleh: Pastor John Lewar, SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Kamis 3 Oktober 2024, Kita Dipanggil untuk Menjadi Pekerja

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz STM Nenuk Atambua Timor.

Hari Biasa Pekan XXVI
Lectio: Ayub 19:21-27; Mazmur 27:7-8a.8b-9abc.13-14;
Injil: Lukas 10:1-12

Missio:
Penginjil Lukas hari ini dengan bagus memperlihatkan pola misi dan
pewartaan para murid.

Pertama, 70 murid diutus berdua-dua (ay. 1). Mereka adalah kelompok para murid Yesus yang lain, di luar ke-12
pengikut terdekat-Nya. Angka 70 bisa saja real atau juga simbol: menunjuk pada banyaknya misionaris dalam jemaat perdana, zaman Lukas. Angka 70 juga sesuai dengan jumlah suku bangsa di dunia, menurut Kej. 10.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 1 Oktober 2024, Belajar dari Anak Kecil 

Misi dan pewartaan jemaat ditujukan kepada segenap bangsa, di setiap rumah maupun kota. Misi itu dijalankan secara bersama, tidak sendirian.

Mereka diutus berdua-dua juga menegaskan segi kerjasama dan salingmendukung antar para pewarta. Maksudnya untuk menghindari persaingan tidak sehat di antara mereka. Diutus berdua-dua juga demi keabsahan misi dan pewartaaan. Ini sesuai dengan ketentuan Taurat: keterangan dua saksi akan membuat kesaksian itu tidak
diragukan (Ul. 19:15).

Kedua, inti misi dan pewartaan para murid adalah menghadirkan “shalom”, damai-sejahtera yang berasal dari Tuhan sendiri. Damai sejahtera itu bukanlah kata-kata belaka, tetapi tindakan nyata. Mereka mewartakan dan menyembuhkan pelbagai penyakit (ay. 9). Itulah Kerajaan Allah yang sudah dihadirkan sang Guru, dan sekarang
diteruskan serta disebarluaskan oleh para murid-Nya, ke pelbagai lapisan dan konteks kehidupan yang nyata (rumah, ay. 5-7 dan kota, ay. 8-12).

Ketiga, misi dan pewartaan para murid bukanlah menabur benih, tetapi menuai panenan (ay. 2). Mereka adalah “pekerja-pekerja” yang diutus untuk ikut memanen tuaian Tuhan yang berlimpah ruah. Musim menuai selalu berarti load kerja meningkat, yang menuntut tambahan pekerja.

Dengan kata lain, pekerjaan di ladang Tuhan tidak pernah cukup, selalu ada kebutuhan akan para pekerja. Saya dan Anda dipanggil untuk menjadi para pekerja di ladang Tuhan: bukan penggagas di belakang meja, atau pengkhotbah di mimbar saja.

Keempat, urgensi dan beban pekerjaan di ladang Tuhan menuntut tanggapan yang sigap. Para utusan Tuhan harus begerak cepat, tanpa membuang waktu dengan basa-basi tegur sapa dan obrolan. Mereka
mewartakan dan menghadirkan shalom Tuhan, bukan salam biasa.

Karena itu, mereka juga tidak perlu terlalu repot apalagi cemas dengan anggaran dan sarana pewartaan. Pewarta Injil harus puas dengan sarana dan keramahan orang-orang yang terbuka menerima mereka, tanpa perlu mencari kenyamanan ekstra (ay. 7).

Kelima, perutusan Kristiani tidak akan luput dari bahaya dan ancaman (ayat 12). Saya dan Anda bagaikan domba-domba yang diutus ke tengah kawanan singa. Akan tetapi, bahaya dan ancaman itu tidak boleh menghentikan pewartaan.

Injil harus terus diberitakan dan dihadirkan di mana saja. Penolakan dan ancaman akan berdampak buruk bukan bagi
Injil, bukan bagi para pewarta, tetapi bagi mereka yang menolak. Mereka tidak menjadi warga Kerajaan Allah, sehingga juga tidak menerima dan mengenyam damai sejahtera sejati. Bagi mereka, kedatangan Tuhan kelak akan berarti saat pengadilan dan hukuman (Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta).

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved