Gempa Bandung

Gempa Bandung Makan Korban, Bocah Fauzan Meninggal Tertimpa Reruntuhan Tembok

Gempa di Bandung menyisakan duka atas meninggalnya Fauzan (2,5) tahun tertimpa tembok roboh saat sedang bermain.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Seorang ibu menggendong anaknya di antara tenda pengungsian Kampung Lapangsari, Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Jumat (20/9/2024). 

POS-KUPANG.COM, BANDUNG - Gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Rabu (18/92023), ternyata tidak hanya merusak bangunan. Gempa ini juga ternyata memakan korban jiwa.

Keluarga Darmo (43), warga Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengalami mengalami korban jiwa. Fauzan, keponakannya yang berumur 2,5 tahun, meninggal karena cedera kepala. Korban tertimpa tembok yang roboh di sekitar tempat dia bermain.

Anis (29), ibunda Fauzan, masih meratapi kesedihannya. Dia tidak menyangka anaknya pergi begitu cepat.

Darmo berujar, adik perempuannya itu masih dalam kondisi terguncang. Dia masih sulit ditemui atau diajak berbincang.

”Sekarang dia tinggal di rumah orangtua kami dan belum mau ke mana-mana. Dia juga belum mau kembali ke rumahnya karena sering teringat anaknya yang meninggal,” ujar Darmo saat ditemui di rumahnya. Tempat tinggal pria ini hanya terpaut beberapa rumah dari Anis.

Fauzan dinyatakan meninggal pada Kamis (19/9) malam setelah dirawat di rumah sejak Rabu pagi. Gempa pada Rabu pukul 09.41 WIB dengan kekuatan M 5,0 itu mengentak bumi. Bangunan di sekitar tempat dia bermain bersama teman-temannya juga runtuh.

Gempa ini membuat Darmo yang tengah berada di hutan langsung pulang ke rumah. Ternyata, saat ditemui, kepala Fauzan dan Anis sudah bersimbah darah tertimpa tembok bangunan di rumah tetangga. Saat itu, Anis tengah mengupas kentang dan Fauzan bermain di sana.

”Waktu gempa, saya sedang ada di hutan. Di sana juga guncangannya cukup besar, jadi saya langsung kembali ke rumah. Waktu itu Fauzan dan Anis sudah terluka dan dibawa ke rumah sakit karena bidan di sini tidak sanggup menanganinya,” kata Darmo.

Fauzan sempat dirawat di rumah sakit, tapi tidak tertolong. Fauzan meninggal pada Kamis (19/9) malam dan dimakamkan keesokan harinya pukul 10.00 WIB.

Darmo sangat kehilangan keponakannya yang ceria dan kerap diajak bermain itu. Meski sama-sama dirundung duka, Darmo dan keluarga besar tetap menghibur Anis dan suaminya agar tetap bertahan. Mereka juga memilih tidur di pengungsian karena masih takut bermalam di rumah.

”Kondisi seperti ini, sedih tidak boleh berlarut-larut. Apalagi Anis juga masih terluka dan diperban. Jadi, kami beberapa kali ajak bercanda agar dia tidak semakin sedih,” ujarnya.

Kejadian yang menimpa Anis dan Fauzan itu juga membuat Lilis Yuliani (53) terguncang. Peristiwa nahas ini terjadi di sebelah rumahnya dan mereka tengah mengupas kentang saat gempa berlangsung.

Lilis melihat Anis yang langsung melompat ke arah Fauzan lalu meringkuk sambil melindungi kepala mereka dari tembok yang roboh. Tembok itu jatuh ke pagar yang lebih tinggi terlebih dahulu sebelum menimpa ibu dan anak ini.

Selain tembok tersebut, bagian rumah Lilis lainnya juga mengalami rekahan yang cukup lebar. Dia memutuskan untuk tidur di tenda pengungsian dan hanya beraktivitas di rumah pada siang hari.

Wakil Kepala Polresta Bandung Ajun Komisaris Besar Maruly Pardede menyatakan turut berbelasungkawa terhadap Anis dan keluarganya. Dia juga turut mengamati kondisi tempat kejadian dan menemukan banyak retakan yang membahayakan jika terjadi gempa susulan.

”Putranya sudah dimakamkan dan ibunya sudah kami beri pertolongan medis dan sudah berobat jalan. Jika dilihat, gempa kemarin memang memberikan dampak dari struktur bangunan di sekitar lokasi ini,” ujarnya.

Kondisi infrastruktur

Untuk mengantisipasi bertambahnya korban, Maruly menyarankan masyarakat mengamati kondisi infrastruktur rumah masing-masing. Dia juga mengimbau pengungsi tetap berhati-hati, terutama saat beraktivitas di antara reruntuhan bangunan.

”Apabila kondisi rumah cukup parah, jangan dimasuki dulu karena khawatir ada yang runtuh. Secara umum memang gempa susulan yang besar kemungkinan tidak ada lagi. Tapi semua perlu waspada saat ada kondisi tertentu, seperti bangunan tidak stabil dan ringkih,” ujar Maruly.

Kepala Tim Geologi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Geologi Agus Budianto memaparkan, patahan yang terjadi dalam rangkaian gempa Bandung ini masih diidentifikasi. Temuan retakan dan kerusakan bangunan bisa memberikan petunjuk terhadap patahan atau hanya karena kualitas bangunan yang tidak tahan gempa.

”Kerusakan bangunan akibat gempa di Bandung ini terjadi karena ketidakmampuan bangunan menghadapi guncangan. Dari sini bisa dilihat dari kualitas bangunan atau kerusakan dari dalam tanah sehingga berdampak pada fondasi. Ini yang akan menjadi rekomendasi,” paparnya.
Hingga Jumat, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar menyebut, gempa yang bersumber di Kertasari ini berdampak pada 40.887 jiwa. Dari jumlah ini, 34.273 di antaranya di berada di Kabupaten Bandung, dan dua di antaranya meninggal.

Satu korban lainnya adalah pelajar sekolah dasar di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Pranata Humas BPBD Jabar Hadi Rahmat Hardjasasmita menyatakan, korban terjatuh saat menyelamatkan diri saat terjadi gempa.

”Korban bukan terdampak langsung. Saat kejadian, korban terjatuh dan mengalami kejang-kejang, lalu meninggal,” paparnya.

Gempa bumi magnitudo 5,0 yang mengguncang Bandung Raya Provinsi Jawa Barat Rabu 18 September 2024 mengakibatkan sejumlah bangunan rusak.
Gempa bumi magnitudo 5,0 yang mengguncang Bandung Raya Provinsi Jawa Barat Rabu 18 September 2024 mengakibatkan sejumlah bangunan rusak. (BPBD PROVINSI JAWA BARAT)

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal TNI Suharyanto juga melihat kesamaan antara gempa Bandung dan dua gempa merusak berbagai infrastruktur sebelumnya di Jabar, yakni di Cianjur dan Sumedang. Kedua gempa ini berujung pada patahan yang belum teridentifikasi dan membuat ribuan rumah rusak.

Bahkan, gempa yang terjadi di Cianjur 21 November 2022 menelan hingga 600 korban jiwa. Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan dan tertimbun longsor. Sementara itu, gempa di Sumedang merusak lebih dari 1.000 bangunan.

Warga di Jabar mesti tetap waspada terhadap bencana gempa yang tidak bisa diprediksi ini,” katanya.

Meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik, gempa yang terjadi mampu merusak konstruksi rumah yang tidak kokoh. Bangunan yang rapuh ini membahayakan nyawa, seperti keceriaan Fauzan yang sirna bersama runtuhnya bangunan. (kompas.id)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved