Berita Flores Timur

Nelayan Dusun Delang Harap Pemimpim Flores Timur Peka dengan Nasib Rakyat

selain terhambat kondisi alam, nasib nelayan kecil sepertinya selalu terabaikan dari sentuhan Pemerintah.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Nelayan di Dusun Delang, Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Flores Timur, sedang merapikan pukat. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Gulungan ombak perairan Laut Flores sore itu terbilang garang, Kamis, 19 September 2024. Seorang nelayan tampak gelisah lantaran belum bisa melaut akibat cuaca yang tak bersahabat.

Dia mengenakan kaos berkerak perpaduan warna abu-abu dan hitam, celana kain pendek, dengan peci usang menutupi kepalanya.

Pria itu bernama Sumbe Lamabelawa, warga Dusun Delang, Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, NTT. Sumbe sedang menarik perahunya ke tepian dengan seutas tali yang terikat di bibir pantai.

Gelombang disertai tiupan angin kencang membuat pria 45 tahun itu tak melaut sejak dua hari. Kondisi alam seperti itu sudah ia prediksi, termasuk ratusan warga Delang yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Baca juga: Sulastri Rasyid Dorong Perda Jamin Pelestarian Lontar di Flores Timur

"Pasrah saja, mau bagaimana kalau keadaan macam begini. Tunggu sampai keadaannya kembali seperti biasa baru turun (melaut) lagi," ujarnya.

Perahu dengan panjang sekira sembilan meter itu tampak terombang-ambing, begitu pun puluhan perahu lainnya.

Lamabelawa menerangkan, selain terhambat kondisi alam, nasib nelayan kecil sepertinya selalu terabaikan dari sentuhan Pemerintah.

Dia sadar bahwa suaranya juga berarti saat Pemilihan Legislatif (Pileg) ataupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Namun, pergantian kekuasaan hanyalah kontestasi musiman dan nasibnya selalu terabaikan.

"Kalau pilih, pasti semuanya punya pilihan masing-masing, tapi habis itu kan kita tetap melaut, jalani hidup seperti biasa," ujarnya.

Sumbe yang sudah beristri dan dikaruniai dua orang ini mengeluh soal pelayanan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar yang dijual di PPI Amagarapati. Menurutnya, nelayan sulit mendapatkan BBM karena rumitnya aturan Pemerintah Daerah setempat.

"Kami beli eceran lewat pengusaha BMM pengecer. Kalau beli langsung di PPI itu rumit, urusan administrasinya lama, kemudian kami juga harus buang biaya ke sana, jaraknya jauh," katanya.

Dengan kontestasi Pilkada bulan November 2024, Sumbe berharap para pemimpin yang terpilih dan dilantik menduduki kursi eksekutif selalu peka dengan hajat hidup rakyat kecil, seperti nelayan dan masyarakat miskin di pelosok daerah.

Menurutnya, bantuan bagi nelayan masih belum maksimal bahkan tak tersentuh sama sekali. Padahal, mereka juga layak mendapat perhatian berupa bantuan alat tangkap yang memadai.

"Semoga Bupati dan Wakil Bupati, serta Gubernur dan Wakil Gubernur nantinya juga perhatikan kami. Kami nelayan kecil, alat tangkap yang kami pakai juga hasil usaha sendiri. Pukat masih ala kadarnya, alat pancing juga begitu," katanya.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved