Breaking News

Berita NTT

Lembata akan Menjadi Pulau Pertama di Indonesia dengan 100 Persen Penggunaan Energi Hijau 

Tuan tanah asli Watuwawer, Simon Kera Wawin, misalnya, secara lugas menyatakan dukungan terhadap realisasi PLTP Atadei di tanah kelahirannya.

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
Peserta sosialisasi pengadaan lahan PLTP Atadei 10 MW di Kabupaten Lembata NTT 

Sosialisasi pengadaan lahan PLTP Atadei 10 MW 

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA --  Masyarakat Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT),  tampak aktif dan antusias untuk terlibat dalam tiap tahapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Atadei 10 MW demi terwujudnya energi hijau dan ramah lingkungan di kabupaten itu.  Nantinya Lembata  akan menjadi pulau pertama dengan 100 persen penggunaan energi hijau di Indonesia.

Antusiasme para tua adat, tokoh pemuda, tokoh agama, pemilik lahan, sampai masyarakat sekitar wilayah kerja panas bumi (WKP) itu terdokumentasi dalam setiap tahapan yang digelar PT PLN (Persero). Mulai dari tahap ekspose, studi banding, seminar budaya dan sosialisasi pembangunan PLTP Atadei dan  tahapan pembebasan lahan. Warga menyambutnya  dengan dialog dan dukungan terhadap upaya pemberdayaan kekayaan energi baru terbarukan (EBT) panas bumi atau geothermal di Kabupaten Lembata.

Banyak dari warga sekitar lokasi pembangunan sudah teredukasi mengenai pentingnya pengelolaan dan pemberdayaan panas bumi dan menunggu terwujudnya PLTP Atadei demi kelancaran dan kemajuan pergerakan perekonomian daerah. Beberapa dari mereka tak lagi terusik dengan sentimen maupun informasi-informasi keliru terkait rencana infrastruktur kelistrikan ini.

Tuan tanah asli Watuwawer, Simon Kera Wawin, misalnya, secara lugas menyatakan dukungan terhadap realisasi PLTP Atadei di tanah kelahirannya.

"Atas nama nenek KAR sebagai tuan tanah yang dikendalikan Suku Wawin dan Suku Puhun sepakat dan mengizinkan PLN melaksanakan pekerjaan besar dan mulia demi kesejahteraan masyarakat baik secara nasional, regional, kedaerahan, khususnya masyarakat Kecamatan Atadei," ucap Simon Kera Wawin.

Gencarnya dukungan masyarakat sekitar terhadap eksplorasi panas bumi ini sudah tampak sejak tahap ekspose yang digelar pada 12 Juni 2024. Dalam kegiatan ini, sejumlah masyarakat dan pejabat daerah hadir untuk mendengarkan penjelasan terkait rencana pembangunan PLTP Atadei, di antaranya Pejabat Bupati Lembata, Ketua DPRD Kabupaten Lembata, Kepala BPN Kabupaten Lembata, Perkimtan, Kadis PUPR, Kadis LHK, Camat Atadei, serta para pemangku kepentingan terkait lainnya.

Pada tahap ini, para stakeholder memeroleh penjelasan bahwa PLTP Atadei merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tercantum dalam RUPTL 2021-2030 dan telah mengantongi izin penetapan wilayah kerja panas bumi (WKP), izin prinsip pembangunan, izin kesesuaian rencana tata ruang wilayah konfirmasi kawasan hutan, serta izin lingkungan.

Di samping itu, PT PLN (Persero) juga telah melangsungkan konsultasi publik tahap pertama, analisa dan proses Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) meliputi screening, scoping, analisa laboratorium, dan penyusunan laporan hasil pekerjaan.

Pada tahapan lain, yakni seminar budaya Atakore, 9 Agustus 2024, yang digelar guna melahirkan keselarasan pemikiran dalam pembanguan PLTP Atadei, menjadi langkah strategis dalam melihat alam, budaya, serta potensi-potensinya sehingga dapat diberdayakan secara lebih luas dan beriringan dengan tradisi dan adat setempat.

Sementara itu, pada tahap sosialisasi dan ritus adat, PT PLN (Persero) menyebarkan edukasi kepada masyarakat mengenai geothermal melalui sosialisasi teknis dan ritus adat. Dalam kegiatan-kegiatan ini dilibatkan pula ahli geothermal untuk menjawab pertanyaan dan keresahan dari masyarakat sekitar kawasan PLTP Atadei.

Dalam agenda sosialisasi panas bumi yang dipandu Ali Ashat, di Lewoleba, 22 dan 24 Agustus 2024, pengajar dan advisory board di ITB Geothermal Master Program itu menjelaskan bahwa listrik geothermal 10 MW punya banyak dampak positif, di antaranya dapat menerangi hingga 11.000 rumah tangga dengan asumsi pelanggan rumah tangga 900 VA, menyerap tenaga kerja lokal, mendorong pembangunan infrastruktur, meningkatkan perekonomian, sebagai nilai tambah wisata, transfer ilmu dan teknologi, pembangunan/pengembangan masyarakat, hingga menyumbang pendapatan daerah.

"Masih banyak salah persepsi mengenai geothermal yang memang menjadi tugas bersama untuk meningkatkan _awareness_ (pemahaman) sehingga geothermal dapat berkembang lebih optimal karena mendapatkan dukungan dari masyarakat," kata Ali.

Hal senada disampaikan oleh putra daerah Atadei, Desa Nebuhaeraka, Gregorius Juan Ladjar. Ahli dan praktisi geothermal itu menuturkan bahwa energi panas bumi memiliki beberapa keunggulan dibanding energi fosil, di antaranya energi tersedia terus menerus, ketersediaan energi tidak tergantung musim, lahan untuk hulu dan hilir relatif kecil, serta energi bersih tidak ada limbah proses.

"Dengan beroperasinya PLTP Atadei sebagai penopang energi listrik utama di Pulau Lembata dan menjadikan pulau ini 100 persen energi hijau," kata Gregorius Ladjar.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved