Kunjungan Paus Fransiskus
Kardinal Parolin: Paus Fransiskus Akan Membawa Kedekatan dan Perdamaian ke Asia dan Oseania
Saat Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura bersiap menyambut Penerus Petrus, Kardinal Sekretaris Negara Pietro Parolin berkomentar ini.
Tanya: Di Papua Nugini, Paus akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki tradisi kuno dan keyakinan yang kuat. Negara yang kaya akan sumber daya namun sangat miskin, dengan alam yang masih alami, menghadapi tantangan perubahan iklim, eksploitasi, dan korupsi. Port Moresby dianggap sebagai salah satu kota paling berbahaya di dunia. Akankah kunjungan Paus membawa arah baru?
Kardinal Parolin: Ya, Papua Nugini juga menunjukkan tanda-tanda kontradiksi: kekayaan sumber daya yang luar biasa sering kali kontras dengan kemiskinan yang besar, yang disebabkan oleh ketidakadilan, korupsi, dan kesenjangan politik dan ekonomi. Demikian pula, keindahan alam yang masih alami menghadapi konsekuensi dramatis dari perubahan iklim dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak pandang bulu.
Paus Fransiskus bermaksud untuk mendukung semua upaya yang mungkin dilakukan—melalui institusi politik, agama, dan dengan menyerukan tanggung jawab semua orang—untuk membawa perubahan menuju komitmen yang penting dan terus-menerus terhadap keadilan, perhatian terhadap kelompok termiskin, dan kepedulian terhadap rumah kita bersama.
Tanya: Timor Leste akan menjadi perhentian ketiga dalam perjalanan kepausan. Negara ini mengalami penderitaan bertahun-tahun hingga merdeka 25 tahun lalu. Negara ini akan bergabung dengan ASEAN tahun depan, namun kesenjangan yang signifikan antara pinggiran dan pusat masih tetap ada. Pesan apa yang akan dibawa Paus Fransiskus ke tempat di mana iman dan sejarah saling terkait erat?
Kardinal Parolin: Setelah secara pribadi mengikuti Timor Leste selama saya menjabat sebagai Pejabat di Sekretariat Negara, saya adalah saksi langsung penderitaan yang menandai sejarahnya. Rasanya situasi yang benar-benar tertutup, terhalang.
Oleh karena itu, saya selalu menganggap apa yang terjadi 25 tahun lalu ketika negara mencapai kemerdekaan sebagai suatu “keajaiban”. Iman Kristen, yang menjadikan Timor Leste negara paling beragama Katolik di Asia, memainkan peran penting dalam mendukung upaya mencapai tujuan tersebut.
Saya sekarang berpikir bahwa keyakinan yang sama, melalui pembinaan spiritual yang lebih dalam, harus menginspirasi masyarakat Timor Leste dalam mengubah masyarakat mereka, mengatasi perpecahan, memerangi kesenjangan dan kemiskinan secara efektif, dan melawan fenomena negatif seperti kekerasan remaja dan pelanggaran martabat perempuan. Kehadiran Bapa Suci tentu akan memberikan dorongan yang menentukan ke arah tersebut.
Tanya: Perhentian terakhir dari perjalanan ini adalah negara-kota Singapura, di mana berbagai agama hidup berdampingan secara harmonis. Bagaimana Paus dapat lebih mendorong dialog antaragama dan memperkuat hubungan antara berbagai komunitas di negara ini?
Kardinal Parolin: Singapura, perhentian terakhir dalam perjalanan panjang ini, merupakan contoh hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat multikultural dan multiagama saat ini.
Ini adalah negara kota yang menampung orang-orang dari seluruh dunia, sebuah mosaik budaya dan tradisi agama dan spiritual yang berbeda.
Paus Fransiskus secara khusus akan bertemu dengan kaum muda yang terlibat dalam dialog antaragama, mempercayakan mereka masa depan jalur ini, sehingga mereka dapat menjadi tokoh utama dalam dunia yang lebih penuh persaudaraan dan damai.
Tanya: Apakah kunjungan ke Asia ini dapat membuka jembatan lain dan semakin memperkuat hubungan antara Tahta Suci dan negara-negara Asia?
Kardinal Parolin: Menanggapi pertanyaan ini, saya mulai dengan Singapura, yang sebagian besar penduduknya adalah etnis Tionghoa, menjadikannya tempat istimewa untuk terlibat dalam dialog dengan budaya Tionghoa dan masyarakat pada umumnya.
Indonesia, sebagaimana telah disebutkan, adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar: kunjungan ke Jakarta dapat memberikan kesempatan yang baik untuk lebih terlibat dalam Islam, khususnya, namun tidak hanya, pada komponen Asia.
Dua—yang akan segera menjadi tiga—negara yang terlibat dalam kunjungan kepausan ini adalah anggota ASEAN, sebuah komunitas yang juga mencakup negara-negara penting lainnya di kawasan seperti Vietnam dan Myanmar.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Kardinal-Pietro-Parolin_0443.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.