Berita NTT

Limbah Operasional BI NTT Dijadikan Bahan Co Firing PLN NTT

Pemanfaatan limbah dari BI NTT itu merupakan bentuk sinergi dengan PLTU Bolok, yang berada di bawah PLN Unit Wilayah NTT.

POS-KUPANG.COM/EKLESIA MEI
Limbah BI NTT berupa uang yang tidak terpakai dijadikan sebagai bahan co firing PLN Unit Wilayah NTT 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Limbah operasional Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPW BI) Provinsi NTT dijadikan sebagai bahan co firing PLN Unit Wilayah NTT.

Pemanfaatan limbah dari BI NTT itu merupakan bentuk sinergi dengan PLTU Bolok, yang berada di bawah PLN Unit Wilayah NTT.

Yang mana, pilot project itu ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama di PLTU Bolok, Kamis 29 Agustus 2024 dengan jangka waktu 1 (satu) tahun.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian laboratorium oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), limbah operasional tersebut memiliki karakteristik nilai kalori yang relatif tinggi untuk bahan co-firing dengan batubara, tidak termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), serta memenuhi kriteria sebagai standar kelas 1 bahan bakar jumputan padat.

"Jadi, sinergi pemanfaatan ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan co firing PLTU Bolok serta sejalan dengan target pemerintah untuk mendukung keberlangsungan lingkungan hidup mensukseskan Net Zero Emission tahun 2060," ungkap Agus.

Agus menyebut, undang Undang No 7 tahun 2011 tentang mata uang, memberikan amanat kepada Bank Indonesia dalam melakukan pengelolaan uang rupiah, diantaranya pemusnahan.

"Uang rupiah yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia merupakan uang dalam kondisi tidak layak edar, antara lain karena lusuh, rusak, hingga telah dicabut dan ditarik dari peredaran tahapan pengelolaan Rupiah di atas menghasilkan limbah operasional yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan co firing batubara," ungkap Agus.

Untuk ke depannya, kata Agus, KPW BI Provinsi NTT senantiasa bersinergi dengan stakeholders utama di NTT untuk mendukung kesinambungan perekonomian daerah.

"Dari sisi pengedaran uang, kami akan selalu menjaga ketersediaan uang layak edar di seluruh wilayah NTT," ujarnya.

Sementara itu, General Manager PT PLN Induk Wilayah NTT, Ajrun Karim mengatakan, sumbangsih uang cacah limbah Bank Indonesia sangat mendukung program co firing untuk pengurangan gas emisi rumah kaca.

“Setiap hari kita membutuhkan kurang lebih 30 ton co firing tanaman maupun dari Bank Indonesia ini untuk mendukung pembakaran,” ucap Ajrun Karim.

PLN, kata Ajrun, mempunyai program cofiring biomassa yang perlu gencar dilakukan sesuai dengan target pemerintah penurunan gas emisi rumah kaca di angka 31 persen pada tahun 2030.

“Kita sehari membakar kurang lebih 600 ton batu bara untuk dua unit. Kita bisa menggunakan co firing sampai 2030, sampai 20 persen. Hari ini kita baru 2 persen, jadi setiap hari kita membakar membutuhkan 30 ton co giring biomassa dari tanaman dan sumbangsih dari Bank Indonesia,” ungkapnya.

Baca juga: Penutupan PORSEBANK NTT 2024, Kepala BI NTT Dorong Digitalisasi Perbankan di NTT

Ajrun menyebut, masih ada 18 persen, atau ribuan ton kesempatan bagi masyarakat untuk memberikan co firing atau pepohonan yang bisa dimanfaatkan oleh PLTU.

“Dari co firing ini kita bisa mendapatkan tiga manfaat. Yang pertama kita bisa melakukan konservasi lahan yang bisa ditanamin co firing dilahan tandus. Kedua daunnya bisa diberikan untuk ternak dan pohonnya dimanfaatkan untuk co firing di PLTU,” jelasnya. (cr20)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved