Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 28 Agustus 2024, “Kuburan Dilabur Putih”

Hal ini mau menggambarkan tentang kecenderungan kita yang selalu munafik dan ketidaktulus dalam  melaksanakan tugas-tugas kita.  

Editor: Rosalina Woso
DOK. POS-KUPANG.COM
Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Rabu 28 Agustus 2024, “Kuburan Dilabur Putih” 

Oleh: Bruder Pio Hayon,SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 28 Agustus 2024, “Kuburan Dilabur Putih”

Hari Rabu Biasa Pekan XXI

PW Sto.Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja

Bacaan I:2Tes. 3:6-10.16-18

Injil: Matius 23:27-32                                                                     

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua.Kuburan itu tempat semua orang yang telah meninggal dikuburkan di tanah atau tempat khusus yang disiapkan bagi yang sudah meninggal untuk ditempatkan. Dan banyak kuburan masih saja dibuat sedemikian bagusnya untuk memperindah dengan segala hal karena diyakini bahwa kubur itu adalah tempat tinggal atau rumah bagi semua yang sudah meninggal. Namun kubur itu tetaplah kubur apapun bentuknya. 

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini, gereja secara khusus memperingati Santo Agustinus, Uskup dan pujangga gereja. Agustinus lahir di Tagaste, Afrika Utara pada tanggal 13 November 354. Ibunya, Monika, seorang yang beriman Kristen dari sebuah keluarga yang taat agama; sedangkan ayahnya Patrisius, seorang tuan tanah dan sesepuh kota yang masih kafir. Berkat semangat doa Monika yang tak kunjung padam, Patrisius bertobat dan dipermandikan menjelang saat kematiannya.

Semenjak kecil Agustinus sudah menampilkan kecerdasan yang tinggi. Karena itu ayahnya mencita-citakan agar ia menjadi seorang yang terkenal. Ia masuk sekolah dasar di Tagaste. Karena kecerdasannya, ia kemudian dikirim untuk belajar bahasa latin dan macam-macam tulisan latin di Madauros.

Pada usia 17 tahun, ia di kirim ke Kartago untuk belajar ilmu retorika. Di Kartago, ia belajar dengan tekun hingga menjadi seorang murid yang terkenal. Namun hidupnya tidak lagi tertib oleh aturan moral. Ia menganut aliran Manikeisme, suatu sekte keagamaan dari Persia yang mengajarkan bahwa semua barang material adalah buruk. Minatnya pada ajaran ini berakhir ketika ia menyaksikan kebodohan Faustus, seorang pengajar Manikeisme.

Selanjutnya selama beberapa tahun, ia meragukan semua kebenaran agama-agama.Pada tahun 388, ia kembali ke Afrika bersama ibunya Monika. Di kota pelabuhan Ostia, ibunya meninggal dunia. Tahun-tahun pertama hidupnya di Afrika, ia bertapa dan banyak berdoa bersama beberapa orang rekannya.

Kemudian ia ditabhiskan menjadi imam pada tahun 391, dan bertugas di Hippo sebagai pembantu uskup di kota itu. Sepeninggal uskup itu pada tahun 395, ia dipilih menjadi Uskup Hippo. Selama 35 tahun ia menjadi pusat kehidupan keagamaan di Afrika. Rahmat Tuhan yang besar atas dirinya dimuliakannya di dalam berbagai bentuk kidung dan tulisan. 

Tulisan-tulisannya meliputi 113 buah buku, 218 buah surat dan 500 buah kotbah.Sebagai seorang uskup, Agustinus sangat menaruh perhatian besar pada umatnya terutama yang miskin dan melarat. Dialah yang mendirikan asrama dan rumah sakit pertama di Afrika Utara demi kepentingan umatnya. Agustinus meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 430 tatkala bangsa Vandal mengepung Hippo. Jenazah Agustinus berhasil diamankan oleh umatnya dan kini dimakamkan di Basilika Santo Petrus.

Kisah hidup Santo Agustinus yang telah kita dengarkan ini, memberi ispirasi bagi sertiap orang tentang ketulusan hati memberi diri kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan yang mengusai hidupnya walaupun itu harus menunggu sampai bertahun-tahun  lamanya karena telah didoakan oleh ibunya.

Dan setelah dia bertobat, Agustinus semakin memiliki kesempatan yang luas dalam mewartakan firman Tuhan baik sebagai imam maupun sebagai  uskup pada saat itu. Dan yang dilakukan oleh Santo Agustinus ini juga hal yang sama disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di  Tesalonika tentang kasih karunia Tuhan yang  telah dianugerahkan kepada umat Allah.

Dalam kasih persaudaraan inilah Paulus memperingati jemaat Tesalonika untuk selalu bekerja memberi kehidupan bagi  mereka sendiri : “Barangsiapa tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Dan bagi semua orang yang bertakwa kepada Tuhan adalah orang berbahagia: “Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan”.

Namun, bagi Yesus ada begitu banyak yang tidak melasakana kehendak Bapa maka Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang masih saja bersikap pura-pura dan munafik seperti kubur yang dilaburi cat putih namun di dalamnya adalah kumpulan tulang belulang orang-orang mati. Hal ini mau menggambarkan tentang kecenderungan kita yang selalu munafik dan ketidaktulus dalam  melaksanakan tugas-tugas kita.  

Pola yang disampaikan oleh Yesus ini adalah orang yang sering juga kita lakukan. Maka marilah kita belajar untuk semakin setia kepada Tuhan. 

Saudari/a terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama:kita adalah juga murid-murid Tuhan Yesus dengan cara yang berbeda dalam  melaksanakan firman Tuhan. Kedua, namun masih sering terjadi di antara kita yang menjalani hidup mereka secara munafik dan tidak jujur. Ketiga, maka kita belajar untuk selalu menjaga hati dan budi kita untuk tetap murni di hadapan Tuhan. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved