Tokoh NTT

Profil Tokoh NTT,  Reza Rahadian Punya Darah NTT dari Sang Nenek

Aktor Reza Rahadian kini menjadi sorotan bukan saja  saat orazi saat demo tolak pembahasan UU Pilkda di DPR, tapi juga sang nenek yang disbut sengaja

Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
Kompas.com
Reza Rahardian 

POS KUPANG.COM -- Aktor Reza Rahadian kini menjadi sorotan bukan saja  saat orasi saat demo tolak pembahasan RUU Pilkda di DPR, tapi juga sang nenek yang disbut sengaja dihapus dari sejara perjuangan Indonesia.

Ini menujunjukan pemeran Habibi dalam Film  Habibie & Ainun punya darah kerurunan  NTT khususnyua Rote dan Timor

Sang nenek adalah Francisca Casparina Fanggidaej yang lahir pada 16 Agustus 1925, di Noel Mina, Kabupaten Kupang, Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur 

Sann nenek merupakan perempuan yang akrab dipanggil Sisca itu lahir dari ibu rumah tangga Magda Mael dan ayah Gottlieb Fanggidaej yang bekerja sebagai kepala pengawas Burgerlijke Openbare Warken (Dinas Pekerjaan Umum).

Pekerjaan ayahnya membuat keluarga mereka memiliki status hukum sama dengan orang Belanda. Sisca dan keluarganya pun jadi kerap dipanggil "Belanda Hitam", diberitakan Kompas.com, Jumat (23/8/2024).

Sisca bersekolah di Europeesche Lagere School (sekolah dasar Eropa) dan MULO (sekolah menengah pertama). Meski lancar bahasa Indonesia dan Inggris, dia hanya diizinkan berbicara bahasa Belanda di rumah.

Semasa kecil, Sisca sekolah bersama anak-anak keturunan Belanda. Meski begitu, dia tetap mengalami ketimpangan.

Hal inilah yang buat Sisca memahami kondisi Tanah Air yang dijajah dan ingin berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Sisca kemudian bekerja sebagai pengajar bahasa Inggris dan penerjemah. Dia juga wartawan untuk Radio Gelora Pemuda Indonesia.

Perempuan ini juga tercatat sebagai anggota dewan Komite Belanda Indonesia dan salah satu pendiri Stichting Azie Studies (Yayasan Studi Asia) di Belanda.

Dikutip dari laman International Institute of Social History, Sisca menikah dengan Sukarno, anggota dewan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) pada 1948.

Mereka dikaruniai seorang anak yaitu Nilakandi Sri Luntowati. Namun, suaminya ditembak mati bersama rombongan Amir Sjarifuddin pada 19 Desember 1948.

Sisca kemudian menikah dengan seorang wartawan bernama Supriyo. Mereka memiliki enam orang anak yakni Dien Rieny Saraswati, Godam Ratamtama, Nusa Eka Indriya, Savitri Sasanti Rini, Pratiwi Widiantini (ibu Reza Rahadian), dan Mayanti Trikarini.

Dikutup dari Wikipedia, sang aktor yang bernama lengkap Reza Rahadian Matulessy lahir 5 Maret 1987 adalah aktor, model, penyanyi, dan sutradara Indonesia keturunan Persia dan Ambon. 

Baca juga: Profil Tokoh NTT, Linus Linus  Dari Guru SD  Hingga PJ Walikota Kupang

Ia merupakan Ketua Festival Film Indonesia periode tahun 2021 sampai dengan 2023.

Kehidupan awal
Ia merupakan anak sulung dari dua bersaudara, dari laki-laki Persia bernama Abdul Rahim, dan perempuan keturunan Ambon, Pratiwi Widantini Matulessy. 

Ia memiliki satu orang adik laki-laki tiri bernama David Jonathan Timothee Matulessy, dari pernikahan kedua Pratiwi. Nama Rahadian merupakan gabungan dari nama orang tuanya, yang berarti "anak buah hati dari Rahim dan Pratiwi", sedangkan Matulessy adalah nama keluarga dari sang ibu.

Kedua orang tuanya telah berpisah sejak ia masih berusia enam bulan. Kendati tumbuh sejak kecil bersama ibunya yang menjadi orang tua tunggal, ia tak pernah merasa kehilangan figur seorang ayah. 

Baca juga: Paket SIAGA Segera Deklarasi, Sejumlah Tokoh NTT hingga Relawan Dipastikan Hadir

Sejak kecil, ia tumbuh di tengah keluarga yang menganut agama berbeda dengannya. Sang ibu yang menganut agama Kristen selalu mengajarkan kepadanya, agar tetap bersikap toleransi antar umat beragama, sekalipun ia telah berpindah ke agama Islam.

Karier
Reza mengawali kariernya sebagai figuran dalam serial Bidadari dari tahun 2003 hingga 2004.[3] Pada tahun 2004, Reza berhasil meraih juara dengan kategori Favorite Top Guest dalam suatu ajang yang diadakan oleh majalah Aneka Yess!.

Pada tahun 2009, ia bermain di film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dengan judul Perempuan Berkalung Sorban. 

Meskipun awalnya ia mengikuti audisi untuk karakter minor, sang sutradar memilihnya untuk memerankan peran utama yang lebih besar, yakni sebagai Samsuddin, yang berwatak kasar dan suami yang berpoligami. 

Melalui film tersebut, ia berhasil meraih Piala Citra untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Selanjutnya, ia berakting dalam film 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta dan Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yang berhasil membuatnya meraih penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia 2010.

Ketika bermain dalam film Brokenhearts pada tahun 2012, ia mendapatkan peran sebagai seseorang yang menderita anoreksia nervosa, dan harus kehilangan berat badan sebanyak sepuluh kilogram demi mempersiapkan peran itu.

Kemudian, ia berakting dalam film Perahu Kertas dan juga sekuelnya, Perahu Kertas 2, yang diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari dengan judul sama. Ia berperan sebagai seorang pengusaha bernama Remi.

Pada akhir tahun 2012, ia mendapatkan peran sebagai mantan Presiden Indonesia, yakni B. J. Habibie dalam sebuah film biografi yang disutradarai oleh Faozan Rizal dengan judul Habibie & Ainun, yang menceritakan kisah hidup dan romansa antara sang mantan presiden dan istrinya, Hasri Ainun Besari yang diperankan oleh Bunga Citra Lestari. 

Dalam sebuah artikel, Niken dari The Jakarta Post kembali menyatakan bahwa ia telah memberikan representasi "sempurna" dari mantan presiden tersebut, baik dalam hal sosok maupun tingkah lakunya.

 Film ini membuahkan penghargaan dalam kategori Pemeran Utama Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia 2013 yang dianugerahkan kepada Reza.

Pada tahun 2016, ia bermain dalam film My Stupid Boss yang meraih sukses secara artistik dan juga komersial. Film tersebut memberinya gelar sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik untuk ketiga kalinya bagi Reza pada ajang Festival Film Indonesia 2016. 

Pada bulan Agustus di tahun yang sama, ia mementaskan sebuah karya teater dengan judul Bunga Penutup Abad, yang merupakan adaptasi dari naskah novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa yang merupakan karya dari sastrawan Pramoedya Ananta Toer. (Tribuntrend/*)

Baca berita lain di Pos Kupang.com KLIK >>> GOOGLE.NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved