Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 27 Agustus 2024, “yang lain Jangan Diabaikan”
Monika terus berdoa bagi Agustinus selama 17 tahun hingga akhirnya Agustinus mau mengubah hidupnya
Oleh: Bruder Pio Hayon, SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Selasa 27 Agustus 2024, “yang lain Jangan Diabaikan”
Hari Selasa Biasa Pekan XXI
PW Santa Monika
Bacaan I:2Tes. 2:1-3a.13b-17
Injil: Matius 23:23-26
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua.Mengabaikan sesuatu atau seseorang adalah satu tindakan untuk tidak mempedulikan sesuatu atau seseorang karena alasan tertentu tapi juga dengan alasan yang dibuat secara sengaja.
Tindakan ini biasanya dilakukan oleh yang tak mampu menghadapi masalah lalu jalan keluarnya hanyalah dengan mengabaikan agar dia menjadi nyaman dengan diri dan situasinya dan tidak diganggu oleh orang lain atau lebih buruk lagi tindakan itu adalah mengabaikan mencari gampang terhadap sesuatu atau orang lain.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Hari ini, gereja merayakan peringatan Santa Monika. Santa Monika (332-387) adalah seorang perempuan yang amat saleh dan ibu dari Agustinus. Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara, dan menikah dengan Patrisius. Patrisius dan ibunya, yakni mertua Monika, adalah orang yang kasar dan pemarah.
Monika dengan sabar mendoakan suami dan mertuanya supaya mengubah perilakunya dan menjadi orang-orang Kristen yang taat. Hal itu terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum doa Monika terkabul. Ketika suaminya telah mengubah hidupnya, kini giliran salah satu anaknya, Agustinus, yang perlu melakukan perubahan.
Agustinus sebenarnya telah menjadi Kristen, tetapi menjalani hidup yang tidak sesuai dengan iman Kristen, termasuk juga memiliki anak tanpa menikah. Setelah itu, Agustinus meninggalkan daerah asalnya dan berkelana ke Italia. Monika terus berdoa bagi Agustinus selama 17 tahun hingga akhirnya Agustinus mau mengubah hidupnya. Agustinus kemudian menjadi seorang teolog dan santo yang paling dikenal dalam sejarah gereja.
Monika akhirnya meninggal dunia di Ostia, Roma. Teladan hidup santa Monika menyatakan kepada kita bahwa doa yang tak kunjung putus, tak dapat tiada akan didengarkan Tuhan.Kisah hidup Santa Monika memberi inspirasa kepada kita tentang kekuatan doa dan sikap hidupnya yang baik dan saleh membuat dia mendapat kasih karunia di hadapan Allah sehingga apa yang dicita-citakan untuk pertobatan suami dan anaknya semuanya tercapai.
Pola hidup yang baik dan benar serta saleh itu selalu muncul dari ketulusan hati orang dan bukan hasil dari kemunafikan, pura-pura kudus dengan doa yang panjang dan sikap yang tahu semua aturan tapi sebenarnya hanya untuk mengelabui mata saja. Dan itulah yang dikecam oleh Yesus dalam cara hidup ahli Taurat dan orang Farisi. Kisah Yesus yang mengecam ahli Taurat dan orang Farisi ini adalah lanjutan dari bacaan kemarin dan hari ini ditambah lagi dengan dua kecaman “celakalah”.
Dari bacaan Injil hari ini, kita fokus kepada pada kecaman pertama dalam bacaan hari ini yang berfokus pada kelalaian orang Farisi dan ahli Taurat yang cuma urus hal-hal yang tidak penting dan melupakan hal-hal inti dan penting dalam hukum Taurat yaitu tentang: keadilan, belas kasih dan kesetiaan.
Hal-hal yang dibuat oleh orang Farisi dan ahli Taurat ini juga telah membentuk satu pola tingkah laku hidup yang juga masih kita terjadi dan yang kita lakukan di tempat kerja kita masing-masing dan komunitas hidup kita baik dalam keluarga juga dalam kelompok masyarakat kita. Hal yang paling menonjol adalah kita suka sekali munafik hanya untuk hal-hal yang tidak penting. Kita gampang sekali jatuh pada hal-hal yang remeh temeh saja tapi terlihat megah agar terkesan luar biasa untuk dipuji. Lalu setelah itu kita abaikan hal-hal lain bahkan itu adalah hal-hal yang inti atau yang utama.
Kita suka dan bahkan dianggap itu baik ketika kita mengabaikan hal-hal inti itu hanya untuk kita dikenal atau dipuji dan kita merasa bangga telah melakukannya padahal itu hanya satu tipuan mata saja karena hal yang sebenarnya sebagai inti itu tak pernah disetuh. Itu semua karena egoisme diri kita yang sangat kuat mempengaruhi kita. Maka marilah kita belajar untuk menjadi rendah hati dan setia untuk hal-hal inti yang tampak dalam hal-hal sederhana yang kita lakukan dengan komitmen dan ketulusan. Maka atas cara itu, kita layak mendapat kasih karunia di hadapan Allah.
Saudari/a terkasih dalam Kristus
Pesan untuk kita, pertama:kita semua adalah murid-murid Tuhan yang telah dipilih untuk tugas yang dipercayakan kepada kita. Kedua, namun kadang atau sering kita masih terjebak dalam egoisme diri yang kuat sehingga kita tak lagi fokus pada tugas kita malah masih saja hidup dalam kemunafikan. Ketiga, maka kita butuh pertobatan agar kita layak mendapat kasih karunia di hadapan Allah. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.