Pilkada Jakarta
Kisah Anies di Markas PDIP, Dua Jam Menunggu Tanpa Hasil
Setelah tiba di Gedung B kantor DPP PDIP, Anies Baswedan kemudian diarahkan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai 3 gedung tersebut.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Senin (26/8) pagi lalu sepertinya akan menjadi awal pekan yang cerah bagi Anies Baswedan. Di rumahnya kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Anies sudah bersiap-siap menjalankan aktivitasnya.
Ia keluar dari kamarnya dengan mengenakan kemeja tenun berwarna merah. Hari itu Anies akan berangkat ke markas PDI Perjuangan (PDIP) di kawasan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Sebelum berangkat, Anies sungkem dan mencium tangan ibundanya, Aliyah Rasyid Baswedan, dan istrinya, Fery Farhati di ruang keluarga. "Anies berangkat dulu ya, mohon doa restunya semoga dilancarkan hari ini," ucap Anies ke ibunya.
Ibunda Anies, Aliyah langsung menengadahkan tangan dan berdoa agar anaknya diberi kelancaran dalam menjalankan semua amanah. "Insya Allah Anies dimudahkan dalam mengemban amanah apapun, semoga selalu diiringi dan diberikan pertolongan Allah SWT," ujar Aliyah.
Anies tiba di markas PDIP menjelang siang. Dengan menumpang mobil berwarna hitam, ia dan rombongannya tiba di kantor DPP PDIP Gedung B yang berada di Jalan Pegangsaan Barat, Menteng, Jakarta Pusat, sekira pukul 11.45 WIB.
Informasi kedatangan Anies didapat dari sumber Tribunnews yang berada di lokasi. Sumber itu mengatakan Anies tiba di Gedung B kantor DPP PDIP bersama sejumlah orang. Dia lantas dipersilakan masuk oleh petugas yang berjaga di kantor tersebut.“Iya barusan Pak Anies masuk ke dalam. Langsung ke arah gedung,” kata sumber tersebut.
Setelah tiba di Gedung B kantor DPP PDIP, Anies kemudian diarahkan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai 3 gedung tersebut. Tak berselang lama, Rano Karno datang menyambangi Anies.
Baca juga: Nasib Anies Baswedan di Ujung Tanduk, Kini PDIP Dorong Pramono Anung, Benarkah?
Rano yang yang mengenakan seragam partai khas berwarna merah duduk menemani Anies di ruangan berlantai motif batik tersebut. Secangkir kopi hangat pun menjadi teman pertemuan keduanya.
Kedatangan Anies itu bertepatan dengan hajatan yang tengah digelar di markas Banteng itu. Siang itu PDIP akan mengumumkan nama-nama kepala daerah yang diusung di Pilkada Serentak 2024.
Sejumlah kepala daerah yang namanya akan diumumkan tampak juga sudah hadir di markas PDIP itu. Termasuk Andika Perkasa hingga Airin Rachmi Diany.
Kehadiran Anies yang berbarengan dengan hajatan di markas Banteng itu sontak makin menguatkan spekulasi namanya akan ikut diumumkan sebagai calon kepala daerah yang akan diusung PDIP.
Kebetulan PDIP juga belum mengumumkan nama cagub-cawagub mereka untuk Jakarta. Sementara Anies adalah mantan gubernur DKI Jakarta.
Pada saat yang sama beredar pula poster Anies Baswedan bersama Rano Karno, kader PDIP yang dulu dikenal sebagai aktor pemeran Si Doel di televisi. Rano juga pernah menjabat sebagai Gubernur Banten.
Saat Anies dan Rano tengah berbincang di lantai 3 Gedung B, pada waktu bersamaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri didampingi putranya yang juga Ketua DPP PDIP Prananda Prabowo tiba di gedung utama Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Menteng, sekira pukul 11.35 WIB. Megawati dan Prananda disambut oleh Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto beserta jajaran DPP Partai lainnya.
Putri Bung Karno itu kemudian diarahkan menuju lantai 3 gedung DPP untuk bersantap siang sebelum acara pengumuman calon kepala daerah yang sekiranya dimulai pukul 13.00 WIB.
Baca juga: Anies Baswedan – Rano Karno Sama-sama Merah di Markas PDIP
Di lantai 3 kantor DPP PDIP itu tampak sejumlah jajaran DPP serta calon kepala daerah seperti Andika Perkasa. Megawati kemudian membuka pembicaraan bersama jajaran partainya serta orang-orang yang ada di lokasi itu.
Kembali ke Anies. Di tengah perbincangan serta diskusi bersama Rano Karno, Anies dihampiri seorang elite PDIP, memintanya untuk segera bersiap-bersiap menemui Megawati yang berada di lantai 3 Gedung Utama DPP PDIP.
Elite PDIP itu menyampaikan bahwa alangkah baiknya jika Anies-Rano Karno menemui Megawati sebelum bersantap makan siang. Sebagai gambaran, Gedung B ini persis berada di belakang Gedung Utama kantor DPP PDIP. Di mana, pada lantai 3 tersambung gedung B dengan gedung utama DPP.
Anies pun bersiap sembari menenteng buku catatan bersampul coklat milikinya. Namun sebelum ia sempat melangkahkan kakinya, Anies kembali diminta menunggu sebentar oleh elite PDIP itu.
Ia ingin memastikan terlebih dulu kepada elite PDIP lainnya soal pertemuan Anies-Rano Karno dengan Megawati. Nyatanya setelah berkomunikasi antar elite PDIP, diputuskan bahwa pertemuan Anies-Rano Karno dengan Megawati mesti ditunda.
Sumber Tribunnews bercerita bahwa ada hal lain yang mesti dibahas pada tahap selanjutnya. Sumber itu tak menceritakan detail hal apa yang perlu dibahas selanjutnya, sehingga pertemuan Anies-Rano Karno dengan Megawati harus ditunda.
Mendengar kabar itu, Anies pun kembali melanjutkan diskusinya dengan Rano Karno. Banyak hal yang dibahas oleh keduanya terkait permasalahan yang ada di Jakarta. Apalagi, keduanya merupakan mantan gubernur yang pernah memimpin daerah masing-masing.
Baca juga: Ahokers Sangat Kecewa Jika Bu Mega Pilih Anies Baswedan untuk Pilkada Jakarta
“PDI perjuangan itu selalu membangun komunikasi dan dialog. Memang Pak Anies tadi kita lihat sempat datang, di gedung B ketemu sama si Doel, Bang Rano, betul enggak? Kalian harus ingat bahwa Pak Rano, Bung Rano ini adalah gubernur Banten, wakil gubernur Banten. Pak Anies itu gubernur DKI. Masa gubernur DKI sama gubernur Banten berdiskusi tidak boleh? Boleh kan, jadi dalam rangka untuk silaturahmi untuk membicarakan sebetulnya DKI ke depan itu seperti apa, tukar menukar pengalaman,” kata Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat saat ditemui terpisah.
Sumber lain menceritakan bahwa Anies berada di kantor DPP PDIP Gedung B selama kurang lebih 2-3 jam. Selama 2-3 jam itu dia hanya ditemani oleh Rano Karno.
Anies juga sempat mendengarkan pengumuman enam pasangan calon gubernur-wakil gubernur dari PDIP yang dibacakan hari ini. Dari enam calon gubernur yang diumumkan hari itu, tak ada nama Anies.
Mantan Menteri Pendidikan itu juga sempat menyaksikan pidato Megawati dalam acara itu melalui sambungan daring. Pada akhirnya Anies kemudian memilih beranjak pergi dari kantor DPP PDIP.
Dan sejak kedatangan hingga kepulangannya, ia tak sempat bertemu dan berbicara dengan Ketum PDIP itu. Masih menjadi misteri apa sebenarnya yang terjadi dalam waktu 2 jam Anies menunggu tanpa hasil itu. Apakah pada akhirnya ia batal diusung menjadi calon gubernur Jakarta, hanya elite PDIP yang tahu.
Namun menurut Djarot Saiful Hidayat, kewenangan memutuskan bakal calon gubernur di daerah-daerah khusus seperti Jakarta adalah kewenangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Oh, kalau seperti itu, sekali lagi, khusus untuk Jakarta, utamanya, ya, Jakarta, Jawa Timur, daerah-daerah yang strategis, itu adalah kewenangan dari Ibu Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum," kata Djarot.
Menurutnya, sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati memiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa yang akan diusung. "Jadi, kita berikan sepenuhnya kepada Ibu Ketua Umum untuk menggunakan hak prerogatifnya," ujar Djarot.
Baca juga: Anies Baswedan Diundang ke Markas PDIP, Kenakan Baju Tenun Merah
Di sisi lain Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Adian Napitupulu menyebutkan informasi PDI-P bakal mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 masih sekadar isu. Sebab, PDIP memang belum memutuskan untuk Pilkada Jakarta sampai hari ini.
"Kalau soal Anies dan sebagainya, itu kan isunya ya. Tapi kita jangan bicara isu, tapi faktanya sekarang adalah DPP PDI Perjuangan belum memutuskan untuk Jakarta," kata Adian, Senin (26/8).
Kendati demikian, Adian menyatakan bahwa PDI-P tidak berhak melarang Anies untuk berkunjung ke kantor pusat partai. "Tapi apakah itu kemudian kita belum memutuskan kita melarang orang bersilaturahmi ke kantor partai kita? Ya enggak boleh, siapapun mau datang boleh, berdiskusi boleh, berbicara boleh," ujar Ketua Tim Pemenangan Pilkada PDIP itu.
"Kenapa itu jadi penting? Kita sedang berbicara tentang siapa nanti yang mengelola sebuah wilayah dengan anggaran Rp90 triliun per tahun. Kita mau yang kelola anggaran itu benar-benar bisa mempertanggungjawabkan sehingga kita tidak sekadar melihat elektabilitas, 'Oh, elektabilitas tinggi sekian sekian'. Enggak!" tegasnya.
Adian menambahkan, PDIP lebih tertarik mengusung orang dilihat dari gagasan yang dia miliki untuk memimpin daerah. Semisal, bagaimana tentang gagasan seseorang untuk mengelola keuangan daerah, apakah digunakan untuk pendidikan, kesehatan hingga lapangan kerja.
"Ada sekian juta rakyat di Jakarta ini, gimana gagasan lu? Nah PDI Perjuangan lebih suka bicara soal itu. Sekarang ini problemnya adalah masalah-masalah yang penting untuk kehidupan rakyat, dan pertanggungjawaban anggaran dan sebagainya. Sering kali tidak kita bicarakan, yang kita hitung cuma angka survei. Kita enggak mau, kita akan ngobrol dengan siapa pun yang datang ke mari, kepala daerah mana pun datang ke mari, kita bicara," ungkap Adian. (tribun network/yud/abd/dod)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.