Berita NTT

NAF Foundation Bawa Harapan Baru Bagi Penenun di Desa Ri'a 1 dan Lanamai 1, Riung Barat Ngada

Desa Ri'a 1 dan Laurensia Mbozo dari kelompok tenun Teong Desa Lanamai 1 mengaku bangga bisa hadir dalam acara puncak ini. 

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
Launching Buku dan Pameran Reinkarnasi Tenun Lipa Tala' Riung Barat di Lippo Mall Kupang, Selasa, 06 Agustus 2024. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - NAF Foundation membawa harapan baru bagi penenun yang ada di Desa Ri'a 1 dan Desa Lanamai 1, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada

Demikian disampaikan Kepala Desa Ri'a 1, Hironimus Kasa dan Kepala Desa Lanamai 1, Donatus Tala' yang hadir dalam Launching Buku dan Pameran Reinkarnasi Tenun Lipa Tala' Riung Barat yang diselenggarakan oleh NAF Foundation bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dana Indonesiana dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Selasa, 06/08/2024 di Lippo Mall Kupang.

Founder NAF Foundation, Nancy Agatha Florida dalam sambutannya mengatakan, kegiatan Launching Buku dan Pameran tenun bertajuk Reinkarnasi Tenun Lipa Tala' Riung merupakan kegiatan puncak dari upaya pemeliharaan budaya yang dilakukan oleh Yayasan Nancy Agatha Florida (NAF).

Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan Kemendikbudristek, Dana Indonesiana dan LPDP dalam kategori kegiatan penciptaan karya kreatif inovatif tahun 2023. 

Baca juga: Pilgub NTT, Johni Asadoma Disambut sebagai Anak Lamaholot Saat Tiba di Flores Timur

"Kami memulai kegiatan ini pada bulan Maret dengan melakukan penelitian, FGD, workshop dan pelatihan inovasi desain di dua desa yakni Desa Ri'a 1 dan Desa Lanamai 1 Kecamatan Riung Barat Kabupaten Ngada," kata Nancy. 

Menurut dia, dua desa ini dipilih karena masih mempertahankan tradisi tenun sampai saat ini. Yayasan NAF didukung oleh pemerintah desa Ri'a 1 dan Desa Lanamai 1 membentuk 4 kelompok tenun yang kemudian dilatih teknik pewarnaan dengan menggunakan bahan alam, mendesain motif tanpa mengurangi nilai filosofisnya serta melatih para penenun ini untuk memasarkan produk-produk tenunnya. 
 
Selain itu, kata dia, agar terus berkelanjutan, Yayasan NAF juga membagikan anakan berupa nila atau taru, kapas, kunyit dan mengkudu, kepada seluruh penenun dan panitia lokal di dua desa tersebut. 

Para penenun yang diberi pelatihan ini menghasilkan 20 lembar Tenun Lipa Tala' yang dipamerkan dan beberapa lembarnya dipakai panitia kegiatan ini. 

"Sebagai upaya untuk mendokumentasikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam Lipa Tala' kami juga melakukan pengumpulan informasi melalui FGD dan wawancara kepada beberapa narasumber dan menuliskanya dalam sebuah buku yang berjudul Reinkarnasi Lipa Tala' Riung. Buku ini merupakan buku bilingual, dalam Bahasa Inggris dan Indonesia serta dilengkapi dengan foto-foto menarik full color, dicetak sebanyak 300 eksemplar dan dalam bentuk elektronik," ujar Nancy.

"Buku cetak akan dibagikan secara gratis ke sekolah-sekolah, perpustakaan dan taman baca sedangkan versi e-booknya bisa diunduh secara gratis di website NAF Foundation.  Untuk mendukung buku dari segi visual, kami juga membuat video fashion cinematic sehingga para penikmat tenun tidak hanya melihat produk jadi melainkan juga mengenal daerah asal Lipa Tala' ini dibuat yakni di Riung Barat," tambahnya. 

Editor buku Reinkarnasi Tenun Lipa Tala' Riung, Isidorus Lilijawa dalam kesempatan yang sama mengakui, menerima permintaan untuk menjadi editor karena beberapa pertimbangan.

Yang pertama, menurut dia buku ini sangat menarik karena berkisah tentang budaya khususnya daerah Riung Barat. Isidorus sebagai putera daerah Riung, orang muda Riung yang punya tanggung jawab moral untuk menjaga dan melestarikan budaya Riung khususnya yang berkaitan dengan Lipa Tala' Riung Barat marena itu dia sangat bangga menjadi bagian dari buku ini.

"Kedua, saya pikir Flo ini adalah tipikal orang muda yang berani keluar dari zona nyaman. Dia kan keseharian di Kupang yang sudah membuat dia nyaman tetapi akhirnya dia memutuskan untuk go back to basic, back to culture, back to nature, dia harus kembali ke kampung, berlama-lama di kampung untuk bisa mendokumentasikan semua proses ini, bertemu dengan mama-mama di kampung dan mau menggali lagi kisah tentang Lipa Tala' yang selama ini mungkin masyarakat kita punya kekuatan dengan daya bertutur tapi itu tidak cukup karena ingatan kita ini pendek, Flo mencoba dengan didukung oleh LPDP dan Indonesiana menggali lagi potensi budaya ini dalam bentuk dokumentasi dalam bentuk buku, saya pikir ini hal yang sangat menarik karena buku ini bisa dibaca oleh siapa saja, kapan saja, apalagi ini juga dilengkapi dengan video YouTube dan seterusnya sehingga generasi Riung kedepan mereka pasti sudah punya pegangan. Mau tahu tentang Lipa Tala' mereka sudah punya bukunya, sudah ada vieonya bahkan sudah ada e-booknya," jelasnya. 

Sementara kepala Desa Ri'a 1, Hironimus Kasa mengatakan dia cukup berbangga  karena penenun dari Desa Ri'a 1 bisa datang ke ibukota provinsi untuk memamerkan hasil kerja mereka selama kurang lebih tiga bulan dibina oleh Yayasan NAF sejak bulan Mei sampai bulan Juli 2024. 

Dikatakan Hironimus, kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat di desanya terkendala sumber daya manusia sehingga dengan kehadiran Yayasan NAF yang memberi pelatihan dan pembina kepada kelompok tenun, dia berharap dapat meningkatkan kesejahteraan para penenun

"Tenun ini memang sudah menjadi tradisi masyarakat sejak zaman dulu hanya dalam perjalanan waktu agak menurun frekuensi kegiatannya karena memang masyarakat era sekarang sudah lebih banyak ke yang instan sehingga ketika mau kembali kepada yang asli sepertinya butuh waktu tapi dengan hadirnya Yayasan NAF, ibu Flo memberikan pendampingan kami juga memberi motivasi sehingga sekarang mereka mulai hidup kembali. Kami pemerintah desa siap memberikan dukungan finansial yang penting kelompok ini tetap jalan hanya yang menjadi kendala itu pemasaran," jelasnya. 

Dia berharap, dengan kehadiran Yayasan NAF, karya tangan para penenun bisa mendapatkan pasar di tengah masyarakat. 

Senada dengan Hironimus, Kepala Desa Lanamai 1, Donatus Tala' juga mengaku kendala yang dihadapi untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat di desanya adalah pemasaran.

Meski demikian, kata dia, tenun Lipa Tala' yang selama ini hanya dikonsumsi masyarakat lokal di Riung Barat dan Riung, sekarang sudah banyak masyarakat di luar kecamatan ini yang mulai menjadi penggemar dan pengguna Lipa Tala'. 

Sebagai kepala desa Donatus juga berbangga karena penenun yang diutus dari desanya adalah seorang anak muda. 

"Rensia ini satu diantara 10 penenun yang masih muda sehingga saya merasa bahwa ternyata masih ada anak muda juga yang punya semangat untuk melestarikan budaya tenun Lipa Tala' ini," kata Donatus. 

Sebelum ada pelatihan dari Yayasan NAF, produksi kain tenun di Desa Lanamai 1 hanya terbatas pada satu model dan warnanya pun terbatas. Tetapi dengan pelatihan yang diberikan, para penenun bisa berkreasi dengan warna-warna alam dengan tetap mempertahankan ciri khas motif tenun daerah tersebut. 

Dua perempuan penenun yang mewakili kelompok tenun di dua desa tersebut, Adelhide Jeni dari kelompok tenun Lipa Tala' Desa Ri'a 1 dan Laurensia Mbozo dari kelompok tenun Teong Desa Lanamai 1 mengaku bangga bisa hadir dalam acara puncak ini. 

Adelhide sudah menjadi penenun selama puluhan tahun dan ini merupakan kali pertamanya kain tenun membawanya ke Kupang, demikian juga Laurensia yang merupakan satu-satunya anak muda dari kelompok tenun. 

Mereka berharap hasil tenun yang dibawa dalam kegiatan ini bisa laku terjual dan kedepannya bisa menjangkau pasar yang lebih luas.(uzu) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved