Opini
Opini: Membaca Daya Saing Kabupaten Manggarai
Dengan pengertian ini, daya saing memiliki sifat relatif. Tergantung apa yang dibandingkan dan bagaimana membandingkan.
Oleh: Bernardus Tube Beding
Dosen PBSI Unika Santu Paulus Ruteng
POS-KUPANG.COM - Kita dingatkan kambali visi pemerintah Kabupaten Manggarai yang diusung Bupati Heribertus G.L Nabit Wakil Bupati Heribertus Ngabut, yakni “Manggarai yang Maju, Adil,dan Berdaya Saing, bolek loke baca tara, tela galang peang kete api one”. Visi dibangun dengan spirit perubahan, usaha bersama, memenuhi standar.
Sementara, term Bolek Loke Baca Baca Tara membawa spirit pemimpin dan orang yang dipimpinya merupakan orang-orang sehat sehingga mampu mengurus Manggarai ini secara baik dan benar. Sedangkan, Tela Galang Peang Kete Api One bermakna kecukupan sandang, pangan, dan papan untuk seluruh rakyat Manggarai.
Visi tersebut, seperti diungkapkan Bupati Hery saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Daerah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026 tingkat Kabupaten Manggarai di Aula MCC Ruteng, Kamis 20 mei 2021 lalu, “...jangan berikan pemerintah cek kosong.
Kita isi bersama ceknya.” Bahkan Bupati Hery sendiri mengatakan, “Jangan biarkan pemerintah menentukan segala-galanya,tapi kita tetap membuka ruang untuk adanya partisipasi publik yang lebih luas.” Itu berarti
semua perangkat daerah dan masyarakat Manggarai turut mengambil bagian dalam
pengimplementasian visi dan misi tersebut.
Membaca Daya Saing
Saya tertarik dengan frasa “berdaya saing”. Secara operasional, daya saing (competitiveness) dimaknai sebagai keunggulan kompetitif. Keunggulan sebagi keadaan yang menunjukkan lebih dari yang lain. Sedang kompetitif merupakan kata sifat yang berkaitan dengan kompetisi atau persaingan. Artinya, dalam iklim persaingan, ada yang lebih dan ada yang kurang.
Dengan pengertian ini, daya saing memiliki sifat relatif. Tergantung apa yang dibandingkan dan bagaimana membandingkan.
Daya saing sebagai salah satu arah, tahapan, dan prioritas pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 seperti dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
Daya saing menjadi isu prioritas dalam konteiks pembangunan, baik nasional maupun daerah.
Pemerintah pusat memiliki harapan pada setiap pemerintah daerah untuk senantiasa meningkatkan daya saing daerah masing-masing.
Sesungguhnya, peningkatan daya saing daerah mengakumulasi peningkatan daya saing nasional.
Era sekarang iklim kompetisi tidak lagi mengandalkan keunggulan komparatif. Pesaingan justru menjadi mantra dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan.
Setiap pemerintah daerah berlomba-lomba menjadi yang terbaik dalam pelayanan publik.
Baca juga: Chord dan Lirik Lagu Daerah NTT, Lagu Rakyat Manggarai Judul Kala Rana, Dinyanyikan Sepanjang Masa
Bahkan beberapa lembaga pemerintah mulai mengadopsi berbagai standar internasional
penjaminan mutu (ISO).
Banyak lembaga skala nasional maupun internasional mengukur dan meranking daya saing satun-satuan pemerintahan, nasional maupun daerah. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan salah satu lembaga yang mengukur Indeks Daya Saing Daerah (IDSD).
IDSD merupakan instrumen pengukuran daya saing provinsi dan kabupaten maupun kota untuk merefleksikan tingkat produktivitas daerah (bdk. Önsel et al., 2008; Porter, 1980).
Tahun 2023, BRIN melakukan pengukuran IDSD Kabupaten Manggarai dengan indikator pada komponen dasar yang dielaborasi ke dalam 12 pilar daya saing.
Hasilnya menunjukkan IDSD Kabupaten Manggarai mencapai 3,27 persen. Secara rinci dapat
dipresentasikan di bawah ini
Pertama, Komponen Lingkungan Pendukung: institusi (iklim sosial, politik, hukum
dan aspek keamanan mempengaruhi secara positif aktivitas perekonomian daerah) 4,10 persen infrastruktur (aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah) 1,97; adopsi TIK (faktor determinan kemajuan Industri 4.0) 3,75 persen; dan stabilitas ekonomi makro (penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja perekonomian, serta tingkat biaya hidup) 3,66 persen.
Kedua, Komponen Sumber Daya Manusia meliputi pilar kesehatan (kualitas hidup manusia yang diukur dari angka harapan hidup) 3,64 persen, keterampilan (penciptaan tenaga kerja produktif yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha) 3,24 persen.
Ketiga, Komponen Pasar meliputi pilar pasar produk (efisiensi di dalam sistem produksi) 4,13 persen; pasar tenaga kerja (menekan angka pengangguran dengan merangsang terciptanya kesempatan kerja) 2,63 persen; sistem keuangan (kemampuan sistem finansial perbankan dan non- perbankan di daerah untuk memediasi aktivitas perekonomian) 1,77 persen; dan ukuran pasar (struktur industri dalam menghasilkan nilai tambah hasil dari perkembangan iptek) 3,58 persen
Keempat, Komponen Ekosistem Inovasi meliputi pilar dinamisme bisnis (menggambarkan kemudahan entitas bisnis memulai usaha untuk penciptaan dan perluasan lapangan kerja) 4,17 persen, dan kapabilitas inovasi (kemampuan daerah dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi bernilai tambah) 2,60 persen.
IDSD Kabupaten Manggarai 2023 menggunakan data sekunder yang bersumber dari berbagai kementerian dan lembaga.
Pengukurannya pun mengadopsi kerangka konseptual yang sama dengan Global Competitiveness Index (GCI) dari World Economic Forum atau WEF (Schwab, 2019).
Data yang digunakan dalam perhitungan IDSD 2023 distandardisasi dengan rumus min-max sehingga didapat skor 0–5 pada seluruh indikator.
Skor pilar daya saing merupakan agregasi skor indikator pembentuknya yang dihitung dengan menggunakan
rata-rata aritmatik.
Setiap pilar daya saing memiliki tingkat kepentingan yang sama sehingga diberikan bobot yang sama dalam perhitungan skor indeks. Skor akhir IDSD dihitung melalui agregasi skor pilar daya saing dengan menggunakan metode yang sama.
Penting untuk dicatat bahwa skor di level indikator, pilar dan indeks tidak dapat dihitung apabila terdapat data yang tidak tersedia (BRIN, 2023).
Tentu skor IDSD Kabupaten Manggarai merupakan proses membangun. Pemerintah Kabupaten Manggarai memiliki asa karena bersama rakyat “mengisi ceknya”. Pertanyaan muncul, bagaimana perbaikan daya saing daerah menuju “kesetaraan” dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan? Langkah alternatif dapat difokuskan seperti dinyatakan Susilo (2016).
Pertama, pemahaman masyarakat daerah (khususnya Pemda Kabupaten Manggarai dan dunia usaha) terhadap program-program pembangunan, seperti MEA dalam bentuk sosialisasi dan edukasi harus dilakukan secara terus-menerus. Forum komunikasi dan dialog antara kaum milenial dengan dunia usaha daerah juga harus dilakukan agar peluang visi dan misi dapat diwujudkan secara optimal.
Kedua, perbaikan iklim dan investasi usaha di daerah. Secara nyata Pemda Kabupaten Manggarai dapat melakukan perbaikan termaksud dengan (1) mempermudah dan mempercepat pelayanan perizinan usaha, (2) meningkatkan transparansi proses dan perizinan, (3) menghapus peraturan yang menghambat dunia usaha dan mengganti dengan regulasi yang pro-bisnis.
Ketiga, meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur di daerah. Upaya ini tentu tidak dapat dibebankan kepada pemda, tetapi harus dibantu oleh pemerintah pusat.
Ketersediaan infrastruktur ekonomi, seperti jalan, energi, pelabuhan, bandara, dan telekomunikasi akan mendorong efisiensi, dalam hal ini mengurangi biaya produksi dan menekan biaya transportasi.
Keempat, peningkatan daya saing produk ekspor unggulan di daerah.
Misalnya, peluang MEA dapat dimanfaatkan oleh pemda Kabupaten Manggarai untuk ekspor produk unggulan
daerah.
Terkait dengan hal tersebut, beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain (1) pemberian fasilitas kepada industri dengan produk unggulan yang berorientasi ekspor, khususnya kepada UKM. (2) Pendirian pusat pelayanan informasi pasar untuk produk-produk unggulan ekspor tersebut. (3) Perluasan akses UKM yerhadap sumber-sumber permodalam dan teknologi.
Kelima, peningkaran kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah. Tentu dengan kehadiran MEA misalnya, pasar tenaga kerja di kawasan ASEAN semakin kompetitif.
Apalagi, Kabupaten Manggarai berdampingan dengan Kabupaten Manggarai Barat (Labuan Bajo) sebagai salah satu daerah super premium dunia. Pembda Kabupaten Manggarai harus berkontribusi dalam upaya peningkatan daya saing sumber daya manusia di Manggarai.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa kepada “anak daerah” yang sedang mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng dan STIE Karya Ruteng sebagai lembaga perguruan tinggi di lingkup Kabupaten Manggarai.
Selain itu, pemda dapat melakukan kerja sama dengan pemerintah pusat, bahkan negara-negara kerabat, juga lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk penyelenggaraan diklat dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia daerah, paling tidak sesuai dengan standar kompetensi ASEAN.
Keenam, menciptakan kebijakan pengupahan di daerah yang kondusif. Dalam hal ini Pemda Kabupaten Manggarai harus mampu menerapkan kebijakan upah minimum di daerah yang ‘menguntungkan’ dan adil’ baik bagi tenaga kerja maupun pengusaha/perusahan.
Daya Saing Melalui SDM
Visi Pemerintah Kabupaten Manggarai yang dinakhidai oleh Bupati Heribertus G.L Nabit Wakil Bupati Heribertus Ngabut “diturunkan” dalam salah satu misi, “meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM)”. Tentu, pemerintah Kabupaten Manggarai punya mimpi agar masyarakat Manggarai, khususnya kaum milenial memiliki kopetensi.
Dalam konteks lokal Kabupaten Manggarai, pendidikan adalah jalan utama menuju daya saing. Tidak berlebihan juga kalau harapan pemerintah agar posisi Kabupaten Manggarai sejajar dengan daerah-daerah di negara-negara maju.
Dan itu hanya melalui jalan pendidikan bermutu. Saya sependapat bahwa visi Kabupaten Manggarai yang berdaya saing satu sisi diarahkan pada alur mengedepankan pembangunan SDM berkualitas, dan meningkatkan
penguasaan, pemanfaatan, serta penciptaan pengetahuan. Tidak terlupakan, penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, pemertahanan budaya dan tradisi, serta peradaban merupakan wujud
implementasi jalan pendidikan menuju Manggarai berdaya saing.
Sangat tepat kalau pemerintah Kabupaten Manggarai menempatkan “Peningkatan SDM” sebagai prioritas utama dalam pembangunan daerah. SDM berkualitas dan berdaya saing menjadi penggerak utama pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan.
Apalagi Manggarai memiliki potensi kekayaan sumber daya melimpah. BPS merilis Kabupaten Manggarai menuduki peringkat ke-4 dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2022: 65,83 persen dalam lingkup NTT. Sementara di tahun 2023, IPM Kabupaten Manggarai mengalami peningkatan sebesar 66,42 persen.
Pertanyaan muncul, apakah hal tersebut sangat realistis? Sesungguhnya ketersediaan
SDM daerah yang berkualitas melalui jalur pendidikan formal, informal, dan nonformal. Secara khusus, pendidikan informal merupakan salah satu langkah menjawab “berdaya saing”.
Salah satu wujud nyata membangun daya saing melalui pendidikan informal adalah keberadaan dan kehadiran perpustakaan daerah.
Perpustakaan daerah dalam era informasi ini akan menjadi agen yang memungkinkan setiap orang pada berbagai tingkat usia, pendidikan, dan status sosial untuk dapat memperoleh keberhasilan, sekaligus potret berdaya saing.
Perpustakaan daerah membantu masyarakat pemakainya mendapatkan skill yang diperlukan untuk dunia kerja. Pemakai perpustakaan daerah dapat menggunakan informasi secara kreatif, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka.
Artinya, perpustakaan memainkan peran yang utama dalam mendukung pengembangan diri masyarakat yang
merupakan bagian inti dari konsep lifelong learning. Bila konsep lifelong learning dapat diperankan dan dilaksanakan dengan baik oleh perpustakaan (melalui pelaksanaan program literasi informasi), maka pengembangan SDM Kabupaten manggarai dalam rangka peningkatan daya saing dapat diwujudkan. Hal ini sangat sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Candy, Crebert dan O’Leary (Wooliscroft, 1997) “Access to, and critical use of information and of information technology is absolutely vital to lifelong learning, and
accordingly no graduate – can be judged educated unless he or she is information literate”.
Tidak dapat dimungkiri bahwa potret perpustakaan daerah Kabupaten Manggarai sebagai ikon pendidikan masih jauh dari harapan. Secara geografis, keberadaan sangat strategis karena di “jangtung” Kota Ruteng. Namun sayang, gedungnya masih “produk lama”. Bahkan isinya, ketersediaan buku-buku masih jauh dari harapan kebutuhan para pembelajar, mahasiswa, dan kaum akademisi.
Bagus kalau Pemda Kabupaten Manggarai mengimplementasikan visi “berdaya saing”
melalui satu program pembangunan dan pembenahan perpustakaan daerah sebagai ikon pendidikan Kabupaten Manggarai. Artinya, tempat yang sangat strategis untuk keberadaan perpustakaan daerah, tepat pada posisinya dengan melakukan rehabilitasi hedung dan isinya.
Seandainya Pemda Kabupaten Manggarai memindahkan keberadaan perpustakaan daerah, misalnya di belakang kantor Dinas Pemuda dan Olahraga, maka “ikon pendidikan” sebagai satu jalan membangun SDM yang berdaya saing itu hilang. Selain itu, rehabilitasi pekarangan yang disematkan sebagai “taman kota” harus menjadi prioritas. Jangan sampai predikat yang di sandang sebagai “taman kota” tapi malah menjadi pekarangan rumput dan sampah.
Padahal perpustakaan daerah dan taman kota merupakan aset utama membangun SDM
berdaya saing.
Ketika kedua tempat ini dimodifikasi sesuai dengan hakikatnya, tentu proses menghasilkan SDM daerah yang berdaya saing semakin tampak dan nyata. Yah, partisipasi Pemda Kabupaten Manggarai dukungan berbagai pihak diperlukan untuk memperbaiki serta meningkatkan daya saing daerah. Mudah-mudahan. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.