Berita NTT

Di Atas Mezbah Gunung Labalekan Lelaki Ini Meminta Hujan

Kita seakan menghadapi sebuah labirin, yakni jalan yang berkelok-kelok dan sungguh membingungkan. Bahkan seakan tak ada ujung.

Penulis: Paul Burin | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Karolus Mega Botoor 

Kolu juga selalu memerhatikan pendidikan anak-anak. Sulung, perempuan, menyelesaikan studi ilmu gizi di Undana Kupang, menyusul yang lainnya masih di bangku sekolah. Yang laki-laki sudah menikah. Tekadnya ialah mereka harus berpendidikan tinggi agar hidupnya kelak lebih cerlang-cemerlang.

Memang, Kolu bilang, tanpa sekolah tinggi pun orang bisa hidup baik. Tapi, jika dengan bekal pendidikan yang tinggi menjadi ukuran hidup yang lebih baik. Tinggal ditekuni dengan saksama.

Menuju Gunung

Kolu punya peran yang sungguh sentral. Jika pada waktunya hujan belum turun sehingga petani menjadi resah, dialah yang akan menuju ke puncak Gunung Labalekan (1.621 meter dpl) untuk meminta restu agar hujan segera turun.

Begitu pula jika curah hujan berlebihan, dialah yang akan ke sana lagi untuk membuat seremoni adat. Permohonan itu kata Kolu selalu diterima sumber "kekuatan" di gunung itu. Biasanya jedah dua sampai tiga hari permintaan itu dikabulkan.

Dalam bahasa Puor kurang lebih seperti ini (seremoni agar hujan segera turun/letes lenam leta ujan nan
tur): Nene Labalekan, go kar aka na/gok letara uja wai wangak/ ke ana waji or ana nuja golu/da mul def gawuk um kfar daro matai depur/ke go leta no orega tu pua/go tuega kora uja wai wangak mis. Terjemahannya kurang lebih: para leluhur Labalekan, saya datang ke sini memohon kiranya boleh memberi generasi kami hujan yang lebat agar tanaman dapat menghasilkan buah yang melimpah demi hidup yang
lebih baik.

Selain itu, seremoni agar hujan segera berhenti/letes lenam ujan nan mnainga): Nene Labalekan go kar aka/mai gok tedek maji mai or ana nuja golu hasil daesa daro tafa dole/ke gok aka ke tedek maji mai lo mom manga uja wai wangak nan maja (Para leluhur Labalekan, saya datang lagi ke sini untuk meminta jauhkan kami dari hujan dan banjir agar tanaman pertanian jangan sampai puso/rusak).

Setiap kali pergi, ia membawa seekor ayam jantan sebagai syarat persembahan kepada kekuatan tertinggi di gunung itu. Pada sebuah mezbah di puncak gunung itu tempat ia melantunkan doa maupun pujian kepada para leluhur.

Hanya Kolu saja yang boleh pergi, tak boleh diwakili. Sesungguhnya ini sebagai kepercayaan dari suku/klen/marga Botoor kepadanya.

Meski ini perintah dari suku, sebetulnya ia juga menjalankan tugas yang lebih besar, yakni untuk kepentingan seluruh warga desa. Sebab hujan yang turun tak hanya membasahi lahan suku Botoor saja, tapi semua lahan warga suku di desa itu.

Karena itu ketika ia hendak menuju ke puncak gunung, warga dari suku lain boleh menyediakan "persembahan" berupa seekor ayam jantan yang sehat sebagai bentuk penghargaan pada kekuatan alam di gunung tertinggi di Pulau Lembata itu.

Memang, kata dia, ada sejumlah pantangan, di antaranya ketika tiba pada ketinggian gunung tak boleh mengekspresikan kegembiraan dengan berteriak atau menyebut sesuatu di bawah sana. Disarankan untuk diam saja. Jika ada pelanggaran maka kita akan tersesat. Sekelebat saja awan-gemawan akan menutupi seluruh permukaan gunung.

Kita seakan menghadapi sebuah labirin, yakni jalan yang berkelok-kelok dan sungguh membingungkan. Bahkan seakan tak ada ujung. Padahal kita pada posisi jalan yang benar. Jika demikian maka berhentilah sejenak dan nyatakan permohonan maaf kepada alam setempat.

Menerima Rezeki

Jika prosesi itu dijalani dengan baik maka kekuatan di gunung itu akan memberi hadiah. Seekor rusa liar sekonyong-konyong akan datang untuk menyerahkan diri. Syaratnya harus segera bunuh. Tak boleh bawa hidup-hidup pulang ke kampung. Sudah beberapa kali Kolu bercerita bahwa hadiah ini kerap ia dapatkan. Mengapa disebut hadiah karena hewan itu datang menyerahkan diri. Dan, tak bakal lari. Hewan liar itu akan tenang saja di tempat sampai ditangkap

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved