Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen Senin 15 Juli 2024, Kelayakan: Ukuran Allah!
Allah akan memruntuhkan tembok-tembok pemisah dalam kehidupan di dunia ini dan bahkan sampai kepada kekekalan
Manusia menilai sesamanya layak berdasarkan hikmat duniaa, akan tetapi Allah memiliki penilaian tersendiri. Ukuran kelayakan manusia untuk berdasarkan hikmat Allah berbeda, bahkan bertentangan dengan ukuran berdasarkan hikmat dunia. Paulus menegaskan hal ini demikian: “Ingat saja saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah untuk memalukan orang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti” (ayat 26-29).
Adapun hal ini dilakukan Allah agar jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah (ayat 30). Allah tidak menyukai orang yang congkak dan tinggi hatinya. Karena itu Ia datang dalam Yesus Kristus untuk mencerai beraikan orang yang congkak hatinya dan menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada mereka yang lapar, dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan hampa, demi rahmat-Nya (bdk. Luk. 1:51-54).
Allah tidak menghendaki seorang manusia pun memegahkan diri di hadapan-Nya karena memang tidak ada yang layak dari manusia yang menjadi alasan untuk bermegah di hadapan Allah. Siapa kita, Ia tahu. Allah mengenal bahwa sesungguhnya kita hanyalah debu tanah. Kita menjadi berharga karena Allah yang memberikan kehidupan dengan hembusan Roh-Nya. Di luar Allah, kita bukan siapa-siapa!
Dengan hikmat sorgawi, Allah menentukan kepantasan kita terutama dalam hal menerima karya penebusan dari dosa karena Ia mengasihi kita dan sangat menyayangkan kebinasaan kita,- Ia ingin agar kita diselamatkan. Kita adalah domba yang tersesat, tidak seorang pun yang tidak pernah terhilang, karena itu maksud dari Allah memberikan ruang kelayakan bagi kita adalah agar supaya kita jangan merendahkan, jangan membuly dan jangan menghakimi orang lain secara sepihak melainkan terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya (bdk. Roma 14:1).
Allah menghendaki agar hidup dalam kerendahan hati, karena sudah berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan kita dan menguduskan kita dan menebus kita (ayat 30). Dengan hikmat Allah, kita dipantaskan, dilayakkan bukan saja untuk hidup di dalam dunia ini tetapi bagi kehidupan yang kekal.
Jika kemarin atau pun hari ini kita dianggap tidak pantas, tidak layak dalam sebuah relasi sosial dan interkasi sosial hanya karena kita bukan orang kaya, kita bukan orang yang memiliki jabatan/kekuasaan dan berbagai privillage lainnya, namun kita tidak harus kecut hati dengan perlakuan seperti itu sebab bagi dunia mungkin keberadaan kita tidak diperhitugkan tetapi bagi Allah kita berharga apabila dalam diri dan kehidupan kita ada cinta kasih, ketulusan, kebaikan dan keadilan. Kemegahan bagi manusia adalah bahwa ia mengenal Allah dan ia pun di kenal Allah.
Sebab itu Yesus pun pernah berkata: Apakah gunanya engkau memiliki seluruh dunia tetapi engkau kehilangan nyawa? (bdk. Luk.9:24). Apalah artinya bagi manusia dengan “hikmat dunia” mempercayakan hidupnya kepada harta benda akan tetapi ia sendiri tidak akan menikmatinya lantaran ia tidak mampu menghindari kematian? (bdk. Luk. 12:18).
Sungguh, hikmat dunia adalah kebodohan bagi Allah. Manusia memang dikarunia oleh Allah kesempatan untuk tumbuh dan mekar dipagi hari akan tetapi tidak untuk tidak menjadi menjadi lisut dan layu menjelang senja (bdk. Maz.90:6).
Penutup
Seringkali kita menganggap orang lain tidak layak/tidak pantas dalam relasi dan interaksi sosial kita sehingga menciptakan “kelas sosial” dalam masyarakat dengan kesenjangan yang lebar. Itulah hikmta dunia. Akan tetapi hidup yang berdasarka hikmat Allah akan memruntuhkan tembok-tembok pemisah dalam kehidupan di dunia ini dan bahkan sampai kepada kekekalan.
Allah di dalam Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menghapus segala tempok pemisah agar manusia dapat hidup berdampingan dalam cinta kasih, keadilan dan kemurahan hati utnuk menyambut kehidupan baru di dalam kekekalan yang dijanjikan Allah. Amin. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.