Bencana Alam

Simulasi Bencana: Melihat Kegigihan Lansia Ikuti Evakuasi Mandiri di Kaki Gunung Merapi DI Yogya

Tersiar kabar bahwa Gunungapi Merapi ditetapkan statusnya menjadi level IV atau “AWAS” karena adanya perubahan deformasi kubah yang sangat signifikan.

Editor: Agustinus Sape
HUMAS BNPB
Warga lansia mengikuti simulasi evakuasi bencana erupsi Gunungapi Merapi di Kalurahan Girikerto, Sleman, Yogyakarta, Kamis (27/6/2024). 

Adapun pada tahun 1986, 1992, 1994, 1997, 2001 dan 2005 wilayah Kalurahan Girikerto tak luput dari dampak aktivitas erupsi Gunungapi Marapi yang terjadi pada saat itu.

Apresiasi Kepala BNPB

Giat simulasi lansia itu mendapat apresiasi Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., yang memang secara khusus datang dari Jakarta hanya untuk menyaksikan bagaimana para kelompok rentan dan relawan dapat bersinergi dalam meningkatkan upaya kesiapsiagaan.

Pada momentum itu, Kepala BNPB juga menaruh simpati dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh peserta, baik masyarakat lansia maupun petugas relawan.

Dari rangkaian simulasi itu, Suharyanto melihat bahwa meski usia lanjut namun hal itu tidak menyurutkan semangat para peserta. Senyum peserta yang tak lagi muda itu membuncah. Energinya seakan tak pernah padam, seolah tak mau kalah dengan mereka yang masih muda.

kunjungan kerja kepala bnpb_013
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto memberikan arahan dalam giat sarasehan masyarakat Desa Tangguh Bencana (DESTANA) di Kalurahan Girikerto, Sleman, Yogyakarta, Kamis (27/6/2024).

Dalam sambutannya, Suharyanto pun secara khusus menyapa peserta lansia sebagai pemuda-pemudi sebagai penghormatan sekaligus menggenjot semangat dan mencairkan suasana.

"Bapak ibu sekalian. Para pemuda-pemudi tahun 60-70 an yang saya banggakan,” buka Suharyanto disambut tawa semangat dan tepuk tangan peserta.

"Saya hari ini sangat senang, berterima kasih, merupakan penghargaan setinggi-tingginya bisa hadir di Girikerto,” lanjutnya.

Pada momentum itu, Kepala BNPB lantas menjelaskan tentang rentetan bencana yang mana tren kejadiannya naik setiap tahun. Menurut Kepala BNPB, hal itu dipicu oleh beberapa faktor seperti pertambahan jumlah penduduk, tata kelola lingkungan, perubahan iklim dan sebagainya.

Kendati tren kejadian bencana naik, namun Kepala BNPB mengatakan bahwa tingkat risikonya cenderung turun. Hal itu ditengarai karena upaya mitigasi, kesiapsiagaan dan peringatan dini dilakukan secara maksimal dan sinergi antara masyarakat dan pemerintah semakin baik.

"Tahun 2023 jumlah bencana di Indonesia mencapai 5.400 kejadian. Jika dirata-rata maka 20 bencana terjadi setiap hari. Kemudian 2024 ini masih Juni sudah terjadi 1.000 bencana. Angkanya naik terus setiap tahun,” jelas Suharyanto.

"Karena manusia semakin banyak, lingkungan daya dukungnya juga semakin sempit belum lagi perubahan iklim juga luar biasa. Namun jumlah risikonya menurun karena kita bersatu padu untuk mengurangi risikonya,” imbuhnya.

Masyarakat Merapi Sebagai Role Model

Menurut catatan BNPB, tren kejadian bencana dampak erupsi gunungapi meningkat di tahun 2024. Suharyanto kemudian menceritakan bagaimana BNPB turun ke sejumlah lokasi untuk penanganan darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Di 2024 ini yang menonjol kejadian gunung ini juga luar biasa,” ungkap Suharyanto.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved