Pilgub NTT
4 Kriteria Calon Wakil Gubernur NTT Pendamping Ansy Lema
Usai menerima surat tugas dari DPP PDI Perjuangan beberapa hari lalu, Ansy Lema langsung melakukan serangkaian langkah persiapan dan koordinasi.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Calon Gubernur NTT dari PDI Perjuangan, Yohanis Fransiskus Lema mengungkapkan ciri pendamping dirinya di Pilgub NTT.
Ansy Lema, sapaan akrabnya, menyebut empat "TAS" kriteria Calon Wakil Gubernur NTT yang mendampingi dirinya.
Usai menerima surat tugas dari DPP PDI Perjuangan beberapa hari lalu, Ansy Lema langsung melakukan serangkaian langkah persiapan dan koordinasi.
Salah satu langkah prioritas adalah menemukan pasangan cawagub yang tepat untuk maju dalam Pilgub NTT 2024.
"Salah satu langkah awal yang menjadi prioritas saya adalah menemukan calon wakil yang tepat. Ada beberapa kriteria yang akan mendasari pilihan saya. Kriteria pertama adalah Takut akan Tuhan," kata Ansy Lema, Jumat, 28 Juni 2024.
Pria kelahiran 1976 silam itu mengatakan, dirinya sudah melakukan komunikasi dengan bakal cawagub yang akan mendampinginya dan pada saat yang tepat akan diumumkan kepada publik. Ia telah mempertimbangkan bacawagub yang akan mendampinginya berdasarkan berbagai aspek.
Ansy Lema kemudian menerangkan, pemimpin yang 'Takut akan Tuhan' adalah pemimpin yang memimpin dengan hikmat Tuhan. Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat.
Artinya, figur cawagub selalu berusaha mencari dan menemukan kehendak Tuhan ketika merencanakan, memutuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan publik. Bekerja tulus mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kemanusiaan adalah prinsip-prinsip yang sejalan dengan ajaran Tuhan.
Pemimpin yang 'Takut akan Tuhan' selalu mencari tuntunan ilahi dalam mengemban setiap tugas akan memotivasi seorang pemimpin dalam mengejawantahkan nilai-nilai spiritualitas dalam pelayanan kepada masyarakat.
Baca juga: Terima Surat Tugas PDIP Maju Pilgub NTT, Ansy Lema Mundur dari DPR RI
"Inilah prinsip “TAS” pertama, yaitu spiritualitas dalam kepemimpinan publik. Jika memulai sesuatu dilandasi dengan tuntunan ilahi, maka seorang pejabat publik akan terdorong untuk selalu melayani kebutuhan sesama, solider, berempati pada kepentingan umum, dan berpihak pada mereka yang lemah dan terabaikan," jelas anggota Komisi IV DPR RI ini.
Kriteria “TAS” kedua, lanjut Ansy Lema, adalah memiliki integritas. Integritas menyangkut relasi antara pemimpin dengan keutamaan karakter atau nilai-nilai (values) yang hidup dalam diri pemimpin.
“Jadi cawagub yang memiliki integritas adalah pemimpin yang jujur, bersih, berani, rela berkorban, taat konstitusi, tulus, dan lurus. Ini penting supaya kami siap pasang badan, kerja profesional, dan mengabdi kepada siapa saja tanpa pandang bulu,” tegas Ansy Lema.
Kriteria “TAS” ketiga adalah kapasitas. Kapasitas berhubungan dengan kompetensi, dalam arti pemimpin harus memiliki visi yang jelas dan terukur, mampu menjalankan visi dengan meyakinkan serta mampu mencari solusi atas berbagai halangan.
Karena itu, Ansy Lema menekankan cawagub harus mengerti tentang persoalan NTT, potensi NTT, mengkoordinasikannya untuk menemukan solusi, serta mampu mewujudkannya dalam kebijakan lewat kerja nyata di lapangan.
“Bicara kapasitas dan kompetensi adalah bicara soal “isi kepala” pemimpin (quality of discourse) dan kecerdasan teknokratik. Ia tidak hanya berpikir, tetapi mampu menjalankan pikirannya tersebut dalam kerja-kerja nyata dengan output yang jelas dan terukur,” urai Ansy Lema.
Baca juga: Ansy Lema Mundur dari DPR RI Maju Gubernur, Yogen Sogen: Wujud Keseriusan untuk Bangun NTT
Kriteria “TAS” keempat, sambung Ansy Lema, adalah cawagub harus memiliki jaminan potensi elektabilitas.
Elektabilitas menyangkut relasi antara pemimpin dengan konstituen, karena berkaitan dengan politik representasi atau legitimasi tingkat keterpilihan figur cawagub di masyarakat.
“Saya percaya cawagub yang Takut akan Tuhan, berintegritas, dan berkapasitas dapat meningkatkan elektabilitasnya, yang memberi insentif elektoral kepada saya. Artinya, keunggulan politik nilai akan terkonversi menjadi politik angka elektoral. Keunggulan nilai dan karakter personal cawagub akan membuatnya bersinar, dan kemudian mendongkrak elektabilitas,” ujarnya.
Selain empat kriteria itu, Juru Bicara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 ini berharap, figur cawagub juga harus memiliki semangat inklusif, toleran dan merangkul keberagaman.
Ansy Lema beralasan, pemimpin inklusif sangat penting karena NTT adalah miniatur NKRI. Provinsi di tenggara Indonesia ini memiliki keanekaan budaya, bahasa, dan agama.
Maka figur yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin adalah seseorang yang mampu merangkul kebhinekaan dan hadir di tengah keanekaragaman tersebut. Pemimpin adalah perekat kebhinekaan, bukan peretak keberagaman.
"Yang mampu memahami dan menghargai orang lain yang berasal dari latar belakang berbeda. Cawagub harus pandai merajut tenun kebhinekaan di NTT," sambung Ansy Lema.
Politisi yang akrab disapa dengan panggilan Kaka Ansy itu juga berharap cawagub memiliki perhatian dan kepedulian terhadap isu perempuan dan kesetaraan gender, kesehatan dan pendidikan, pertanian dan perikanan, pemberdayaan milenial dan gen Z serta peningkatan kualitas sumber daya manusia di NTT.
“Selain itu, cawagub harus memiliki keberpihakan kepada konservasi ekologi yang melibatkan masyarakat adat, pro investasi yang ramah ekologis dan pro rakyat, serta mendukung penuh pembukaan lapangan kerja baru,” papar Ansy Lema.
Ansy Lema percaya, cawagub yang memiliki rekam jejak spiritualitas, integritas dan kapasitas dapat membentuk pasangan dwi tunggal yang solid, kompak, siap, dan memiliki komitmen untuk mempercepat pembangunan di NTT. (fan)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.